3. Pakde Toro
Alam terus terpaku pada pria berkepala plontos yang kini berdiri di hadapan nya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Alam mengamati sekaligus membandingkan dengan foto yang terpampang di ponsel.
"Maaf pak, saya nggak salah orang kan?" tanya Alam hati-hati.
Pasalnya di foto pria itu tampak kurus, namun kenapa aslinya begitu besar. Tidak, bukan bermaksud menjelekan. Hanya saja, ini nggak masuk akal, ini bahkan jauh lima kali lebih besar dari yang ada di foto. Astaga Alam tak habis fikri. Ini namanya tipuan.
Bagaimana nasib motornya nanti.
Membayangkan saja Alam tak sanggup apalagi kalau benar-benar terjadi bisa terjungkal hebat Alam, mungkin bisa sampai ke bulan kali."Ouh, maaf ya mas. Kalau merasa tertipu. Itu foto saya 3 tahun yang lalu waktu sebelum suka makan, belum sempat mengganti," ujarnya sembari terkekeh.
Alam mengangguk-anggukan kepalanya sebagai jawaban.
"Sekarang tambah pak?" tanya Alam penasaran.
"Apanya?"
"Suka makan,"
"Oh jelas. Kalau nggak suka makan kenapa saya masih di sini mas. Apalagi kalau disuguhi satu ekor ayam siapa coba yang bisa nolak."
Alam tercekat oleh penuturan pria itu seraya tertawa tanpa ekspresi.
"Masnya tenang saja, nggak mungkin juga saya naik motor." Mendengar itu Alam bernapas lega.
"Satu ekor ayam," gumamnya.
"Sebenarnya saya pesan ojek bukan buat saya-tapi ini," kata pria itu menunjuk pada besi melengkung yang tertutup dengan kain hijau dan beberapa bunga yang tersampir. Alam melongo dibuatnya, saat melihat sebuah keranda di teras rumah pria tersebut.
"Gimana pak?" Alam bertanya, masih belum mengerti maksud pak botak.
"Satu ekor ayam," gumam bapak itu lagi.
"Hah?!" Alam mengerutkan dahi heran. Ia nggak salah dengar kan, sudah dua kali bapak itu menyebutkan 'satu ekor ayam' maksudnya apa sih. Suruh gue beliin gitu?!
"Nggak!" sentaknya pada Alam.
"Maaf pak-
Dengan cepat pria tersebut membungkam mulut Alam dengan sebelah tangan nya.
"Gini loh mas. Mobil yang biasa saya pakai untuk mengantar pesanan keranda lagi rusak. Nah makan nya saya pakai jasa mas buat bantuin saya. Deket kok nggak jauh dari sini. Soalnya kalau nyewa mobil pasti tarifnya mahal mas jadi mending pakai motor," jelasnya panjang kali lebar.
"Pak-" Belum sempat Alam bertanya, pria plontos itu memotong ucapannya.
"Sudah deh, mas. Mas itu terlalu banyak bicara. Saya lelah menjelaskannya," ucap pria itu galak sembari mengelap keringat di dahi dengan tangan nya lebay.
KAMU SEDANG MEMBACA
C R A Z Y O J O L
De TodoRamalam Darmawangsa, panggil saja Alam. Katanya biar menyatu sama semesta. Parasnya begitu memikat hati, namun tingkah laku yang sangat menyebalkan hingga memicu banyak umpatan. Selalu percaya diri tak perduli orang bilang apa. Alam bukan ketua gen...