Flashback On
(Mitha POV)
"Mith, jadi pergi nggak?" Lidya menepuk bahuku sedikit keras. Membuyarkan lamunan.
"Kamu kenapa sih, akhir-akhir ini sering banget ngelamun?" Tangan mungilnya tak lupa mencomot gorengan ibu kantin yang ada di depanku. Ah, sungguh sahabatku satu ini selalu saja tak lihat situasi. Tahu sahabatnya gundah dia malah asyik makan.
"Lidya."
"Hmm."
"Kalau kita lulus, kamu mau kan nikah sama Permadi?"
Lidya terbatuk mendengar pertanyaanku yang tiba-tiba.
"Mith, apa perlu itu kita bahas sekarang?" Lidya berhenti mengunyah makanannya.
"Lidya, aku bisa lakukan apa pun itu. Tapi aku tidak bisa melihat dia di sakiti. Lidya, kumohon. Setidaknya dengan kamu menikah dengannya, dia akan bebas dan tidak akan di hina lagi oleh keluargaku."
"Kita bicarakan ini nanti ya. Aku belum bisa menjawab, karena aku tahu kalian saling mencintai."
Lidya hanya bisa mengembuskan napas berat. Beranjak pergi meninggalkanku yang tanpa ia tahu meneteskan air mata.
"Tolong, Lidya. Hanya kamu harapanku."
Flashback Off
"Kakek dan nenekmu menentang keras hubungan mama dengan ayah Nara. Kami yang awalnya bertekad memperjuangkan cinta kami akhirnya memutuskan mengalah. Om Permadi sakit hati, karena kakekmu selalu mengatakan bahwa dia hanya lelaki kere yang tidak akan pernah bisa membahagiakan Mama."
Air mata Khan tak bisa dibendung mendengar cerita miris ibunya yang sungguh tak terduga.
"Lalu papa?"
"Papa tahu betul bagaimana perasaan Om Permadi, sampai pada akhirnya kenyataan pahit kedua mama dapatkan dari Om Permana."
"Kenapa, Ma?"
"Dalang kebencian kakek dan nenekmu ternyata adalah Om Permana. Dia tidak mau Mama dan Om Permadi bersama karena Om Permana mencintai Mama, Khanindra."
Netra Khan membola, bagaimana bisa mereka yang dikatakan sahabat bisa saling menghancurkan karena cinta.
"Akhirnya mama memilih menerima papa kamu hanya agar bisa menghentikan kebencian kakek dan nenek kamu pada Om Permadi dan bisa membuat Om Permana sadar kalau mama tidak pernah mencintainya karena mama juga tahu pasti saat itu kalau Tante Lusi sangat mencintai Om Permana, tapi dia tidak mau tahu atas itu, dan dia semakin membenci mama."
"Tapi kenapa sekarang seperti berjalan biasa saja, Ma?" Khan masih belum percaya jika orang tuanya pernah terlibat kisah asmara rumit yang sulit diterima nalar.
Bagaimana bisa sepasang kekasih harus saling merelakan dalam kebencian. Cinta seperti apa yang mereka jalani.
"Om Permadi sakit hati karena keputusan mama yang memutuskan berhenti berjuang. Dia tidak tahu jika mama melakukan ini agar dia lepas dari bayang-bayang hinaan."
"Lalu sampai akhirnya Om Permadi meninggalkan pesan untuk menikahkan Nara dengan Daafi?"
"Ya, dan itu juga karena permintaan Om Permana yang merasa sakut hati karena mama menolak cintanya dan lebih memilih papa kamu, Sayang. Kamu ingin tahu kenapa seperti tidak ada kebencian? Semua karena Om Permana merasa menang telah bisa membuat Mama sakit hati atas permintaan Om Permadi."
"Papa tahu semuanya?"
"Hmm, tapi papa selalu mendukung apapun yang mama lakukan. Papa kamu tahu mama sedang berkorban demi sebuah kedamaian."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA KHANINDRA
RomanceMeninggalkanmu untuk mempersiapkan diri menjadi pantas bagimu bukan perkara mudah. Tapi, akankah semesta berpihak pada cinta terpendamku sementara kau menganggapku hanya seorang SAHABAT. Khanindra Maulana Siddiq Rasanya, ingin sekali meneriakkan kal...