Surga pada Bumi

12 2 0
                                    

Rasanya seperti mimpi. Ralat, Rina tahu ini memang mimpi. Berjalan bersebelahan dengan karakter animasi favoritnya, Boboiboy, membuat sesuatu di dada Rina meletup-letup. Antusias. Iya, Rina memang sudah besar. Sudah masuk usia kuliah, bahkan sudah bekerja sebagai guru privat. Namun, jauh di dalam ia masih punya sisi kekanak-kanakan. Masih suka menonton animasi dan kegirangan sendiri waktu adegan yang keren.

Antusias itu membuat Rina menatap Boboiboy Tanah lamat-lamat. Menyadari hal itu, Tanah hanya menatap balik dan tersenyum. Ah, Rina ingin jadi ingin menjerit. Entah seperti apa pose tidurnya saat ini.

"Eh, iya, kenapa Kak Rina bisa langsung kenal aku?" Agaknya tak tahan dijadikan tontonan, Tanah memulai percakapan.

Memang, ketika bertemu pertama kali, Rina langsung menyambut Tanah dengan girang. Sekarang Rina mencari-cari alasan. Apa yang bakal terjadi kalau ia bilang Boboiboy tak lebih dari karakter animasi?

"Kamu itu terkenal banget, tahu?!" jawab Rina. "Boboiboy kan pahlawan galaksi, siapa yang tak kenal, coba? Pemilik kuasa 7 elemen pula!"

"Oooh, macam tu."

Sepertinya Tanah menerima jawaban Rina begitu saja.

"Aku fans-mu, tahu?"

"Eh, aku ada peminat?"

"He-em." Rina mengangguk-angguk.

"Hmm... Dari 7 kuasa elemen Boboiboy, mana yang Kak Rina paling suka?" tanya Tanah.

Seketika Rina tersenyum penuh semangat. Ia sudah menduga pertanyaan ini.

"Air!" jawabnya spontan.

"Aku suka personalitasnya yang tenang, damai. Kau tahu, air itu elemen yang punya impact besar.

"Tengok saja bagaimana hujan diturunkan untuk menghidupkan bumi!

"Bila diserap biji-bijian akan menumbuhkan tanaman, kalau tersimpan dalam tanah bisa jadi mata air, mengalir pun membawa banyak manfaat bagi makhluk hidup.

"Kau tahu, bahkan makhluk hidup pun berasal dari air!"

Rina berbicara menggebu-gebu.

Tanah menyimak dengan kagum. Penuturan Rina membuatnya ikut terbawa. Namun, kemudian anak berbaju serba cokelat itu kembali bertanya, "Habis itu? Elemen kedua yang paling disuka?"

"Habis Air, aku suka Daun!" jawab Rina masih sambil tersenyum.

"Daun itu ... hijau. Hijau itu warna dari damai dan keceriaan. Alam. Natural.

"Air menumbuhkan tanaman. Dan tanaman adalah sumber makanan. Baik untuk manusia maupun hewan.

"Tahu, kan, tumbuhan itu menghasilkan oksigen yang dibutuhkan makhluk lainnya untuk bernapas.

"Air menghidupkan bumi. Daun adalah perhiasan bagi bumi.

"Ah, apa kau tahu api juga berasal dari tumbuhan?"

"Em, kayu bakar?"

"Yup. Api dihasilkan oleh proses pembakaran. Proses pembakaran itu butuh oksigen. Juga bahan bakar yang biasanya berunsur karbon. Keduanya dari tumbuhan.

"Api itu juga keren. Meski agak berbahaya. Kalau kecil jadi kawan, besar jadi lawan.

"Bagaimanapun api itu sumber cahaya. Sumber panas. Yang diperlukan untuk menjaga kehidupan.

"Seperti ambisi. Semangat meraih mimpi yang membuat hidup lebih berarti."

"Jadi elemen selanjutnya Api?" tanya Tanah memastikan.

"Hmm... Tapi, kita tidak bisa melupakan Angin," sela Rina.

Perempuan itu menjeda tuturannya demi menghirup napas dalam-dalam. Semilir angin membelai kerudungnya yang lebar. Maniknya terpejam, seolah menikmati ...

"Kebebasan," gumamnya.

"Jangan lupa, angin ditiupkan untuk menggerakkan awan, supaya hujan bisa turun ke tempat yang membutuhkan.

"Juga untuk menerbangkan serbuk sari dan membantu penyerbukan.

"Ah, atas izin Tuhan segala sesuatu di alam ini saling menopang."

Ah, akhirnya Rina ingat untuk menyebut nama Tuhan. Padahal sedari tadi ia memaparkan kebesaran dan kuasa-Nya. Mewujud tanda-tanda yang tersebar di alam semesta. Sudah berapa banyak ia berutang ucapan MaasyaaAllah?

Sementara itu, Tanah masih menyimak. Sesuatu menyesaki dadanya. Ia ingin bertanya. Namun, ia takut tidak mendapat jawaban yang ia harapkan.

"Habis itu ... " Tanah berkata bimbang. "Elemen apa lagi?"

"Ah, iya, si sulung Petir dan si bungsu Cahaya! Dua elemen paling populer.

"Bagi sebagian orang, petir memang mengerikan. Namun, bukankah guruh pun bertasbih memuji kebesaran Sang Pencipta?

"Kadang-kadang kita lupa bahwa listrik adalah elemen yang krusial untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

"Ia bukan semata buatan, melainkan suatu fenomena yang ada di alam. Petir dan hujan kadang-kadang tak bisa dipisahkan.

"Dan kilat pun merupakan cahaya!

"Ah. Cahaya. Simbol kebenaran. Perlambang kejujuran. Metafora dari petunjuk. Pantas Boboiboy Cahaya sangat intelek.

"Rasanya tadi aku sudah menyinggung cahaya yang dihasilkan oleh api.

"Jangan lupa, cahaya berperan dalam proses fotosintesis yang memungkinkan daun menghasilkan oksigen dan bahan makanan."

Rina menutup penjelasannya dan mendapati Tanah berjalan di depannya. Diam-diam perempuan itu tersenyum melihat anak laki-laki itu tampak kecewa. Mengusili pecahan elemen paling bijaksana rupanya seru juga.

Sementara itu, Tanah tertunduk tetapi masih memaksakan diri untuk tersenyum. Yah, Kak Rina benar. Alam memang luar biasa. Betapa agung Sang Pencipta. Ia juga baru menyadari kalau kuasa elemental Boboiboy seistimewa itu.

" Air, Daun, Api, Angin, Petir, dan Cahaya memang hebat. Tak sama dengan tanah yang ... kotor dan diinjak-injak."

"Siapa bilang Tanah itu kotor?" sela Rina. Ia mempercepat jalannya untuk menyejajari Tanah.

"Tanah itu suci. Lagi menyucikan. Apa kau tahu?" Perempuan itu tak bisa menahan diri dari menepuk topi cokelat Tanah yang menghadap ke belakang.

"Tujuh basuhan, satu bercampur tanah dibutuhkan untuk menyucikan najis berat. Kalau tak ada air, kau bisa tayamum dengan debu yang suci. Ingat?

"Tanah adalah tempat tanaman tumbuh. Tempat air tersimpan. Tempat gunung ditancapkan.

"Segala makhluk bernyawa berjalan di atasnya. Sedangkan bangkai terkubur di dalamnya.

"Apa kau lupa kalau manusia, makhluk paling istimewa, diciptakan dari tanah?

"Pernahkah kau dengar Api Tak Kunjung Padam? Api yang keluar dari tanah. Sebenarnya, itu fenomena gas alam.

"Kau tahu, tanahlah yang mampu menetralkan petir dan listrik. Mungkin juga bisa menyerap cahaya. Dan gunung yang ditancapkan bak pasak itu tak akan goyang oleh angin kencang.

"Pada akhirnya, tanah adalah ... pusat kehidupan."

Rina menjelaskan panjang lebar. Sedangkan Boboiboy Tanah tak berkedip memerhatikan.

Rina mengepalkan kedua tangan, seperti sedang menyemangati orang. "Oleh sebab itu, jadilah Tanah yang bersahaja. Yang tabah dipijak. Yang gagah menopang makhluk bergerak.

"Jadilah Tanah yang membumi. Karena tanpa bumi, kemegahan galaksi tak lagi berarti."

"Oke, Kak. Aku paham sekarang!" sahut Tanah yang kedua tangannya ikut mengepal.

Tiba-tiba, Rina merasa tempatnya berpijak bergetar hebat. Cahaya keemasan menyelimuti Boboiboy Tanah. Muncullah ia dengan penampilan baru. Manik emas dan kedua tangan yang dilapisi sarung tangan batu. Itu ...

"Boboiboy Gempa?"

Mengertilah Rina, pujian yang tulus dari hati dapat menjelma motivasi dan semangat untuk melindungi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

7 Students in GalaxyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang