27. Senyum Yang Hilang.

1.5K 82 1
                                    

Salma menatap seseorang yang masih terbaring tak sadarkan diri di dalam ruangan ICU dengan tatapan kosong. Tiga hari sudah Salma tak melihat senyum suaminya itu. Tiga hari sudah Salma tak mendengar suara suaminya itu. Dan hari ini, Salma sudah mulai merindukan semuanya. Salma merindukan keberadaan Rony disampingnya.

Tes.

Entah sudah berapa banyak air mata yang Salma keluarkan selama beberapa hari belakangan ini. Salma rapuh. Salma tak bisa menghadapi ujian ini seorang diri. Jika disampingnya tidak ada yang menguatkannya, mungkin ia sudah tak dapat lagi mengendalikan dirinya.

"Sayang aku kangen. Aku mau lihat senyum kamu lagi. Aku mau dengar suara kamu lagi. Aku mau peluk kamu lagi. Aku mau kamu berdiri dihadapan aku sekarang." batin Salma.

"Ca,"

Salma menyeka air matanya ketika mendengar seseorang memanggil namanya. ternyata yang menghampiri Salma adalah ayahnya. Ya, sejak pagi tadi ayah dan ibu Salma sudah ada di rumah sakit untuk menemani Salma.

"Buka puasa dulu, sudah waktunya untuk buka puasa. Ayah sudah belikan makanan untuk kamu," ucap
Firman.

"Aku gak lapar." ucap Salma.

Firman menarik Salma ke dalam pelukannya. Jika biasanya Salma selalu berontak ketika dipeluk oleh Firman, kali ini dia hanya diam.

"Ayah tau kamu mengkhawatirkan kondisi Rony. Ayah tau ini gak mudah untuk kamu. Tapi kamu gak boleh seperti ini, Ca. Kamu harus memperhatikan kesehatan kamu juga. Kalau nanti kamu sakit juga, gimana?" ucap Firman.

"Kamu harus percaya kalau Rony akan kuat, Ca. Kamu harus percaya bahwa suatu saat nanti keadaan Rony pasti akan membaik. Ayah yakin dia akan kembali kehadapan kita, diwaktu yang tepat. Tugas kita sekarang adalah mendoakan yang terbaik untuk dia."

Tubuh Salma bergetar hebat. Isakan kecil keluar dari bibirnya, membuat Firman mengelus punggung Salma, menguatkan anak perempuannya itu.

"Ayah yakin kamu kuat, Ca. Ayah yakin kamu bisa melalui cobaan ini dengan baik. Kamu gak sendiri, Ca. Banyak orang disekitar kamu yang akan selalu ada untuk kamu kapanpun kamu butuh mereka," ucap Firman.

Firman melepaskan pelukannya, menyeka air mata yang membasahi pipi Salma. "Udah ya, anak ayah gak boleh nangis. Rony kalau tau kamu seperti ini pasti sedih," ucap Firman.

"Aku mau sholat magrib dulu." ucap Salma.

"Bareng sama ayah ya? Ayah juga belum sholat magrib," ucap Firman.

"Iya." ucap Salma.

Salma menghampiri Paul yang baru saja datang, setelah menemani Nabila buka puasa.

"Nabila mana?" tanya Salma.

"Lagi di musholah, sholat magrib," ucap Paul.

"Tolong jagain Rony ya. Gue juga mau sholat magrib dulu sebentar," ucap Salma.

"Iya, aman," ucap Paul.

"Thanks, Pol," ucap Salma.

Salma dan Firman berjalan beriringan menyusuri lorong rumah sakit yang mengarahkan ke musholah. Sesampainya di musholah, Salma masuk ke dalam tempat wudhu perempuan, sedangkan Firman masuk ke dalam tempat wudhu laki - laki. Setelah selesai mengambil wudhu, keduanya masuk ke dalam musholah untuk menunaikan sholat magrib.

Salma memejamkan matanya, mulai merapalkan doa untuk suami tercintanya. Saking khusyuknya Salma berdoa, Salma sampai tak sadar bahwa sedaritadi air mata itu kembali membasahi pipinya. Salma selalu seperti ini, jika sedang berinteraksi dengan Tuhannya.

"Yaallah, tolong jaga suamiku. Berikanlah dia kekuatan untuk bisa melewati ujian darimu ini yaallah. Hanya kepadamu hamba memohon dan meminta pertolongan. Tolong berikanlah kesembuhan pada suamiku yaallah," batin Salma.

Long Distance Religion ✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang