22. Pindah Rumah.

2.1K 97 8
                                    

"MAMI, BABEH,"

Rony menghela napasnya berat ketika mendengar suara teman - temannya itu. Lagi - lagi mereka datang di waktu yang tidak tepat, mengganggu waktu Salma dan Rony yang sedang sarapan berdua. Salma dan Rony sebenarnya sengaja, keluar dari kamar lebih awal agar teman - teman mereka tak mengganggunya, namun sama saja, mereka berhasil ditemukan oleh teman - teman laknat mereka.

"Selamat pagi mami, babeh," ucap Nabila.

"Selamat pagi, anak mami yang cantik," ucap Salma dengan senyuman di bibirnya.

"Ayo duduk yuk, kita sarapan bareng - bareng," ucap Salma.

Mereka semua duduk di kursi yang ada di meja makan, siap mengganggu Salma dan Rony yang tengah menikmati sarapannya.

"Seng, kenapa kamu gak suruh mereka duduk di meja lain aja, sih?"

"Kan meja kita kosong, Mas, gapapa lah kalau mereka gabung dimeja kita," ucap Salma.

"Tuh, beh, dengar. Mami baik sama kita, izinin kita duduk disini. Gak kayak babeh, jahat," ucap Novia.

Mereka semua mengambil posisi duduk di bangku masing - masing. Tak memperdulikan Rony yang menunjukkan wajah kesalnya.

"Beh, pulang ke jakarta jam berapa kita?" tanya Paul.

"Habis sarapan langsung jalan, biar gak kejebak macet," ucap Rony.

"Emang kalian berdua udah mandi, beh?"

"Udah dong, dari sebelum subuh kita udah mandi," ucap Rony.

"Oh iya, Lo kan harus mandi besar dulu ya sebelum sholat,"

Rony memukul kepala Paul dengan botol air mineral kosong yang ada di meja. "Gak usah Lo perjelas, bule!" ucap Rony kesal.

"Pol, kepala Lo gue ketok lagi, mau? Pacar Lo masih kecil, Pol, gak boleh denger begituan," ucap Salma ikut bersuara.

"Ampun, Mi." ucap Paul menunjukkan dua jarinya.

Berhubung Salma dan Rony memulai sarapan lebih awal, mereka menyelesaikan sarapannya juga le.bih awal. Keduanya pamit pada teman - temannya untuk masuk ke kamar, mempersiapkan barang - barang mereka untuk pulang ke Jakarta.

Salma membuka koper milik Rony, memasukkan barang - barang Rony yang ada di luar koper ke dalam koper. Setelah koper Rony selesai, barulah Salma merapihkan koper miliknya sendiri.

"Masyaallah, rajin sekali istri aku yang cantik ini," puji Rony.

"Mas apa sih, pagi - pagi udah gombal!" ucap Salma.

"Aku gak gombal, loh, ini aku serius. Bangga sekali aku sama istri aku ini. Dari perempuan yang aku kenal manja, yang apa - apa selalu disiapin sama ibunya, sekarang sedikit demi sedikit sudah mulai bisa berubah menjadi perempuan yang mandiri, yang bisa mengerjakan apa - apa sendiri. God job, Seng," ucap Rony.

Salma tersenyum bahagia. Ini yang selalu Salma suka dari Rony. Rony selalu memuji apapun yang Salma lakukan, walaupun itu hanya hal kecil. Rony selalu mempunyai cara untuk menghargai apa yang Salma lakukan.

"Stop ya, puji akunya. Nanti aku terbang loh kalau terus - terusan kamu puji," ucap Salma.

"Jangan terbang, dong. Nanti aku sama siapa kalau kamu terbang?"

"Maunya sama siapa?"

"Gak mau sama siapa - siapa, karena aku cuman mau kamu. Gak ada satupun orang yang bisa menggantikan kamu dihati aku. You, the one and only," ucap Rony tulus.

***

Paul menghentikan laju mobilnya di depan rumah Rony. Rumah yang sudah Rony persiapkan untuk keluarga kecilnya. Rumah yang tidak terlalu mewah, tidak juga terlalu sederhana, yang terpenting cukup untuk menjadi tempat tinggal keluarga kecilnya.

Long Distance Religion ✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang