Suara ambulans memecah teriknya suasana kota. Air mata Mitha tak bisa berhenti mengalir usai menjadi saksi tumpahnya darah Nara.
Ya, gadis itu terpental sejauh 10 meter usai mendorong Khan ke tepi jalan saat sebuah pick up melaju kencang menyongsong tubuhnya.
Nara hilang kesadaran di pangkuan Khan setelah lelaki itu dengan susah payah memangkunya.
Flashback
"Khanindra awas!"
Nara mendorong Khan hingga lelaki itu terjatuh di trotoar dengan benturan cukup keras di kepalanya.
Melihat tubuh Nara melayang dan terpental jauh, susah payah lelaki itu bangkit dan mendekati Nara yang memuntahkan darah segar.
"Rara, bertahan sayang."
Gadis itu tersenyum membelai pipi Khan dengan tanganya yang berlumur darah sebelum akhirnya ia dan Khan sama-sama kehilangan kesadaran.
"Nara, Khanindra. Mama mohon kalian bertahan, Nak. Mama berjanji, akan menyatukan kalian apa pun caranya tapi mama mohon bertahan."
Mitha terus mengikuti ambulans yang membawa Nara dan Khan putranya. Pun juga dengan Lidya dan Daafi beserta orang tuanya.
Tak butuh waktu lama, kini mereka telah berada di tempat parkir rumah sakit.
Suster yang bertugas pun segera membawa Nara dan Khan menuju UGD
"Jika terjadi sesuatu dengan Nara dan Putraku, aku bersumpah akan menghancurkan kamu." Mitha menunjuk wajah tegang Permana dengan wajah penuh amarah.
"Tante, mereka pasti baik-baik saja." Daafi menenangkan.
Sementara Lidya yang shock hanya mematung tanpa suara. Sedari menyaksikan putrinya tertabrak, wanita itu hanya diam tanpa ekspresi. Daafi yang merasa iba pun terus mendampingi Lidya, wanita yang sudah ia anggap ibunya sendiri.
"Tante." Panggil Daafi.
Permana dan istrinya hanya bisa membisu melihat betapa Mitha murka.
Ini pun diluar kendalinya, karena mereka sepakat untuk tak melibatkan putra putri mereka.
Namun, rencana yang telah tercium Daafi itu membuat Nara hadir dan tanpa mereka sadari, Khanindra mengikuti hingga mengetahui kenyataan yang masih disembunyikan darinya.
Harapan Daafi yang ingin menyelesaikan semuanya tanpa sepengetahuan Khan ternyata berakhir berantakan.
"Dokter-Dokter, pasien atas nama Nara kolaps." Seorang suster berlari keluar ruang UGD untuk memanggil dokter yang baru saja hendak masuk.
"Nara." Lirih Lidya.
Wanita itu merosot tak sadarkan diri di pelukan Daafi.
"Tante Lidya."
Betapa terkejutnya Mitha dan orang tua Daafi melihat Lidya yang tiba-tiba tak sadarkan diri.
"Daafi, bawa tante Lidya ke ruang perawatan." Titah Mitha! Daafi mengangguk cepat dan membawa Lidya pergi.
"Mitha, maafkan keegoisan kami." Lusi mendekati Mitha yang tengah mondar-mandir menunggu kabar tentang Nara dan Khan.
"Cintaku dan Mas Permadi memang mungkin salah dalam persahabatan kita, Mbak. Tapi setidaknya jika kini putraku dan putrinya saling mencintai itu bukan salah mereka. Cinta mereka tidak ada sangkut pautnya dengan kami."
"Maafkan aku, Mith. Aku egois, tapi kumohon maafkan aku." Permana ikut angkat bicara.
"Bagaimana aku bisa memaafkanmu jika Nara dan putraku saja masih melawan maut di dalam sana!" Bentak Mitha.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA KHANINDRA
RomanceMeninggalkanmu untuk mempersiapkan diri menjadi pantas bagimu bukan perkara mudah. Tapi, akankah semesta berpihak pada cinta terpendamku sementara kau menganggapku hanya seorang SAHABAT. Khanindra Maulana Siddiq Rasanya, ingin sekali meneriakkan kal...