025

4.4K 271 6
                                    

⚠ Peringatan adegan kekerasan
________________________________

Gerombolan motor bergerak serentak, melaju bersama Fatah, Gilang, dan Fino yang menempati barisan terdepan. Mereka menuju lokasi yang diketahui sebagai tempat berkumpulnya geng musuh yang sering nongkrong di sana.

Mereka memberhentikan motor mereka beberapa jarak dari warkop yang terletak di depan. Fatah memerintahkan anggotanya untuk mengepung tempat itu, yang langsung dijalankan oleh yang lain.

Fatah masuk ke dalam warkop dengan tenang dan menodongkan sajam yang dipegangnya. Mereka bermain rapih, tanpa menimbulkan kerusuhan karena mereka sadar bahwa pemilik warkop yang tidak terlibat bisa saja terluka karena hal tersebut.

"Wah, wah, ternyata kabarnya bener kalo Sinister bakal nyerang kesini" kata satu orang yang tadi sedang berjongkok di pojokan. Dia berdiri menghampiri Fatah, kemudian menyentuh ujung sajam yang Fatah pegang dengan telunjuknya. "Nyari siapa bos?" tanyanya dengan nada meledek.

Disebelah Fatah, Gilang berdiri tegak menodongkan sajamnya ketika tubuh cowok itu semakin condong mendekat pada Fatah.

Cowok itu tersenyum remeh. "Cih, kayanya romeo marah nih pasangannya diganggu!" ledeknya sambil mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. Namun, perkataannya yang terkesan meledek tadi berbanding terbalik dengan gestur badannya.

Seluruh anggota Astral yang berada disana menertartawakan lelucon yang dikatakan oleh temannya itu.

Fino maju satu langkah. "Gua ada perlu sama ketua kalian yang pengecut"

Perkataan Fino menghentikan tawa mereka secara tiba-tiba. Semuanya saling bertukar pandang, sampai salah satu cowok yang sebelumnya hanya duduk diam di antara mereka bangkit dan mendekat pada Fino. Sangat dekat, sehingga mereka dapat merasakan nafas satu sama lain.

Cowok itu berdiri menantang Fino yang sama sekali tidak gentar dan tetap berdiri tegak. Dengan sedikit menunduk, Fino menatap mata laki-laki dihadapannya yang tingginya hanya berbeda beberapa senti saja dengan dirinya

"Siapa yang lu bilang pengecut?" tanya cowok itu yang mungkin merasa tersinggung dengan ucapan Fino tadi.

Fino semakin menghapus jarak diantara mereka sampai dahi mereka hampir saling bersentuhan. "Masih inget gua, Anggo?"

Anggo tersenyum miring mendengar perkataan Fino. Dia mundur beberapa langkah menjauh dari Fino. "Lama gak ketemu ya, Fino" sapanya terdengar angkuh.

Fino menutup matanya dengan tenang, dan saat membukanya, tatapannya menjadi lebih tajam dan menatap lurus tepat pada mata Anggo. Sekarang, giliran Fino yang melemparkan senyum miringnya, lalu berjalan perlahan mendekati Anggo. Jika bisa jujur, Anggo yang melihatnya dari jarak sedekat ini sukses dibuat merinding, tapi dia tetap berusaha mempertahankan keangkuhannya.

"Ternyata lo masih tetep pengecut sama kaya terakhir kali kita ketemu" Fino berkata tegas. Nyaris seperti bentakan kalau saja Fino tidak menjaga intonasi suaranya supaya tetap tenang.

"Brengsek" Anggo merebut pedang di tangan Fino dan mengarahkannya untuk mencoba melukai lawannya itu. Tapi gerakannya sama cepatnya dengan tangan Fino yang langsung menangkis pedang tersebut dan kembali merebutnya paksa.

Mulai dari situ, semua anggota Astral langsung mengeluarkan sajam yang mereka simpan dan tawuran hari itu pecah.

Awalnya, melihat jumlah pasukan lawan, Sinister percaya diri bisa menang dengan cepat, tapi ternyata justru berbanding terbalik. Mereka sudah bergelut dalam perkelahian selama hampir dua jam, namun tetap belum bisa menggoyahkan Astral. Meski dengan jumlah pasukan yang hanya mencapai setengahnya pasukan Sinister, Astral bisa mengimbanginya. Bahkan anggota Sinister sudah lumayan banyak yang terluka cukup parah dan juga kekelelahan, tapi anggota Astral masih terlihat bersemangat memukuli lawannya.

Be Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang