(11) •|| Acara - Baku Tembak - Kaneisha ||•

36 3 3
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ratara pun berangkat menuju ke sekolah dengan jembutan dari sahabatnya itu, sang kakak juga sudah memberikannya kode, jika ada apa-apa kabari dia.

Setelah kepergian dari adiknya itu, Diego pun datang dengan motor sport miliknya, ia tengah memperhatikan sahabatnya yang sedang berdiam diri di halaman rumah.

“Belvyn, apa yang membuatmu berdiam diri di halaman rumah?” tanyanya yang baru saja turun dari motornya.

“Bukan urusanmu. Kenapa tiba-tiba kau datang ke rumahku?” kata Belvyn  dengan ketus.

“Tidak, sebenarnya ada yang mau aku bahas soal mayat yang waktu itu.”

“Mayat itu, memangnya kenapa?”

“Apakah aku tidak diizinkan masuk ke apartemenmu? Aku lelah berdiri saja!” cicitnya.

“Oh, astaga. Ya sudah masuk!” perintah Belvyn yang mendapatkan senyuman dari sahabatnya itu.

Kedua sahabat itu pun langsung masuk ke dalam apartemen milik Belvyn. Kedua orang tuanya menyambut Diego dengan baik.

“Apa ada masalah dengan kerjaan kalian?” tanya Jack yang langsung duduk.

“Iya Ayah, salah satu mayat telah kami temukan di dasar waduk. Hal itu benar-benar mencurigakan, selain meninggalnya di dekat gedung mars. Semua juga yakin bahwa mayat itu ada sangkut pautnya dengan gedung itu!” kata Belvyn menejelaskan.

“Kami juga menemukan sebuah flashdisk di dalam perutnya. Terdapat rekaman suara, tapi rekaman itu saja belum cukup, Paman,” timpal Diego yang menyela.

“Pekerjaan menjadi detektif, ternyata cukup sulit, ya. Paman yang bekerja jadi kurir di toko sendiri saja, sulitnya minta ampun. Apa lagi kalian, berurusan dengan benda tajam, mayat dan lain-lainnya.” Jack duduk melipat kakinya seraya berpikir tentang pekerjaan anak-anaknya itu.

“Iya, begitulah, Ayah. Lalu, apa yang ingin kau bahas tentang mayat itu?” tukas Belvyn yang langsung melirik sahabatnya itu.

“Ini soal kedua jempol kakinya yang sudah terpotong itu, aku mencoba menggunakan sidik jari. Lalu ke ruangan laboratorium untuk mengambil benda lainnya. Setelah pengecekan selesai, apa kau tahu apa yang terjadi?” Diego masih saja bertele-tele membuat Belvyn menatapnya datar.

“Katakan, kenapa?” tanya Belvyn seperti menantang.

“Sidik jari itu ternyata ... pemiliknya seorang gadis!” katanya yang membuat Belvyn heran.

“Sungguh? Tapi dari hasil remakan itu. Bukankah WJ---” Belvyn memotong pembicaraannya saat ia sadar, kedua orang tuanya berada di hadapannya.

“WJ, siapa, Belvyn?” tanya Bella.

“Ah bukan Ibu, maksudku dari bukti rekaman flashdisk. Pelaku pembunuhnya seorang lelaki, lalu yang memotong jempol kakinya seorang gadis? Tapi untuk apa!” Belvyn kembali pada ucapannya, ia benar-benar bingung tentang gadis itu.

Taruna Ratara [Detektif]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang