Safir dan Lazuardi

15 3 0
                                    

Mata safir itu cantik, kalau saja pemiliknya dalam kondisi baik. Akan tetapi, saat ini Boboiboy Angin yang baru saja bertransformasi ke tahap keduanya, Taufan, hilang kendali. Iya, pemilik papan luncur tanpa roda itu mengapung-apung tak beraturan di udara, membuat Nilam panik.

Nilam takut. Teman perjalanannya, Kak Angin-nya yang ramah, baik hati, dan menyenangkan telah berubah menjadi orang gila. Senyuman yang biasanya meringankan hati digantikan tawa terbahak-bahak yang membuat ngeri. Anak perempuan itu juga tidak sadar sejak kapan Angin jadi begini. Apa ini akibat kebanyakan tertawa? Atau efek memakan permen kapas yang tumbuh dari tanah itu? Taufan mulai membahayakan orang lain---makhluk planet ini. Lihat saja alien bermuka gajah yang terkejut karena tiba-tiba diterbangkan angin ribut. Untung ia hanya jatuh sambil menggerutu dan cemberut.

Perempuan berpita biru pastel itu ingin menangis. Tidak, tidak boleh. Ia tidak boleh cengeng. Ini bukan saatnya memikirkan diri sendiri. Nilam harus menghentikan Kak Angin yang makin meresahkan. Iya, demi Kak Angin yang menyambutnya dengan senyum, menghiburnya ketika bingung, dan menemaninya dalam perjalanan tanpa ujung.

Nilam memusatkan atensi. Konsentrasi. Tembok besi tetiba keluar dari tanah. Jangan tanya darimana asal kekuatan memunculkan logam ini. Nilam juga tidak tahu. Ia saja tahu-tahu berada di planet ini. Kata Kak Angin, mungkin itu berhubungan dengan bola kuasa. Tembok besi itu menghadang lintasan Taufan. Pemuda pengendali angin itu terbentur dan kehilangan keseimbangan. Lalu jatuh berdebum ke tanah.

"Aduh!" erang Taufan. Rasa sakit rupanya mengembalikan kewarasannya.

"Kakak! Kakak enggak papa?" tanya Nilam yang beringsut menghampiri.

"Nilam?" gumam Taufan. "Alamak!" Ia melihat sekeliling, baru sadar dan baru ingat akan kekacauan yang dibuatnya. Satu dua pohon permen kapas tumbang, beberapa orang---alien---meliriknya sinis, dan kawannya, Nilam, yang seperti mau menangis.

"Sorry, ya, hehe." Taufan mengatupkan kedua tangan ke depan, menunjukkan gestur memohon maaf dengan tampang memelas.

"Hiks... Yang penting semua selamat. Hiks..." Nilam menyeka sudut matanya. "Tapi ... kenapa mata Kak Angin jadi warna biru?" tanyanya penasaran.

"Oh. Aku dapat kuasa tahap dua: Taufan. Panggil aku Taufan, oke!" sahut Taufan. "Kau mau coba naik?" Ia menunjuk hoverboard-nya.

"Boleh." Nilam mengiyakan. Ia bersyukur karena Kak Angin---Taufan---sudah kembali menjadi persona yang ramah dan menyenangkan.

Taufan membimbing Nilam naik dan duduk di atas papan seluncur yang melayang. Pemuda itu sendiri kemudian berdiri di belakang dan mengendalikan papan terbang. Manik safir itu berbinar-binar. Rambut yang dihiasi pita biru itu berkibar-kibar. Di lazuardi yang membentang, dua manusia biru menerbangkan tawa. Gembira.

7 Students in GalaxyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang