27. I Wanna Fix it

3.6K 402 12
                                    

Ia menoleh saat menyadari seseorang berdiri di sebelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia menoleh saat menyadari seseorang berdiri di sebelahnya. "Cokelat hangat. Kesukaan kamu belum berubah, kan?" Alma menatap Bara yang mengulurkan sebuah cup ke arahnya.

Alma menatap Bara yang melengkungkan senyum tipis. Bagaimana bisa lelaki itu menunggu di sini tanpa memberitahunya, tanpa tahu ia akan selesai jam berapa, tanpa tahu apakah ia benar-benar ada di dalam atau tidak.

"Ngapain kamu di sini?" Ia bertanya dan mengabaikan cup yang diulurkan lelaki itu.

Bara mengangkat bahu tak acuh. Ia yakin gadis itu tahu alasannya ada di sini. Jadi ia pikir ia tidak perlu menjawabnya.

"Aku bisa lapor ke polisi karena kamu menguntit." kata Alma.

"Sure." Bara mengeluarkan ponselnya. Menekan angka 110 lalu menyodorkannya ke arah Alma setelah menyalakan pengeras suara. Ia menatap tepat ke manik mata gadis itu tanpa rasa takut.

Alma menelan ludah. Tak lama suara mesin terdengar. Anda terhubung dengan layanan darurat 110. Ini merupakan layanan gawat darurat dan segala bentuk penyalahgunaan layanan dapat ditindak sesuai hukum yang berlaku. Untuk berbicara dengan petugas..."

Alma menyambar ponsel Bara dan mematikan panggilan. Ia menghela napas kasar.

"Kamu sebenarnya mau apa, sih?"

"Ada banyak yang mau aku omongin sama kamu."

Alma menggeleng cepat, "nggak sekarang. Aku capek." katanya.

Bara mengangguk, "aku antar pulang, ya."

"Nggak usah. Aku bisa naik taksi." Alma melirik ke arah jalan di mana beberapa taksi terlihat berderet menunggu penumpang.

"Ini udah tengah malam, Al." kata Bara, "kamu naik taksi pun, aku akan tetap ikutin untuk mastiin kamu sampai rumah." tambahnya, "aku janji nggak akan ngomong apapun."

Melihat Alma tak langsung menjawab, Bara pergi dari sana. Ia kembali dengan mobilnya dan berhenti tepat di depan Alma. Ia keluar, bergerak memutar lalu membuka pintu penumpang untuk gadis itu.

"Ayo..." ajak Bara saat gadis itu masih terdiam di tempatnya. Wajah gadis itu terlihat lelah dan mengantuk.

Alma mendekat, lalu merangsek di kursi penumpang di samping kemudi. Ia sudah lelah dan tidak punya tenaga untuk berdebat. Ia mengambil cup yang sekali lagi diulurkan Bara dan menyesapnya pelan. Hangat mengaliri tenggorokannya.

"Antar aku ke apartemen aja. Aku udah bilang sama orang rumah mau tidur di sana." kata Alma.

Bara mengangguk sebagai jawaban tercepat. Ia melirik Alma yang menatap ke luar jendela. Ia tidak menyalakan musik sehingga suasana sangat hening. Ia fokus pada kemudi dan jalanan yang sudah lenggang.

Saat mobilnya berhenti di perempatan, Bara menoleh dan melihat Alma memejamkan matanya. Napas gadis itu teratur. Gadis itu pulas. Sebelah tangannya terulur untuk menyelipkan sejumput rambut yang menutupi sebagian wajahnya. Ia tersenyum kecil. Ia kembali melajukan mobilnya setelah lampu lalu lintas berubah warna.

Deep Talk Before Married [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang