(14) •|| Pembantaian - Diculik - Ketakutan - Jubah Hitam ||•

31 1 0
                                    


•Heppy Reading•

Malam telah tiba, Ratara tengah berjalan seorang diri dengan tas yang ia sandang di sebuah gang rumah yang begitu sempit, menikmati cahaya rembulan yang amat terang menyirami kegelapan malam.

Sejenak ia termenung mengingat kembali masa-masa ia bersama kedua orang tuanya, hal itu begitu singkat kenapa tidak bisa lama? Bahkan, ia belum bisa menemukan siapa putri dari sosok pria buncit itu.

“Ayah, ibu, maafkan putra kesayangan kalian. Mencari pengetahuan itu tidak semudah yang aku bayangkan. Akan tetapi, aku dan Belvyn akan terus berusaha mencari setiap pelaku yang telah menghabisi kalian berdua!” Lelaki itu tak henti berkata akan selalu menemukan pelaku setiap pembunuhan orang tuanya.

Langkah kaki dia seketika terhenti, ia melihat adanya seseorang yang tengah menunggu diri dia di dinding gang yang amat sempit itu dengan sebatang rokok di tangan.

“Taruna Ratara, itu kau, kan?” ujar lelaki yang tengah merokok itu.

Ratara berhenti tepat di depan lelaki yang tengah merokok itu, ia melirik sebentar hingga maju beberapa langkah meninggalkan lelaki yang menunggunya itu, ia bersikap tak perduli.

“Hei, bocah! Berani-beraninya kau mendahuluiku?” Perkataan lelaki itu langsung membuat Ratara terhenti hingga berbalik menatapnya.

“Lalu, apa maumu?” tanyanya menatap tajam lelaki perokok itu.

Lelaki yang tak diketahui siapa namanya itu hanya menatap penuh remeh kepada Ratara, seketika ia bersiul seolah memanggil pasukannya. Ratara belarih menatap ke semua arah tempat, ia berdecak di saat melihat banyaknya penjahat sudah mengepung dia.

“Payah! Hanya bisa bermain dengan tikus-tikusmu!” kata Ratara dengan enteng membuat semuanya tampak kesal.

Semua penjahat telah memegang pistol dan benda tajam untuk menghabisi Ratara, strategi masih dikumpulkan. Semuanya langsung bergerak melawan Ratara satu per satu.

“Pecundang!” teriak Ratara, ia langsung melemparkan tasnya hingga mengenai para penjahat itu.

Baku hantam dimulai, ketika semua penjahat memakai benda tajam untuk menghabisi Ratara, lantas lelaki Detektif itu hanya mengandalkan kemampuannya untuk melawan para pajahat itu.

Berjalan seperti zikzak, melawan satu per satu, mengeluarkan pukulan demi pukulan untuk melawan para penjahat. Keringat mulai bercucuran di tubuh hingga kepala Ratara, ia terus melawan walaupun badannya sudah dipenuhi bekas cambukan dari salah satu penjahat itu.

Saat melihat sebuah batu bata, Ratara kembali mengatur strateginya untuk mengambil diam-diam batu bata itu. Dengan gesitnya ia meloncat melangkahi para penjahat untuk mengambil batu bata sebagai alat bantuannya saat ini.

Darah-darah mulai menetes di bibir Ratara, tatapan tajam terus ia lontarkan ke arah penjahat di hadapannya. Satu per satu penjahat itu kembali datang untuk melawan dia, dengan tangan yang memegang batu bata ia langsung memukul semuanya dengan benda mati tersebut.

Banyaknya para penjahat yang berjatuhan membuat Ratara sedikit lega, ia akan pergi meninggalkan semuanya. Harinya sungguh lelah, ia harus beristirahat.

Namun, saat ia melangkahkan kakinya tiba-tiba saja ia langsung terjatuh hingga tergeletak di dasar tanah. Dengan pipi yang terhentak ke tanah, penglihatan mulai buram, ia pun menutup mata.

Para penjahat berhasil mengalahkan dirinya, mereka pun membopong tubuh lelaki Detektif itu di salah satu pundak, hingga membawa Ratara pergi dari tempat tersebut.

Di sisi lain, Shefgan begitu lelah seharian di sekolah. Ia pun memutuskan tidur lebih awal, padahal, hari masih menunjukkan pukul setengah delapan malam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Taruna Ratara [Detektif]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang