(1) •|| Petak Umpet - Kematian ||•

224 26 3
                                    

•Heppy Reading•

***

Seorang bocah berusia sepuluh tahun tengah bersembunyi di kolong tempat tidurnya, ia sedang bermain petak umpet dengan ayahnya.

"Taruna... kamu di mana, Nak?" Seorang lelaki paru baya tengah mendap-mendap mencari putranya di setiap isi rumahnya.

Anaknya terus terkekeh sambil menutup mulut agar tidak ketahuan oleh ayahnya, yang sedang bersembunyi di bawah kolong tempat tidurnya.

"Tara, Ayah, ayo makan malam dulu," ujar Arna, ibu dari bocah tersebut.

"Sayang, bentar ya. Taranya lagi bersembunyi," kata Mack yang mengecilkan suaranya.

Arna adalah seorang guru SMP. Sedangkan suaminya Mack, bekerja sebagai polisi di kota tersebut. Mereka hidup dengan damai tanpa ada yang namanya musuh.

Mack berjalan perlahan-lahan menuju kamar anaknya, ia tau anaknya pasti bersembunyi di dalam kamarnya.

Tiba-tiba dari luar terdengar suara mobil yang begitu banyak, seorang lelaki menerjang pintu tersebut hingga terlepas dari tempatnya.

Hal itu membuat Arna sangat kaget atas hancurnya pintu tersebut dan datangnya para lelaki dengan senjata masing-masing di tangan mereka.

"Si--siapa kalian?" tanya Arna yang begitu kaget dan terbata-bata.

Seorang lelaki berbadan buncit dan agak pendek, tiba di hadapan Arna. Ia memakai pakaian jas dan celana pendek serba putih, dengan rokok di tangannya.

"H4b1s1, dia!" perintah lelaki buncit itu kepada anak buahnya.

Mendengar hal itu Arna mundur-mundur ketakutan. "Mack!" teriak Arna.

Dor!
Dor!
Dor!

Ibu rumah tangga itu di tembak habis-habisan, dan membuatnya meninggal di tempat.

Mendengar suara tembakan dan teriakan Arna, Mack langsung berlari ke arah luar. Namun pria buncit itu langsung datang ke arah kamar bocah itu, lalu menerjang perut Mack. Hingga ia terpental ke arah lemari pakaian anaknya.

Bocah lelaki itu sangat kaget, melihat ayahnya di perlakukan seperti itu. Mack terbaring di samping ranjang anaknya.

Lelaki buncit itu, meletakkan kakinya di atas perut Mack. Dan menunduk sambil berkata, "Anda salah telah memilih lawan!" ucapnya yang terus menginjak perut Mack dengar kasar.

Mack menahan kesakitan, ia ingin melawan namun para anak buah lekaki buncit itu menahan setiap anggota tubuh Mack.

"Habisi, dia!" perintahnya lagi.

Lelaki buncit itu segera melepaskan pijakannya, dan membiarkan anak buahnya bertindak.

Anak buahnya habis-habisan memukul wajah Mack, lalu berkali-kali menusuk perutnya dengan p1s4v, sebelum memejamkan matanya.

Mack menoleh ke arah kiri, ia melihat putranya yang tengah bersembunyi, di kolong tempat tidurnya. Sang ayah tersenyum, lalu memejamkan matanya. Bocah itu meneteskan airmatanya.

"Ayo, pergi!" perintah lelaki buncit itu kepada anak buahnya.

Sebelum ia pergi, langkah kakinya terhenti. Ia berbalik dan berdiri tepat di samping ranjang bocah tersebut.

Bocah itu berkeringat dingin, ia begitu ketakutan dengan tubuh bergemetaran. Lalu matanya tertuju pada tato bergambar pita di kaki lelaki buncit tersebut.

Lelaki buncit itu menunduk, dan melihat bocah lelaki itu di bawah ranjang. Hal itu membuat bocah tersebut semakin takut.

"Sampai bertemu, 15 tahun mendatang." Pria buncit itu berkata sambil tersenyum kepada bocah yang tengah ketakutan itu.

Lalu ia segera berdiri, dan pergi bersama anak buahnya meninggal rumah tersebut. Setelah kepergian lelaki buncit dengan anak buahnya, bocah lelaki itu segera keluar dari kolong ranjangnya. Lalu berjalan mendekati ayahnya yang sudah tak bernyawa itu.

"Ayah..." Ia menggoyang-goyangkan tubuh ayahnya yang sudah tak bernyawa itu.

Ia menangis sesegukan butir demi butir berjatuhan membasahi wajah ayahnya, ia memegang darah yang sudah membanjiri perut dan pakaian ayahnya.

Lalu melihat arah keluar, ibunya sudah tergeletak dengan darah yang yang cukup banyak di anggota tubuhnya.

"Ibu!" teriaknya yang segera berlari arah ibunya.

Bocah itu meletakkan kepala ibunya di pangkuannya, ia tak henti menyuruh ibunya untuk bangun.

"Ibu, aku mohon. Jangan tinggalkan aku!" teriaknya yang terus menggoyangkan tubuh ibunya.

Tak ada sahutan, ibunya sudah pergi terlebih dahulu sebelum ayahnya.
Dari luar terdengar suara mobil lagi, namun bocah itu tidak perduli.

Jika mereka datang lagi, dan ingin menghabisinya, maka lakukan saja. Agar ia bisa bersama ayah dan ibunya.

Namun yang datang adalah seorang bocah perempuan berusia 12 tahun, dengan kedua orangtuanya yang membawa oleh-oleh.

Semua oleh-oleh bawaan mereka jatuh bersamaan ke lantai, atas melihatnya Arna berlumuran darah.

"Arna!" teriak ibu dari bocah perempuan itu.

"Ada apa ini, Tara? Kenapa semua ini bisa terjadi!" tanyanya yang meneteskan airmatanya.

Taruna Ratara bocah lelaki berusia sepuluh tahun itu tidak menjawab, ia hanya bengong melihat ibunya.

Air matanya luluh, saat kakak sepupunya itu memeluknya, "Menangislah, Tara. Aku di sini," ucap Belvyn bocah perempuan berusia 12 tahun.

Ayah dari Belvyn segera melihat kondisi Mack dan Arna yang sudah tidak bernyawa, ia yakin ini semua kasus pembunuhan.

Jack ayah dari Belvyn merupakan kakak kandung dari Mack. Ia segera menelvon polisi dan mengatakan semuanya.

Polisi berhamburan datang dan mengindefikasi kedua jasad tersebut, para polisi meminta keterangan atas kejadian tersebut.

Namun tidak ada yang tau kecuali Ratara, sedangkan bocah itu tidak dapat berbicara. Semua mengatakan ia sedang syok saat melihat kejadian tersebut di depan matanya sendiri.

"Tara, katakan saja! Siapa pelakunya, agar mereka di tangkap." Belvyn terus memaksa, namun Ratara tidak ingin menjawab.

Bocah itu hanya bengong, tak dapat mendengar penjelasan darinya.

"Pak, polisi. Saya mohon temukan pelakunya. Saya tidak ingin kedua adik saya pergi dengan keadaan seperti ini, dan tidak mengetahui siapa pembunuhnya!" ujar Jack kepada polisi tersebut.

"Kami akan menindak lanjuti kasus ini, kabari kami jika keponakan Anda sudah ingin berbicara, karena keterangan darinya. Sangat kami butuhkan!" jawab polisi sambil melirik arah Ratara.

"Baik, kami akan usahakan," jawab Jack.

***

Keesokannya.

Kedua orangtua Ratara pun di makamkan di TPU di kota mereka. Semua memakai pakaian serba hitam, hujan turun mengiringi kesedihan bocah lelaki itu.

"Sudah, ayo pulang." Belvyn merangkul Ratara untuk membawanya pulang.

Ratara pun pergi meninggalkan makam kedua orangtuanya tersebut, dengan tatapan yang masih fokus kepada makam itu.

Jack dan istrinya pun membawa Ratara untuk tinggal di rumahnya, mereka akan merawat keponakannya seperti anak sendiri.

Bocah lelaki itu hanya diam, tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Jack memberikan kode kepada putrinya itu dari kaca spion. Untuk mengajak keponakannya berbicara.

"Tara... jika saat dewasa nanti, apa yang akan kamu lakukan?" Pertanyaan Belvyn membuat Ratara mengangkat kepalanya.

"Tunggu, 15 tahun lagi. Aku akan mencarinya!" jawab Ratara membuka mulutnya.

Mendengar hal itu, Belvyn kaget. Dan bertanya, "Pelaku dari pembunuhan tersebut?"

"Iya, kamu ingin membantuku 'kan?" tanya Ratara melirik kakak sepupunya itu.

"Iya, aku akan membantumu!" jawab Belvyn yang mendapatkan tos-an dari Ratara.
____

Bersambung...

Taruna Ratara [Detektif]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang