SIAAAANGGG!!!
.
.
.Kalya tak akan pernah melupakan pengalamannya hari ini, meski dirinya harus setengah mati menahan diri agar tidak pingsan selagi membantu orang melahirkan. Begitu melihat bayinya keluar dengan selamat, Kalya bisa bernapas lega dan punya kebanggaan tersendiri. Selagi menunggu para relawan datang untuk membawa Ibu dan bayinya yang baru saja dilahirkan ke rumah sakit agar bisa diperiksa lebih lanjut, Jerry dan Kalya membersihkan bayi yang masih merah tersebut. Dengan penuh kehati-hatian, Kalya mengelap tubuh si bayi yang berlumuran darah, dia juga memastikan tidak ada lubang di tubuh bayi yang tertutup darah atau lendir. Jerry di samping Kalya sigap memberikan apa-apa saja yang kekasihnya minta. “Sayang tolong hamparin kain yang bersih buat bedong dedeknya.” Kalya menyuruh.
Jerry melakukannya. Dia menghamparkan kainnya, lantas Kalya memindahkan bayi itu ke sana. Di bedongnya sedemikian rupa, lalu kembali Kalya timang si bayi. Kalya tersenyum, menatap bayi yang nampak tertidur tenang. Masih sulit Kalya percaya jika dia yang membantu bayi itu keluar dari rahim sang ibu. “Ganteng ya Kal?” Jerry ikut memperhatikan, jarinya berhati-hati menyentuh pipi si bayi.
“Banget.”
Jerry tersenyum. Dia menaruh kepalanya di atas pundak Kalya, tangannya menimpa tangan Kalya yang mendekap bayi laki-laki tersebut. “Kita kasih nama siapa ya?”
Kalya menyenggol perut Jerry dengan sikunya. “Heh, bukan anak kamu.”
“Eh iya.” Jerry tertawa. “Kebawa suasana nih aku, kirain anak kita.”
Kalya ikut tertawa. “Bikin aja belum.”
“Yuk bikin.” Jerry mengecup leher Kalya.
“Mas...”
Dokter tampan itu menunjukkan deretan giginya. “Bercanda Sayang. Nanti ya, lima bulan lagi.”
“Pak, Bu.” Ayah dari si bayi menghampiri. Jerry otomatis melepaskan pelukannya dari Kalya. “Itu, istri saya di kamar mau ngomong sesuatu.”
“Oh iya A.” Kalya dan Jerry pergi ke kamar untuk menemui Ibu bayi yang kini masih memulihkan diri setelah tenaganya terkuras habis untuk mengeluarkan si kecil. Kalya memberikan si bayi ke dekapan Ibunya. “Dedeknya udah saya bersihin Teh, kita tinggal tunggu bantuan aja.”
“Sekali lagi makasih ya Bu, saya gak tau gimana jadinya kalau gak ada Ibu, sama Bapak. Rasanya saya mau mati pas melahirkan tadi.”
Kalya tersenyum. “Sama-sama. Teteh hebat tadi, gak nyerah.”
“Kalau boleh saya tau, nama Ibu dokter sama Pak dokter siapa ya?”
“Saya bukan dokter Teh.” Kalya meluruskan kembali. “Nama saya Kalya.”
“Saya Jerry.” Jerry menimpali.
“Boleh gak Pak Jerry, saya pakai nama Bapak buat nama anak saya? Sebenernya saya mau pakai nama Bu Kalya, tapi anak saya laki-laki.”
Jerry dan Kalya saling beradu pandang, bertanya-tanya mengapa si Ibu ingin menggunakan nama mereka.
“Emang kenapa Teh mau pakai nama saya?”
“Karena Pak Jerry dan Bu Kalya udah nolongin saya dan dedek. Saya sangat berterima kasih, dan ini cara saya buat inget kalian terus.”
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD JERRY [END✔]
Fanfiction[17+] Jerry, sepuluh tahun hidupnya hanya berfokus pada pekerjaan, kedua putrinya, dan teman-temannya. Istri? Jerry sudah menduda sejak sepuluh tahun lalu. Tapi tiba-tiba Kalya datang ke hidupnya, membangkitkan gairah Jerry untuk memiliki istri lagi.