Mencari tahu adalah sesuatu yang perlu, ketika kita merasa penasaran terhadap sesuatu.
#Ahmad Azamba Al- Fatih
Azam sedang duduk bersama Ibunya di ruang tamu yang kebetulan sedang sepi. Ralat, bukan kebetulan tapi memang begitulah keadaan rumah itu, selalu terlihat sepi karena penghuni rumah juga hanya ada empat orang, ditambah beberapa pembantu dan satpam. Itulah mengapa Bu Ana akan sangat senang jika Aisyah ada dirumahnya, mengisi kekosongan dan menemani Rere. Dulu Aisyah sangat sering menginap di rumahnya menemani Bu Ana dan Rere ketika suami bu Ana sedang ada urusan bisnis di luar kota. Namun sejak dua bulan terakhir ini Aisyah jarang melakukan hal tersebut karena tante Aisyah, Tante Sinta tak ada temannya di rumah jika aisyah menginap. Karena suami Tante Sinta pergi ke luar kota untuk bekerja.
"Yah begitulah Aisyah sangat di sanjung oleh warga disini, karena dia memiliki perangai yang sangat lembut, baik dan sholehah. bahkan Rerepun kayaknya gak bisa deh kalo sehari gak ketemu Aisyah, kallo gak bisa ketemu biasanya dia gak bakal berhenti nanyain." Ucap Bu Ana mengakhiri penjelasannya mengenai Aisyah. Setelah Bu Ana mendengar alasan mengapa anaknya ingin mengetahui perihal Aisyah . Ada perasaan senang yang tak bisa Bu Ana gambbarkan tatkala Ia mendengar anaknya mengatakan bahwa Aisyah adalah perempuan yang selalu ada dalam mimpi Istikharahnya. Dari dulu Bu Ana memang selalu berharap bahwa Aisyahlah yang akan menjadi menantunya kelak. Dan kini harapan itu mungkin akan tercapai.
"Aisyah pernah mesantren Bu?."tanya Azam penasaran
"Aisyah tidak mesantren, hanya saja pamanmu, Ustaz Salim selalu mendidik Aisyah dan Ririn. Karena dari dulu Aisyah dan Ririn tumbuh bersama. Ustaz Salim sudah menganggap Aisyah seperti anak sendiri."
"Bu, Aisyah adalah perempuan yang selalu ada dalam mimpi Istikharahnya Azam, ini adalah hari pertama Azam bertemu dengannya tapi Azam meresa sudah sedekat itu dengannya." Ada nada gelisah saat Azam mengucapkan itu, entah mengapa Azam merasakan sesuatu yang membuat dirinhya bingung. Namun Azam sendiri tak mengerti apa itu.
"Nak ibu ngerti, Ibu akan selalu mendukungmu. Lalu apa niat kamu sekarang?." Tanya Bu Ana pada Azam.
"Azam ingin secepatnya melamar Aisyah Bu, selam ini, bahkan sebelum Azam bertemu dengan Aisyah, Aisyah selalu menghantui fikiran Azam, dan Azam tidak mau berlarut larut dalam dosa ketika Azam memikirkan Aisyah, apalagi jika Azam memandang atau bahkan berdekatan dengannya." Jawab Azam tegas meskipun ada nada ketakutan di dalam ucapannnya.
"Ayahmu juga pasti akan senang dengan niatmu ini, karena dari dulu Dia sangat menyukai Aisyah, dan Ia juga sudah menganggap Aisyah seperti anaknya sendiri, tau sendirilah Ayahmu itu sangat menyayangi anak yatim piatu. Apalagi Rere, mungkin dia akan jadi orang yang paling bahagia jika kamu benar benar bisa bersama Aisyah."
"Apakah papa juga Akan setuju?." Tanya Azam pada Ibunya.
"Insya Allah Azam, jika kalian memang berjodoh apapun rintangannya pasti kalian akan bersatu. Apalagi papamu itu kan sangat religi, pasti Ia kan menyukai Aisyah yang sholehah itu." Jawab Bu Ana meyakinkan Azam. Azam tersenyum mendengar penuturan Ibunya, ia lalu memeluk sang Ibu, yang mampu menyalurkan kehangatan dan menghilangkan rasa ketakutan yang tiba tiba Ia rasakan. Jujur Azam sendiri tidak mengerti ketakutan apa yang Ia rasakan saat ini. Akankah niatanya untuk melamar Aisyah berjalan dengan baik? Atau justru sebaliknya?. Apakah ketakutan yang Azam rasakan saat ini adalah pertanda bahwa Ia tak akan semudah itu mendapatkan Aisyah?.
"Do'ain Azam ya Bu." Ucap Azam dalam pelukan sang Ibu.
***
Pagi ini adalah pagi yang sangat cerah, secerah senyuman seorang perempuan yang kini sedang menyiram bunga di halaman rumahnya. Sambil menyanyikan sholawat kesukaannya Ia sangat Asyik menyiram bunga hingga tiba tiba dering ponsel yang Ia simpan di meja membuatnya berhenti bersholawat dan menghampiri ponselnya yang tak berhenti berdering.
"Assalamualaikum Bu."sapa Aisyah pada orang disebrang telpon.
"waalaikumsalam aisyah, maaf Ibu ganggu kamu gak?." Tanya seseorang di sebrang telpon yang ternyata Bu Ana.
"Gak kok Bu, Ibu gak ganggu kok, Aisyah Cuma lagi nyiram tanaman."jawab Aisyah sambil tersenyum. Kebiasannya yang selalu ramah dan tersenyum jika sedang berbicara dengan orang lain sepertinya terbawa meskipun Ia sedang berbicara di telpon sekalipun.
"ini lho Ai, tante mau pesen kue buat nanti malam acara Arisan komplek, bisa kan?." Tanya Bu Ana.
"oh iya Bu bisa bisa, nanti 2 jam lagi Aisyah antar ya ke rumah tante." Jawab Aisyah dengan nada ramah. "Kuenya seperti biasa kan Bu?." Lanjut Aisyah, bertanya.
"iya Ai seperti biasa kok, ya udah Ibu tunggu ya, Assalamualaikum." Ucap Bu Ana yang juga dengan nada ramah,
"iya tente siap, Waalaikum salam."
***
Kini Aisyah sedang berada di rumah Bu Ana, niatnya hanya mengantarkan kue pesanan malah tidak bisa pulang karena ditahan oleh Rere.
"kak Ai disini ya, bentar ajaaa...." Ucap Rere dengan nada manja, yang tentunya membuat Aisyah hanya bisa pasrah jika Rere sudah bberlaku manja padanya.
"iya iya.... Tapi gak lama lama ya ..."
"iya kakak... temenin Rere menggambar ya." Ucap Rere sambil menggenggam tangan Aisyah.
"Rere.. Rere gak bisa ya sehari tanpa kak Ai?."Goda Bu Ana yang muncul dari arah dapur. Sementar Rere hanya tersenyum malu. Aisyah merasa ada yang kurang dirumah ini, bukan, bukan Ayahnya Rere yang Ia maksud, tapiiiii sosok itu.
"Azamnya lagi gak ada Ai, lagi ke luar, ada perlu." Ucap Bu Ana menggoda Aisyah yang seperti sedang mencari sesuatu.
"Eh, tante, Ai gak lagi cari kak Azam kok."jawab Aisyah dengan perasaan malu.
Astaghfirullah... apaan sih aku ini....... Ucap Aisyah dalam hati menyesali perbuatannya.
***
Aku seneng banget bisa update dan ngehilangin rasa males ini.... Hehe,,,, jangan lupa komen ya... biar aku tambah semangat
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKUATAN ISTIKHARAH
Teen Fictionkemarilah. singgah dulu sebentar .haloo ini karya baru lho. baru baru ini. ini yang paling baruuuu.... buruan baca ceritanya. meskipun awalnya gaje menurut kalin, tapi aku jamin kesananya bakal seru kok. jamin deh yuk baca.... "saya ingin melamar ka...