10. Sandiwara

124 7 0
                                    


***

Part 10

"Aidan baru saja keluar dari rumah sakit, Aaron." Liana menahan tangan Aaron yang sudah nyaris membuatnya telanjang sepenuhnya di bawah tindihan pria itu.

"Ya. Bukankah ini kabar bahagia. Akhirnya kakakku itu kembali sehat dan baik-baik saja. Meski ... lengannya seharusnya sembuh lebih cepat, kan? Sehingga aku tak perlu membagimu lebih banyak dengannya."

Liana memejamkan matanya. "Kenapa kau begitu tega padanya? Apa ada sesuatu di antara kalian sehingga kau melakukan semua ini pada kami?"

"Lebih tepatnya ini permasalahan kedua kakek kita yang begitu ingin menjodohkan kita berdua."

"Apa kau tak akan pernah melepaskanku?"

Seringai khas pria itu lagi-lagi terbit dengan cara yang menjengkelkan. "Beri aku satu alasan yang kuat untuk melakukannya."

"Aku mencintainya, Aaron."

"Aku tahu."

"Dia saudaramu. Apakah itu tidak membuatmu sedikit berempati padanya?"

"Kami terbiasa berbagi hal bersama. Sejak ... di dalam perut."

"Bukankah kau punya banyak wanita yang salah satunya pasti bisa bersedia menjadi istrimu."

"Ya, tapi mereka tidak bisa membuatku duduk di kursi kakek."

"Dan demi semua itu kau menghalalkan cara?"

"Kau yang datang ke kamarku, Liana. Kau sudah melihat CCVT itu dengan jelas, kan?"

"Kau berbohong bahwa kita tidur bersama."

"Well, kita memang tidur bersama, kan?"

Bibir Liana menipis tajam. "Aku benar-benar membencimu, amat sangat."

"Karena aku menang dan dia kalah?"

Setiap kalimat Liana yang berhasil dipatahkan oleh Aaron, Liana pun memutuskan diam. Meskipun hatinya dongkol luar biasa melihat seringai di ujung bibir Aaron yang semakin tinggi. Dilengkapi kesombongan pria itu yang membuatnya benar-benar sakit kepala.

"Sepertinya waktu untuk menghargai keperawananmu sudah cukup, kan? Sekarang tak ada alasan kau menolakku."

Liana tahu sekeras atau sekuat apa pun rontaannya tak akan membuat Aaron berhenti menyentuhnya. Dan teringat kalau kamar Aidan ada tepat di samping kamar Aaron, akan sangat bijaksana jika ia tidak membuat keributan yang akan mengundang Aidan menggedor pintu kamar Aaron. Liana pun membiarkan Aaron melucuti pakaiannya dan menggunakan tubuhnya sebagai peredam gairah pria itu.

***

Keesokan paginya, Liana terbangun dalam keterkejutan oleh ingatan terakhirnya sebelum terlelap. Aaron yang mencumbunya tepat saat ia keluar dari kamar Aidan. Dan semakin terkejut mengingat di mana dirinya bermalam. Di kamar Aaron. Yang berada tepat di samping kamar Aidan.

Liana mengangkat tangan Aaron yang melilit di pinggangnya dan menyingkap selimut bangkit terduduk. Tetapi tubuhnya belum sepenuhnya terduduk ketika pinggangnya tertahan oleh lengan Aaron. Kemudian ditarik hingga kembali berbaring dalan pelukan pria itu.

"Mau ke mana kau?" bisik Aaron dengan wajah menempel di cekungan leher Liana.

"Aku harus kembali ke paviliun, Aaron. Sebelum Aidan bangun dan memergokiku keluar dari kamarmu." Liana menggeliatkan tubuhnya.

Aaron melirik ke arah jam di dinding yang masih menunjukkan jam enam pagi. Lalu bergerak memanjat dan memaku tubuh Liana di bawahnya. "Morning sex?" tanyanya tepat di atas wajah Liana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terjerat Kembar Tiga (Gratis dan Tamat Di FIZZO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang