Ayolah, kita mulai perjuangan ini. Tidak hanya diam dan berpasrah diri.
"Assalamualaikum, Tante. Nara ada?" Khan mencoba menurunkan ego dengan datang ke rumah Nara malam harinya.
"Waalaikumsalam, Khan."
"Mm, apa boleh Khan boleh ketemu Nara, Tan?"
"Ya boleh aja sayang, tapi Nara nya belum pulang."
"Ooh, memangnya ke mana, Tan?"
"Tadi di ajak makan malam sama Daafi. Sebenarnya tante juga di ajak tapi karena tadi ada client yang nggak bisa ditinggal jadi Nara berangkat sendiri."
"Ooh, ya udah, Tan. Aku pulang kalau gitu."
"Loh, kenapa nggak tunggu aja." Lidya bisa menangkap kekecewaan di wajah lelaki tampan itu.
"Nggak usah, Tan. Nanti biar aku telepon Nara."
"Kamu nggak masuk dulu, Nak?"
"Terima kasih, Tan. Aku pulang aja. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Iya ya, apa Khan nggak di undang juga sama Mas Permana." Lidya bermonolog usai kepergian lelaki yang dicintai putrinya itu.
***
Sepulang dari rumah Daafi, Nara memutuskan untuk mampir ke rumah Khan. Mendengar saran Daafi, ia pun berpikir. Mungkin ia juga harus meredam kesalah pahaman yang terjadi siang tadi.
Jam masih menunjukkan angka 9 malam, ia memarkirkan mobilnya di halaman rumah Khan.
Sepintas, ia melirik mobil silver yang terparkir rapi di halaman rumah, ia merasa asing dengan kereta besi itu karena memang belum pernah melihat sebelumnya.
"Loh, Non Nara." Sapa salah satu ART Khan.
"Iya, Mbak. Mas Khanindra nya ada?"
"Ada, Non. Mari masuk. Sedang ada tamu di dalam."
"Ooh, ya udah. Saya tunggu di sini saja, Mbak."
"Masuk saja, Non. Ada ibu juga di dalam."
"Enggak usah, nggak apa-apa disini aja."
"Baik, saya panggilkan Mas Khan dulu ya."
"Terima kasih."
"Sama-sama."
Gadis belasan tahun itu meninggalkan Nara di teras. Berjalan masuk untuk memanggil majikannya.
"Permisi, Mas Khan, di luar ada Non Nara."
"Ooh suruh masuk saja, Mbak."
Gadis itu kembali untuk memanggil Nara. Selang beberapa menit, ia pun kembali muncul di ruang tamu dengan Nara yang ada di belakangnya.
Gadis itu tersenyum getir melihat siapa tamu yang di maksud oleh ART Khan. Ingatannya seketika kembali pada pemandangan siang tadi.
"Nara, sini sayang." Panggil Mitha.
"Terima kasih, Tante." Nara menjawab kikuk.
"Kalau begitu, kami pamit ya, Tante. Untuk pengambilan barang, kami akan kirim orang nanti." Gadis berhijab itu pamit pada Bu Mitha dan juga Khan.
"Terima kasih, Kia."
"Sama-sama." Azkia dan Khan saling menunduk hormat.
Melihat itu, hati Nara terasa nyeri. Terlebih, Khan juga terlihat acuh padanya.
Lelaki yang kini hanya berbalut kaos hitam lengan pendek dan celana jeans itu tengah asyik memainkan ponselnya.
Beberapa kali Nara menghela napas dalam, menahan agar air matanya tak jatuh di depan Khan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA KHANINDRA
RomanceMeninggalkanmu untuk mempersiapkan diri menjadi pantas bagimu bukan perkara mudah. Tapi, akankah semesta berpihak pada cinta terpendamku sementara kau menganggapku hanya seorang SAHABAT. Khanindra Maulana Siddiq Rasanya, ingin sekali meneriakkan kal...