2. Ketiga Kembar

307 45 1
                                    


"Jadi kau sudah tahu?" Liana memayunkan bibirnya melihat Aarash yang menatap cincin di jari manisnya dengan tatapan yang kering dan datar.

Pria itu mengangguk satu kali dan penuh kemantapan. "Aku yang memilihkan cincinnya, aku yang mengatur booking meja kalian, dan aku yang membelikan gaunmu, kan?" Aarash mengingatkan. Jadi gaun pilihan Aarash bukan karena pria itu menyukainya, tetapi karena warnanya sengaja diserasikan dengan pakaian Aidan kemarin malam.

"Ck." Liana mendecakkan lidahnya. "Padahal aku ingin memamerkan padamu perkembangan hubungan kami. Aku ingin kau orang pertama yang mendengar kabar bahagia ini."

"Ya, aku sudah menjadi orang pertama yang mendengarnya. Meski bukan dari mulutmu."

Liana hanya mencebik. "Memangnya apa yang tidak kau ketahui tentang kami, hah?"

Aarash tampak mengerutkan kening, berpikir. Kemudian mengeleng dalam senyum kepuasan. "Tidak ada," gelaknya.

Tiba-tiba suara pintu kamar Aarash diketuk, pelayan wanita muncul dan mengatakan bahwa nyonya Sofia sudah menunggu di meja makan.

"Apa kakek sudah datang?"

"Dalam lima menit."

Aarash mengangguk singkat dan mulai bangkit berdiri. Menarik kedua lengan Liana untuk membangunkan wanita itu, kemudian merangkul bahu sang sahabat. "Ah, kakek juga punya kejutan untukmu."

Liana mengernyit.

Aarash mendekatkan bibirnya di telinga Liana dan berbisik. "Ya, kau perlu belajar naik mobil sendiri."

Liana terkesiap, kemudian menyodok perut Aarash. "Kau merusak kejutannya, Aarash!!" deliknya kesal.

Aarash hanya meringis dan menggosok perutnya.

"Hai, sayang." Aidan muncul dari arah belakang Aarash. Pria itu langsung menangkap pinggang Liana dan mengangkat salah satu alisnya melihat Aarash yang seolah menahan rasa sakit. "Sakit?"

Aarash mendelik. "Kau pikir?"

Aidan hanya terkekeh dan menoleh ke arah Liana. "Kita turun?"

Liana mengangguk. Membiarkan Aidan membawanya menuju tangga sambil menggerutu. "Kenapa tidak ada hal di dunia ini yang mengejutkannya? Dan kau, kau yang memberitahu semua rencanamu padanya. Kau melenyapkan kesempatanku untuk memberinya kejutan," protes

"Tenanglah. Malam ini, kita akan mengejutkan mama dan kakek," senyum Aidan.

Liana tersenyum semakin lebar, tetapi kemudian menoleh ke belakang. Tepat ke wajah Aarash. "Awas saja kalau kau mencoba merusak kejutannya, Aarash!" peringatnya.

Aarash hanya mendecakkan lidahnya.

"Sesekali kau harus berhenti menjadi sok tahu sebelum seseorang memukul pantatmu."

Aarash hanya memberikan cengirannya pada Liana dan membuang wajah, tetapi mendadak gerakannya terhenti ketika melihat seseorang yang keluar dari pintu yang paling jarang dibuka di rumah ini. "Aaron?"

Liana dan Aidan mengikuti arah pandangan Aarash. Aaron menoleh dan menghampiri mereka. Dan Aarash dengan penuh semangat. "Kau membawakan pesananku?" tangannya terulur kepada sang adik.

"Kau tahu dia akan pulang?" tanya Aidan.

"Well, apa sih yang tidak kuketahui di rumah ini," jawabnya dengan penuh kebangggan.

Aaron berhenti di depan Aarash. "Apa?"

Kedua mata Aarash membulat sempurna. "Aku menelponku seminggu yang lalu. Terakhir kali kemarin siang."

Terjerat Kembar Tiga (Gratis dan Tamat Di FIZZO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang