Petir dan Senja (1)

24 2 2
                                    

Petir itu terkenal pelit kata, tetapi bagaimana bila ia bertemu orang yang lebih pendiam darinya?

...

Remaja berbaju kuning itu melihat sekeliling. Jingga sejauh mata memandang. Yang dipijaknya bukan tanah melainkan pasir. Di mana? Mungkinkah gurun sahara di kala senja?

Anak laki-laki itu memegang ujung topinya yang menghadap ke depan. Dia Boboiboy, tepatnya Boboiboy Petir. Boboiboy adalah pahlawan galaksi. Maka tempatnya berpijak sekarang bisa jadi bukan bumi. Ah, dia ingat. Ia sedang dalam misi menyelamatkan bola kuasa di planet Jingga.

Akan tetapi, misi ini aneh. Tiba-tiba saja ia diminta berpecah tujuh---ia juga tidak tahu kenapa dalam mode tahap pertama---dan masing-masing dikirim ke planet yang berbeda. Anehnya lagi, ia sendiri. Tidak ada teman-teman pahlawannya di sini. Ochobot hanya berpesan akan ada satu orang baru yang dikirim TAPOPS untuk menemaninya.

Boboiboy Petir berpikir, yang dimaksud Ochobot barangkali adalah anak yang berdiri tak jauh darinya. Anak perempuan yang berperawakan seperti manusia. Maksudnya, manusia bumi. Kalau pun benar manusia bumi, pastilah anak itu lebih muda darinya. Anak itu pendek. Matanya sipit. Wajahnya bundar dan kulitnya putih kemerahan. Memandangnya seperti memandang rembulan.

Petir---kita singkat saja namanya---beranjak menghampiri anak itu. Akan tetapi, yang terjadi kemudian adalah keduanya hanya bertatapan dalam diam. Petir memang irit kata, dan ini kali pertama ia bertemu makhluk yang tidak menyapanya duluan. Apa itu karena anak di depannya bukan makhluk bumi sehingga mereka terkendala bahasa?

"Saya Boboiboy Petir, dari Bumi." Tak tahan dengan kebisuan, Petir membuka. Ia butuh informasi. "Err... Adik ini siapa kalau boleh tahu?"

Anak perempuan itu memandangnya dengan tatapan heran, sebelum menjawab. "Saya Serene Senja, bisa dipanggil Eren. Err... Apa tempat ini bukan bumi?"

Anak perempuan itu adalah Serene Senja. Usia delapan tahun, kelas 3 sekolah dasar. Asal Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, Bumi. Eren juga tidak tahu bagaimana ia ada di sini. Tiba-tiba saja ia berada di tempat asing, gurun pasir dengan langit berwarna jingga sepanjang arah mata angin. Ketika anak yang tampak lebih tua di depannya mengatakan Bumi, Eren mengambil kesimpulan bahwa tempat ini mungkin bukan bumi.

"Kita sedang berada di planet ..." Petir mengecek jam kuasanya. "Entah, belum bernama. Anggap saja planet Jingga. Tenang. Kadar oksigennya aman untuk manusia bumi."

"Oh."

Petir mengernyit. Oh, saja?

"Kenapa kita ada di sini?" tanyanya pada akhirnya.

Ada banyak pertanyaan di kepala Eren. Namun, ia bingung bagaimana menanyakannya. Mengapa ia bisa berada di tempat ini? Siapa itu Boboiboy Petir? Kenapa Namanya mirip tokoh animasi di televisi? (Meski ia tak begitu ingat karena ibunya lebih memilih tontonan yang 'aman' seperti Dora).

"Aku harus mencari power-sphera. Mungkin kau bisa membantuku sambil mencari tahu kenapa kau bisa ada di sini," tawar Petir.

Begitulah. Eren tidak punya pilihan. Ia terlalu bingung. Sementara Petir juga bingung. Jadilah dua orang bingung itu berjalan bersama-sama. Entah ke mana. Di mana-mana hanya ada hamparan pasir. Di langit hanya ada jingga. Di antara Petir dan Senja, hanya ada keheningan semata.

7 Students in GalaxyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang