Ramalam Darmawangsa, panggil saja Alam. Katanya biar menyatu sama semesta. Parasnya begitu memikat hati, namun tingkah laku yang sangat menyebalkan hingga memicu banyak umpatan. Selalu percaya diri tak perduli orang bilang apa.
Alam bukan ketua gen...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
4. Gara-gara J***
Cowok itu berlari terbirit-birit saat Rayya terus meneriaki namanya. Gadis itu juga tidak mau berhenti mengejar, tak mengerti maksud Alam.
Rayya berhenti, kala tenaganya sudah terasa lemas terkuras karena mengejar Alam. Ia terduduk di tangga seraya mengatur napas. Alam benar-benar kurang ajar, bayangin saja dari lantai 1 sampai ke lantai 3. Astaga, kalau bukan Pak Adi yang nyuruh Rayya nggak mau, males banget berurusan sama manusia menyebalkan itu.
Dengan napas yang terengah Rayya bertanya pada dirinya sendiri, "Emang-nya muka gue se-menyeram-kan itu ya?"
Rayya merapikan rambutnya yang sedikit berantakan sesekali menyeka keringat yang muncul di pelipis. Ia berdiri kala melihat wanita yang tengah berbadan dua itu kian mendekat ke arahnya.
"Halo Ibu," sapa Rayya sopan.
Ia tersenyum singkat. "Kamu cari Alam?"
Rayya mengangguk-anggukan kepalanya.
Jamilah mengangkat sudut bibirnya membentuk seringaian terus berbisik pada Rayya, "Di perpustakaan."
Aaaaaa!
"JAUHIN ITU DARI GUE. RAYYA!" teriaknya diselingi oleh rengekan. Dia duduk di bangku pojok perpusatakaan.
"Stststt! Jangan berisik di sini!" peringat sang penjaga perpustakaan.
Rayya mengerutkan dahinya bingung. "Apaansih?" tanyanya kesal pada Alam.
"Itu ijo-ijo," ucapnya takut-takut.
Wajahnya pias, kedua matanya memejam, terlihat raut kegelisahan di sana. Rayya mendelik tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Inikah seorang Alam yang dikenalnya?
"Lo kenapa?" tanya Rayya lembut seraya memegang sebelah bahunya, masih belum mengerti apa yang dimaksud Alam.
Sedikit lama berpikir Rayya kemudian menolehkan kepalanya pada sebuah kura-kura kecil yang berada di tangan kirinya.
Ooo
"Lo takut sama kura-kura?"
Serius, Rayya masih tak menyangka ternyata seorang Alam yang petakilan dan super jahil takut sama kura-kura?
Rayya tertawa mengejek.
"Gue nggak takut!" elaknya penuh penekanan.
"Terus?"
"Nggak berani aja," lirihnya pelan, namun gadis itu masih bisa mendengarnya, walaupun samar-samar, membuatnya kembali tertawa.
"Stststtt! Jangan berisik!"
Ini sudah peringatan yang ke dua. Rayya menutup mulutnya guna menghentikan tawa yang masih bergejolak.