8. True Fact

228 30 8
                                    

Happy Reading
───────•°•❀•°•───────

Dua hari telah berlalu sejak kejadian di apartemen Xiao Zhan dan selama itu pula Wang Yibo mengurung diri di dalam kamar pribadinya.

Entah apa yang sedang lelaki itu lakukan di balik pintu yang terkunci, tindakannya yang seperti ini berhasil membuat seisi rumah khawatir, tak terkecuali dengan kedua orang tuanya.

"Nyonya, Tuan Yibo belum makan apa pun sejak kemarin pagi," ujar Bibi Lim sopan ketika Wang Lusi, ibu Yibo berjalan ke arahnya yang disusul dengan dua orang penjaga keamanan mension Wang.

Lusi menatap nanar nampan yang berisi makanan di tangan Bibi Lim yang masih utuh. Iris ambernya terpejam, guna memenangkan hati yang sedang kacau.

"Kalian berdua," Lusi menunjuk kedua pengawal di sampinganya. "Dobrak pintunya!"

Sudah cukup Yibo menyiksa diri sendiri dengan cara bodoh seperti ini. Lusi tidak mau anaknya mati konyol karena putus cinta tanpa sebab dan alasan yang jelas.

"Baik, Nyonya."

Bibi Lim lekas undur diri. Memberi ruang yang cukup pada kedua pengawal yang hendak melaksanakan tugas. "Kalau begitu saya permisi ke dapur, Nyonya," pamitnya sopan.

"Mn. Pergilah."

Brakkk! Brakkk!

Setelah didobrak berkali-kali, pintu kokoh itu pun akhirnya terbuka. Lusi bergegas masuk ke dalam sana guna menengok kondisi putra semata wayangnya.

"Yibo ...," panggil Lusi lembut.

Tak ada sahutan dari sang pemilik nama. Lelaki itu masih duduk termenung di pinggiran jendela dengan tatapan yang jatuh ke lantai.

Bahkan, baju yang dikenakan masih sama dengan baju yang terakhir kali dipakai---dua hari yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahkan, baju yang dikenakan masih sama dengan baju yang terakhir kali dipakai---dua hari yang lalu. Sebenarnya apa yang terjadi?

"Apakah makanannya tidak sesuai dengan seleramu? Kamu ingin makan apa, Nak? Mama akan menyiapkannya untukmu."

Wang Yibo menggeleng pelan. "Aku tidak bisa makan, Ma," jawabnya parau. Suaranya nyaris habis karena menangis terus-terusan sejak kembali dari apartemen Xiao Zhan.

Helaan napas panjang terdengar dari celah bibir yang terbuka. Bokong seksi itu kemudian didaratkan dengan pelan di atas lantai marmer yang dingin---Lusi duduk tepat di hadapan sang buah hati.

"Kenapa kamu tidak mau makan? Kamu tidak peduli pada kesehatanmu lagi?"

Wang Yibo memilih memejamkan mata dengan kepala yang sengaja di buat menengadah ke atas. Segaris senyum miris tercetak di wajah yang pucat pasi.

"Aku tidak peduli. Lagi pula, aku tidak memiliki alasan lagi untuk hidup, Ma."

Orang tua mana yang tidak khawatir ketika anaknya terdengar begitu putus asa? Lusi lantas mengguncang pelan tubuh lemah Yibo, berharap putranya dapat menarik kembali apa yang baru saja diucapkan.

Trapped Heart (Yizhan) PDF Ready✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang