3. Ternoda

289 26 0
                                    

Part 3

"Itu tidak mungkin." Suara Aidan menggelegar memenuhi seluruh ruang makan. Dan saat itulah Aidan menarik tangan Liana ke meja. Menunjukkan cincin yang melingkari jari manis tunangannya. "Semalam, Aidan melamar Liana dan dia menerimaku. Kami akan segera menikah, secepatnya jika dibutuhkan. Lagipula, apa hubungan semua ini dengan Liana?"

Seluruh meja makan seketika dipenuhi keheningan yang begitu kental. Xander menatap ketiga cucu kembarnya secara bergantian. Sebaelum kemudian dimulailah kisah masa lalu kakeknya dan Liana. Ternyata XK Group, dua huruf tersebut bukan symbol dari nama Xander King. Melainkan K adalah inisial dari nama kakek Liana. Kailash.

Saat itu Xander Group berada dalam masa-masa yang sulit dan berada di ambang kebangkrutan. Siap diakuisisi oleh perusahaan asing, dan seluruh pegawainya terancam dipecat. Di saat tidak ada satu pun orang yang memercayai kakek dan menolak membantu kakek, satu-satunya orang yang melakukannya adalah Kailash. Dia menjaminkan semua aset warisan keluarganya untuk membantu kakek dan satu-satunya orang yang percaya bahwa kakek akan berhasil. Dan dia benar. Kakek melakukannya. Itulah sebabnya, Liana pun berhak atas perusahaan kakek."

Hening lagi...

"Ya, kalau begitu Aidan yang akan menjadi penerus Kakek. Jadi masalah selesai, kan?" Aarash yang pertama kali membuka suara. Tetapi keheningan masih membentang memenuhi seluruh ruang di atas meja makan.

Lagi, Xander menatap Liana, Aidan, Aarsh, dan kemudian Aaron. Menarik napasnya dalam-dalam dan mengembuskannya secara perlahan. "Kalian bertiga harus memiliki kesempatan yang sama."

"Ini mulai membuatku bimbang," jawab Aaron dalam desahan pelannya. Kemudian pria itu melirik ke arah Liana dengan tatapan datar. Satu-satunya ekspresi yang begitu kentara adalah ketidak tertarikan yang begitu pekat terhadap sosok wanita polos dan tak berpengalaman. Tidak seksi dan begitu biasa. Aaron tak menyukai tipe wanita seperti itu. Sangat jauh berbeda dengan wanita yang diinginkannya untuk menghabiskan malam di atas tempat tidur.

"Kau jelas sama sekali tidak masuk dalam kategori seleraku," cibir Aaron, menampilkan ekspresi penyesalan yang dibua-buat. Bahkan tak repot-repot menutupi kepuraannya tersebut.

Wajah Liana merah padam menahan malu dan merasakan genggaman tangan Aidan di tangannya yang menguat oleh amarah pria itu.

"Tak perlu sungkan, Aaron. Kau pun sama sekali tak mendekati kriteria pria yang diinginkan oleh Liana," geram Aidan.

Aaron hanya menanggapi dengan seulas senyum. Sama sekali tak tersinggung. "Dengan semua yang dimilikinya, jadi dia punya kriteria?" balas Aaron dengan mengejek. Yang membuat Aidan semakin geram dan memukul meja makan.

"Oke, cukup!" Suara Xander menghentikan pertikaian yang mulai menegang.

"Jadi, apa keputusanmu, Aaron? Kau akan memberikan jabatan ini sukarela kepada Aidan?"

"Tentu saja tidak." Jawaban tersebut tentu saja mengundang ketercengangan di meja makan. Aidan yang paling terpengaruh. "Aku akan memberikan Liana secara sukarela? Tentu saja jawabannya pasti ya. Tapi ... kursi Kakek jelas lain urusannya, bukan?"

Xander menghela napas.

"Tidak bisakah ini menjadi pembagian yang sempurna. Aarash, yang paling tua tentu saja mengalah. Mengikhlaskan semuanya untuk kedua adik tercintanya. Aidan mendapatkan Liana dan aku sebagai penerus kakek. Tidakkah ini pembagian yang adil?" Aaron menatap Aidan dan Aarash secara bergantian, meminta dukungan. Bukan pendapat. Karena jelas jalan keluar yang dikatakan oleh Aaron adalah yang terbaik dari yang terbaik.

Aarash mengangguk setuju. Menampilkan senyum tulus yang sengaja dilebih-lebihkan. "Ya, apa sih yang tidak untuk kedua adik satu menit tercintaku?"

Aaron meringis jijik dan Aidan masih terdiam. Betapa pun ia membenci kata-kata kasar Aaron tentang Liana, ia sendiri tak bisa menyangkal pendapat tersebut. Aidan pun mengangguk sebagai persetujuan.

Terjerat Kembar Tiga (Gratis dan Tamat Di FIZZO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang