Tak ada jabatan tangan atau sekedar sapaan dari pertemuan ini, karena kita di perkenalkan bukan kenalan.
# Aisyah khodija
Sesuai janjinya pada Rere, kini Aisyah sudah tiba di rumah Rere, gadis bergamis hijau itu menghela nafas pelan sebelum melangkahkan kakiny ke dalam sebuah Rumah yang di gerbang tinggi itu. Entah mengapa kali ini ia merasa gugup, padahal biasanya Ia tak mersakan hal seperti ini, apalagi keluarga Rere sudah mengnggap Aisyah sebagai bagian dari keluarga itu. Pertemuan pertamanya dengan kakak Rere memang agak sedikit menggetarkan hatinya, meskipun, wajah teduh tapi berkharisma itu membuatnya sedikit kepikiran.
"Astaghfirullah."ucap Aisyah pelan, menyadarkan dirinya sendiri,agar tak memikirkan laki laki yang jelas bukan mahramnya. Lalu Ia melangkah saat gerbang tinggi itu dibuka oleh penjaga rumah.
"terimakasih pak."Aisyah mengucapkan terimakasih kepada pak dirman, penjaga rumah besar itu yang telah membukakan gerbang untuknya.
Gerbang sudah terlewati, lagi lagi Ia merasa gugup saat ternyata di teras rumah besar itu kini berdiri seorng laki laki bersarung hitam dan berkaos putih sedang bertelepon dengan seseorang. terlihat sederhana namun menawan, siapa saja yang melihat pemandangan itu pasti akan merasa tenang. Aisyah tak berniat melihat sosok itu berlama lama, tapi belum sempat matanya mengalihkan pandangan mata hitam milik pria itu sudah lebih dulu memergoki dirinya yang sedang menatap ke arahnya, tapi asli Aisyah sam sekali tak berniat memendangi sosok itu, hanya saja netranya memang tak sengaja terarah kesana. Aisyah melihat pria itu menutup telponnya dan mulai berjalan ke arahnya.
"maaf, mau cari siapa ya?." Tanya pria yang ia ketahui merupakan kakak dari Rere itu. Awalnya Aisyah sempat kaget saat pria itu ternyata bicara ke arahnya, namun Ia berusaha menutupi kekagetan itu.
"maaf, Rerenya ada?."Aisyah malah balik bertanya, namun dari pertanyaan yang dilontarkan Aisyah tentu saja Pria itu faham siapa yang akan aisyang kunjungi.
"kamu, Siapanya Rere?." Tanya Pria itu, seperti baru bertemu aisyah saja, padahal tadi mereka bertemu di warung, ya meskipun tak sempat berkenalan, karena tadi tiba tiba tante Aisyah menelponnya, Dan Ia tergesa untuk membeli pesanan tantenya. Tapi Aisyah tak ingin berlama lama dengan pria itu, apalagi ditatap seperti itu, membuatnya merasa sedang di intimidasi , ya meskipun pria itu tak sepenuhnya memperhatikan dirinya. Karena terlihat bahwa pria itu sedang menjaga pandangannya.
"Saya, guru ngajinya Rere. Maaf apa sekarang saya sudah diperbolehkan bertemu Rere?." Tanya Aisyah akhirnya.
"oh, silakan." Ucap pria itu akhirnya, ia memberi jalan pada Aisyah dengan sedikit menggeser tubuhnya, namun Ia tak mengikuti Aisyah ke dalam.
"permisi."ucap aisyah namun tak di jawab apapun oleh pria itu.
"Ashtagfirullah." Ucap pria itu pelan saat Aisyah sudah benar benar menjauh darinya.
***
"Kakak Ai." Rere muncul dari Atas, dengan teriakan khasnya, menuruni tangga dengan agak terburu buru, saat melihat Aisyah sedang duduk di sofa dan tersenyum ke arahnya.
"hati hati dek nanti jatuh."sebuah suara mengingatkan Rere, dan ternyata siapa lagi jika bukan kakaknya Rere. Namun tak diindahkan olleh Rere, Ia malah semakin berlari saat sudah di dasar lantai dan menghempaskan tubuhnya ke pangkuan aisyah yang disambut dengan pelukan hangat oleh Aisyah. Sedang kakaknya hanya menggelengkan kepala dan berlalu dari sana tanpa memedulikan keberadaan Aisyah, sepertinya.
"lain kali hati hati ya, kalo di tangga itu jangan lari lari, nanti jatuh. oke?." Aisyah memberi nasihat kecil pada Rere saat mereka sudah melepaskan pelukannya.
"Abisnya Aku seneng banget, kak Ai kesini hehe...."
"Sekalian aja suruh kak Aisyahnya nginep disini Dek, biar kamu gak nanyain kak Aisyah terus."Ucap seorang wanita berusia 40 tahunan namun terlihat awat muda. Sambil memmbawa beberapa camilan dan menyimpannya di meja, lalu Ia ikut duduk di sofa yang tidak ditempati Aisyah dan Rere.
"oooh, ternyata Rere yang cantik ini suka nanyain kakak Ai ya.... Ketahuan ni."ucap aisyah bercanda, membuat Rere bersemua merah. Aisyah dan Bu Ana, ibu dari rere, tertawa pelan saat melihat ekspresi malu Rere yang lucu dan menggemaskan menurut mereka.
"Eh, Azam sini, duduk sini sebentar."Titah Bu Ana pada seorang pria yang hendakmenaiki tangga, dan ternyata itu adalah kakaknya Rere. Pria itu melihat ke arah ibunya, lalu melirik Aisyah sebentar, pandangan mereka bertemu, namun azam berekspresi datar.
"Iya ma." Pria yang bernaman Azam itu menuruti perkataan ibunya. Lalu duduk di sebelah sang ibu, yang bersebrangan dengan aisyah, mereka hanya terpisahkan oleh meja saja.
"Nih Ai kenalin, ini Azam Anak pertama Ibu, kakak dari Rere yang pernah ibu ceritain ke kamu, Dia baru luus kuliah S1 nya di kairo, dari kecil Ia memang tinggal dengan ayah kandungnya dan di saat masuk SMA ia dipesantrenkan di kairo sekaligus kuliah sesudah itu." Jelas Bu Ana pada Aisyah. "Eh Ibu pernah bercerita pada kamu kan, dan ini Orang yang suka ibu ceritain itu." lanjut Bu Ana sambil mengusap pelan bahu Azam. Sedang Aisyah hanya tersenyum dan mengangguk malu. Sedangkan Azam hanya memasang muka yang datar, maklum beginilah sifatnya kalau berhadapan dengan perempuan selain keluarganya.
"Oh Azam kenalin ini Aisyah, Guru ngajinya Rere, guru yang paling disayang sama adikmu itu, iya kan re?." Tanya Bu Ana pada Rere yang kini sedang Asyik mengunyah makanan yang dibawakan ibunya tadi, Rere hanya mengangguk semangat, mengiyakan apa yang dikatan ibunya.
"Ibu harap kalin bisa cepat Akrab." perktaan Bu Ana yang terakhir itu membuat keduanya akag sedikit kaget, emang buat apa akrab, kenal aja udah cukup kan? Kenapa harus akrab pula. Pikir Aisyah. Namun Ia tetap tersenyum menimpali ucapan bu Ana. Sejenak Aisyah melirik Azam yang sama sekali tak bergeming. Menyadari anaknya tak melakukan apapun membuat Bu Ana tersenyum kikuk karena telah membuat suasana menjadi canggung.
"Oh tante Ai gak akan lama ya, soalnya Tante Ai hari ini banyak pesanan kue jadi Ai harus bantu tante." Ucap Aisyah tiba tiba, karena teringat Ia sudah cukup lama disini, yang penting janjinya pada Rere sudah terpenuhi. Dia juga ingin lari dari kecanggungan ini , lalaki itu sepertinya gak berminat kenalan dengannya, membuatnya canggung sendirian.
"oh, Rere katanya mau kasihin oleh oleh ke kak Ai sekarang kan?." Tanya bu Ana pada Rere.
"kan itu oleh olehnya udah ada." Ucap Rere bersemangat sambil menunjuk Azam, sementara yang Bu Ana, Aisyah dan Azam terlihat kaget dengan perlakuan dan perkataan Rere.
"Ah Rere bisa aja, masih kecil udah usil aja."Ucap Bu Ana sambil tertawa kecil. Sementara Rere hanya cengengesan.
"cepet ambil sana oleh olehnya, kak Ai udah gak sabar tuh." Canda Bu Ana, namun Rere tak juga beranjak, seolah enggan beranjak dari posisi nyamannya saat ini.
"Rere males Ah, Ibu aja yang ambilin, Rere nungguin disini sama kak Ai, kak Azam bantu Ibu juga, kalo Rere yang ambil kan berat nanti." Ucap Rere akhirnya, aduuuh bocil bebas ya.
"Oh ya Udah, kak bantuin Ibu yuk!." Ajak Bu ana pada Azam, Bu ana baru sadar bahwa oleh oleh yang akan di berikan pada Aisyah itu gak sedikit.
Setelah Aisyah dan Rere menunggu beberapa saat, Akhirnya Azam dan Bu Ana muncul dengan membawa beberapa kresek yang isinya penuh semua, membuat Aisyah kaget, apakah itu untuknya semua? Mungkin tidak, pikirnya. Mereka meletakannya di atas meja, saat Azam hendak pergi, Bu Ana mencekal lengan Azam.
"Anterin Aisyah pulang ya, gak mungkin kan Aisyah membawa barang sebanyak ini sendirian."titah Bu Ana pada Azam, Aisyah hendak menolak namu suara Rere mencegahnya untuk mengeluarkan suara.
"Rere ikuuut."
****
semangatin aku dong, soalnya aku ppenulis baru, hehe..... terimakasih sudah baca itu yang pertama
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKUATAN ISTIKHARAH
Teen Fictionkemarilah. singgah dulu sebentar .haloo ini karya baru lho. baru baru ini. ini yang paling baruuuu.... buruan baca ceritanya. meskipun awalnya gaje menurut kalin, tapi aku jamin kesananya bakal seru kok. jamin deh yuk baca.... "saya ingin melamar ka...