|01|Awal.

6.2K 187 9
                                    

Holla, happy reading and enjoying!

-👽-

Terdengar kicauan burung di pagi hari, matahari pun juga tampak malu malu untuk menampakkan diri. Tapi sepertinya tidak dapat menganggu seorang pemuda yang sedang masih terlihat tertidur lelap di kasurnya. Bahkan alarm sejak tadi sudah berusaha semaksimal mungkin membangunkannya.

WIUU~WIUU~WIUU~

"Ugh... berisik!" pekik pemuda itu, tangannya bergerak mencari handphonenya yang tersangka membuat terbangun dari tidur nyenyak nya. Pemuda itu tak lain adalah Altezza El.

Altezza yang tidak tau siapa keluarganya, dibesarkan dipanti dari kecil. Ia tidak tau siapa orang tuanya, kata bunda panti Altezza ditemukan di kardus di tempat sepi dekat tom sampah.

Bunda panti tidak tahu siapa yang menaruh Altezza di sana, padahal umur altezza kalau tidak salah masi berumur kurang dari 1 tahun. Bunda panti sempat tak menyangka ada orang tua yang tega membuang anak nya begitu saja dengan umur Altezza masi sekecil itu.

Jadi dari saat itu bunda panti membawa Altezza ke panti asuhan, bunda yang merawat Ezza sampai sekarang. Setelah Altezza mendengar cerita bunda nya itu pun sangat terharu dan mengucapkan banyak terimakasih karna sudah merawat Ezza dengan baik sampai sebesar ini.

Walau di dalam lubuk hati nya Ezza sedikit kecewa kepada orang tuanya yang membuang dia, apa salah Ezza? Apa salah dia sampai orang tua nya itu Setega itu membuangnya.

Tapi Altezza juga tidak terlalu ingin mencari orang tuanya atau mengharapkan orang tua nya mencarinya. Walaupun Ezza juga mempunyai keinginan mendapat kasih sayang seorang ibu seperti anak yang lain nya, dan mempunyai ayah yang dijadikan panutan. Altezza ingin tapi tidak terlalu berharap, bagi dia hidup sendiri juga tidak terlalu buruk, asalkan ada uang hidupnya sudah bahagia tanpa orang tua.

Altezza berumur 15 tahun. Ia ingin pindah, ingin mencoba hidup sendiri agar mandiri dan tidak terlalu merepotkan bunda panti. Tak jarang juga dia main ke pantai asuhan sekedar memberi uang kepada bunda panti jika ada, dan membelikan jajanan kepada anak anak panti, Ezza senang hidupnya tenang. Altezza berharap akan selalu begitu.

Altezza lantas langsung tersadar dari lamunan nya, tangan nya mengecek handphone, Ezza langsung membelakkan matanya saat melihat sudah jam 07.45 WIB.

Lantas ia langsung berlari ke kamar mandi bukan untuk mandi hanya sekedar cuci muka saja, tenang orang sudah ganteng itu gak mandi pun tetep ganteng. Pikirnya.

Selesai ganti baju ia langsung mengambil kunci motor dan bergegas menaiki motor kesayangannya. Melaju dengan menggunakan kecepatan penuh ke gedung tempat para siswa belajar.

"Kenapa pake kesiangan sih. Gara-gara hp buluk itu tuh hish! Liat aja nanti Ezza ganti hp lagi, ngeselin banget!"gumam Ezza sebal.

Saat sampai di gerbang sekolah, terlihat sudah sepi karena jam pelajaran sudah mulai. ah iya, altezza sekolah di Xander's high school dia kelas 10 IPS 1, jangan tanya kenapa dia bisa masuk ke sekolah elit gitu. Ya karna dia temenan sama orang kaya lah, yakali karena beasiswa.

Altezza itu emang pinter tapi datangnya kadang kadang. Sebenernya dia juga gak mau ngerepotin temennya, tapi temennya maksa jadi ya rezeki gak boleh di tolak yakan. Yaudah Altezza terima aja. Kalo kata Altezza tuh 'keberuntungan selalu menyertai Ezza'.

"Pakyu bukain gerbang nya dong, Ezza mau masuk nih." pekik Ezza. ngomong ngomong satpam sekolah itu bernama Yuda. 'Pakyu' itu juga nama spesial buat pak Yuda katanya.

"Ya ampun Za. Kenapa bisa telat? Udah jam segini baru ke sekolah??" ucap Pakyu menatap Ezza lelah. Ezza memang sering menjadi langganan telat masuk, anak itu entah mengapa seperti tidak bisa datang tepat waktu.

"Salahin alarm hp Ezza pak, bangunin nya siang banget. Nanti Ezza ganti kok hp nya pak! Janji deh. Jadi bukain gerbang nya ya ya?" mohon Ezza, ingat Ezza tidak pernah salah. Altezza dapet uang makan dari kerja online dia jualan kue online gitu, waduh cobain deh walau ni anak agak absurd tapi pintar bikin kue loh diajarin sama bunda panti.

"Emang dasarnya kamu yang kebo Ezza." gumam Pak Yuda pelan. Bisa di semprot mulut kecil Ezza ia kalo ngomong langsung.

"Yaudah, terus bapak harus apa?"

"BUKAIN GERBANGNYA BAPAKK!" Memang kesabaran Ezza setipis tissue yang dibagi lima.

•••

Sedangkan ditempat lain ada empat orang pria yang sedang membicarakan sesuatu, aura yang mereka keluarkan tak main main mampu membuat orang merinding jika berada di dekat mereka.

"Apa sudah ada hasilnya?" pertanyaan itu datang dari salah satu lelaki yang tampak sangat tampan bermuka datar. Tapi semua tampan sih.

"Belum. Belum ada kabar dari orang suruhanku." jawab salah satu lelaki tak kalah tampan. Tapi lelaki ini auranya lebih menyeramkan dari pria tadi.

"Tenanglah jangan terburu buru, kita pasti menemukanya. Jika dia Masi satu dunia sama kita pasti akan ketemu, bumi itu bulat." ucap pria paruh baya tersebut.

"Semoga saja." jawab lelaki tua yang sejak tadi diam.

•••

Di lapangan sekolah terdapat satu orang sedang berdiri dengan postur hormat ke tiang bendera. Dia Altezza, kenapa bisa? Karena saat anak itu teriak di depan gerbang ternyata malah membuat Ezza sendiri dalam bahaya, guru BK yang entah dari mana datang dan seenaknya langsung menghukumnya tegak di di lapangan sambil hormat sampai waktu istirahat tiba.

Sangat kejam bukan?

Nyatanya keberuntungan Ezza jarang ada.

Sudah panas matahari sangat terik, perut pun belum sempat di isi, sangat cocok. Itulah yang Ezza rasakan sekarang. Kasihan sekali.

"Jam istirahat masih lama, perut udah bunyi minta di isi. Kaki juga udah gak kuat nahan berat badan Ezza kayaknya." gumamnya lirih. Niatnya mau kabur, tapi gak jauh dari sini guru BK duduk dibawah pohon sambil memantau dirinya, kan jadi ribet kalau gini.

"Panas buanget ya Allah, hujan aja peliss.. udah lemes banget nih badan Ezza. Coba aja tadi gak teriak, pasti gak gini jadinya. Duh Ezza dodol banget sih." Sesal Ezza.

Tiba-tiba penglihatan Ezza buram, liat tiang berdiri satu malah jadi sepuluh eh kebanyakan jadi dua maksudnya.

"Lah kok pusing, akh.." ucap Ezza diakhiri ringisan. Tangan kanannya Ezza mencengkram kepalanya, sampai dirinya tak tahan lagi dan limblung jatuh. Sebelum memejamkan matanya Ezza mendengar teriakan seseorang.

"Altezza!" teriak salah satu pria saat melihat Ezza pingsan. Dengan tergesa gesa ia menghampiri Altezza yang sudah tidak berdaya, diikuti tiga orang dibelakang nya yang terlihat panik.

"Oh.. jadi gini rasanya pingsan." gumam Ezza sebelum kegelapan mendatanginya dan Ezza meninggoy. Eh, ralat pingsan.

-👽-

Hai hai, selamat datang di cerita Ezza. Mohon maaf kalau ada ketidak sengajaan kesamaan dalam alur cerita, tokoh atau yang lainnya.

Ini cerita iseng aja, cuma ide kegabutan muncul. Kata-katanya nampak sekali seperti masih pemula kan? Jadi nikmati saja alurnya yang Aya bikin ya.

Itu aja, selamat membaca cerita Ezza okey~

Tbc.

ALTEZZA EL.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang