|17|Miza.

1.3K 90 7
                                    

Happy reading and enjoy!

-👽-

Seorang pemuda baru saja keluar dari kamar mandi. Dahi pemuda itu mengernyit melihat adik sepupunya yang cekikikan di kasurnya.

Ia berjalan mendekati sepupunya. Matanya melirik handphonenya yang dipegang oleh bocah itu, "Ngapain lo Cil?"

Sontak bocah lelaki itu langsung menoleh, "Eh bang Haikal," Cillo tersenyum kikuk.

Haikal merasa curiga melihat gelagat aneh sepupunya. Tangannya langsung merampas handphonenya. Kembali, dahinya kembali berkerut melihat ternyata ponselnya menunjukkan nomor yang tak dikenal sedang menghubunginya.

"Ini siapa?" Cillo menyegir lalu menggeleng.

"Gak tau bang. Oh ya bang, aku mau ke dapur dulu ya? Bye!" Tanpa menunggu respon Haikal, Cillo langsung melenggang pergi.

Haikal menatap aneh Cillo. Ia beralih menatap handphonenya. Haikal mendekatkan ponselnya ke telinganya, "Ini siapa?"

Haikal semakin bingung mendengar suara tangisan dari arah sana. Astaga, apakah Cillo berulah lagi? Menelpon iseng nomor tak di kenal.

Tetapi entah apa hanya perasaan Haikal saja atau suara tangisan itu mirip dengan orang yang dia kenal? Ah, tapi siapa.

"Kalo cuma nyuruh gue dengerin tangisan lo doang bakal gue matiin."

Haikal merasa lucu, dari arah sana orang itu langsung menghentikan tangisannya.

"Ini suara abang H-haikal beneran atau hantunya yang gentayangan?"

Haikal sontak terdiam. Dari suaranya seperti— Altezza! Dia tak salah lagi, itu benar-benar suara Ezza teman sekelasnya. Ia tak menyangka bisa mendengar suara anak itu lagi setelah lama walau suara anak itu terdengar sesegukan?

Tetapi tunggu,

Hantu gentayangan?

Apa Ezza pikir ia sudah mati!?

"Gentayangan buyut lo, orang gue masih bisa merasakan oksigen duniawi gini." Haikal berujar ketus merasa kesal dengan Ezza yang berkata sembarangan.

"T-tapi—"

"Ngomong ga usah gagap, ribet gue dengernya. Ini Altezza si narsis itu kan? Siapa yang bilang gue udah mati?"

Terdengar suara dengusan sebal dari sana membuat Haikal sedikit terkekeh.

"Tadi orang yang ngangkat telpon Ezza sebelum abang yang bilang abang udah ga ada."

Haikal terdiam sejenak, tak lama pemuda itu mendengus kasar, "Sialan, bocil ga ada ahlak." Gumamnya.

"Itu tadi cuma anak orang isengin kamu,"

"Oh.."

"Jadi abang belum mati?"

"Za?"

"Hehe, nanya doang."

Haikal menghela nafas singkat. Ia menduduki diri di kursi belajarnya. Haikal mendengar suara srott seperti orang yang sedang menarik ingusnya dari sebrang sana.

"Kenapa percaya percaya aja kalau abang udah ga ada?"

"Tadi.. tadi ada berita di tv, pesawat jatuh— dari Indonesia ke Korea, eh, Eropa. Ya Ezza kirain pesawat abang Ikal sama yang lain, terus ada juga pembawa beritanya bilangin kalo korbannya ada yang meninggal namanya Haikal.."

"Emang cuma gue doang yang punya nama Haikal? Gue akui, nama gue pasaran Za. Juga dosa gue masih banyak mana mau Tuhan bawa gue pulang secepat itu." Ujar Haikal menyela omongan Ezza.

ALTEZZA EL.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang