(12) •|| Begal - Ungkapan - Perubahan ||•

15 1 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sekolah Lavend

Semua murid tengah asik mengobrol di dalam kelas masing-masing. Tampak Ratara tengah memainkan pulpennya, ia melirik arah bangku milik gadis pendiam itu.

Gadis itu tidak kelihatan, ntah ke mana ia perginya. Ratara telah mengirim sebuah pesan, namun ia tidak mendapatkan balasan dari gadis itu.

Beberapa saat kemudian, gadis itu telah datang dengan menyandang tasnya di bahu sebelah kanannya. Ia tampak lesu, dengan luka yang bertebaran di wajahnya.

Ratara langsung menghampiri gadis itu, ia duduk tepat di hadapannya. Terus memperhatikan gadis itu.

“Kaneisha, apa yang terjadi? Ada apa dengan wajahmu!” tanya Ratara yang heran.

“Astaga, kau memberikan make-up di wajahmu, sebanyak itu?” Berkata sesuka hatinya, itulah Shefgan.

Lelaki yang baru datang itu segera duduk di bangku orang lain yang asal ia ambil saja. Dengan tatapan fokus kepada gadis itu.

“Tadi malam, aku dibegal.”

Plak!

Raja pembuli itu menghentakkan tangannya di meja saat mendengar penuturan dari gadis yang biasa ia buli itu.

“Kau tidak bisa diam? Pelan 'kan suaramu!” titah Ratara yang sedikit jengkel.

“Tentu saja aku kaget, bagaimana kau bisa dibegal?” timpal lelaki yang tengah emosi itu.

“Sejak kapan kau jadi perduli kepadaku? Itu urusanku kenapa harus heboh sendiri,” ujar Kaneisha tak memperdulikan lelaki itu.

“Hei, bocah! Bersyukurlah jika lelaki setampan aku begitu perduli padamu!” Kini Shefgan mulai kesal kepada gadis itu, karena tidak menghargainya.

Sementara Ratara tengah asik melihat balutan perban yang menggumpal di lengan sebelah kiri milik gadis itu.

“Lengamu, kenapa?” Gadis itu langsung melihat ke arah lengannya.

Ia pun memegang balutan perban di lengan sebelah kirinya, sambil meneguk liurnya. “Tidak, ini hanya luka kecil. Karena aku mencoba menghindari begal itu, ia pun menggores tanganku dengan pisau.”

“Pisau? Lalu, kau sudah melaporkannya kepada polisi!” tukas Ratara.

“Tidak perlu, jika aku laporkan. Nanti mereka bisa melukaiku lagi, ah. Ngomong-ngomong bagaimana dengan pesta tadi malam?” Gadis itu pun mencoba mengalihkan pembicaraannya.

“Biasa saja. Namun, banyak yang tidak datang. Contohnya seperti Agnes dan Naeva,” ucap Shefgan menyela.

“Hm begitu, itu ibu guru datang. Pergilah ke bangku kalian!” timpal Kaneisha yang menyarankan.

Taruna Ratara [Detektif]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang