3. getaran hati

12 3 4
                                    

Kala hati bergetar saat mendapati keindahan Rasa syukurlah yang sepatutnya kita ucapkan

# Ahmad Azamba Al- Fatih

Hari itu Azam benar benar mengantarkan Aisyah ke rumahnya, saat perjalanan ke rumah Aisyah yang benar benar tak jauh, hanya di isi dengan candaan Aisyah dan Rere sesekali. Azam yang sedang mengemudi di kursi depan sama sekali tak ikut ikutan, meskipun sesekali Rere menggodanya, namun Azam hanya menanggapinya dengan semyuman kecil hanya sekedar untuk menghargai Rere. Hingga akhirnya mereka sampai di rumah Aisyah. Sedari perjalanan tadi tak ada percakapan antara Azam dan aisyah, meskipun hanya sekedar bertanya dimana letak rumah Aisyah, tak Azam lakukan bahkan aisyah heran dariman Azam tahu rumahnya? Namun ia tak terlalu memikirkan itu, bisa jadi Azam bertanya terlebih dahulu pada Ibunya.

"Rere mau dirumah kak Ai dulu, mau main."ucapan itu Rere tujukan untuk sang kakak, berniat meminta Izin saat mereka masih ada di dalam mobil belum turun sama sekali.

"nanti kalo Ibu nyariin gimana?." Tanya Azam polos

"kakak kan tinggal bilang aku lagi di rumah kak Ai, boleh yaaa." Pinta Rere manja.

"Iya, tapi kalo nanti kakak jemput jangan susah ya di ajak pulangnya."

"okee kakak." Rere berkata sambil menunjukan wajah cerianya. Aisyah hanya tersenyum menyaksikan percakapan kakak dan adik itu. Mereka akhirnya turun dari mobil, Azam membantu Aisyah membawa barang barangnya.

"Aisyah sama siapa?." Tanya tantenya saat membuka pintu, mendengar tak hanya suara Aisyah yang terdengar.

"Ini anak anaknya Bu Ana tante." Jawab aisyah, membuat tantenya memandang lelaki tampan bersarung hitam.

"Oh ini anaknya Bu Ana yang pertama ya?." Ucap tantenya Aisyah sambil tersenyum ramah pada Azam, dijawab senyuman sekaligus anggukan oleh Azam. "sini masuk dulu ke dalam!." Lanjut tantenya Aisyah namun tidak hanya ditujukan untuk Azam, melainkan juga pada Rere. mereka akhirnya masuk, Azam tak bisa menolak, di bukan tipe orang yang tak bisa menghargai orang lain.

Mereka kini sedang duduk di ruang tamu memperbincangkan sesuatu, Kini Aisyah bisa melihat sisi lain dari Azam, sepertinya dia orang yang sangat sopan dan ramah, itu yang terlintas di pikiran Aisyah saat melihat interaksi Azam dan tantenya. Aisyah hanya mendengarkan apa yang dibicarakan mereka berdua karena Ia sibuk berceletoh dengan Rere, dengan tetap memelankan suaranya agar tak mengganggu percakapan Azam dan tantenya.

Setelah perbincangan singkat itu selesai Azam pamit untuk pulang, tak lupa Tantenya Aisyah berterimkasih pada Azam dan keluarganya karena telah memberi Aisyah oleh oleh yang begitu banyak. meninggalkan Rere yang kini sedang menonton film kartun bersama Aisyah, dalam perjalanan pulang banyak sekali hal hal yang mengganggu pikiran Azam, tak bisa dipungkiri Aisyah yang baru pertama kali bertemu dengannya mampu membuat hatinya bergetar, bukan tanpa alasan. Azam kembali mengingat ingat beberapa mimpi mimpinya, ya hasil dari sholat Istikhorohnya, sudah 2 tahun Azam melakukan itu agar hatinya tak singgah pada orang yang salah, dan betapa terkejutnya dia saat pertama kali bertemu Aisyah di warung itu. Pada hari itu Azam memang tak bisa membendung rasa kagetnya dan rasa syukurnya saat beretemu seseorang yang selama ini selalu menjadi teka teki bagi Azam, yang selama ini selalu memenuhi mimpi istikoroh Azam. Ya Azam sudah mendapati orang itu dalam mimpi beberapa kali membuatnya seyakin itu bahwa Ia tak salah orang. Azam berfikir mungkin ini sudah waktunya Allah mempertemukannya dengan takdir cintanya itu. Namun azam memang belum bisa memutuskan perihal dirinya akan bagaimana pada Aisyah, Dia akan mencari waktu yang tepat untuk itu. Jujur saja melihat Aisyah, atau berada dalam ruangan yang sama dengan Aisyah membuatnya gerogi dan bingung sekaligus, membuat Azam memilih untuk membisu atau tak banyak bertingkah dihadapan Aisyah, takut melakukan kesalahan mungkin. Azam tersenyum sendiri membayangkan betapa dingin dirinya saat sedang ada Aisyah, ya kecuali tadi pada saat sedang berbincang dengan tantenya Aisyah, karena bagaimanapun Ia harus sopan dan ramah kepada orang yang lebih tua darinya.dan yang jelas itu adalah sisi lain dalam diri Azam, Ia hanya akan terlihat dingin pada perempuan yang bukan mahramnya, dan pada perempuan yang tidak memiliki hubungan apapun dengnnya.

Azam sudah tiba di rumahnya, saat masuk ke dalam kamarnya Azam menghempaskan tubuhnya yang cukup lelah. Azam sendiri bingung bagaimana caranya agar dia bisa mendekati aisyah, haruskah Ia melamarnya secara langsung?, tapi itu jelas terlalu terburu buru lagian ini baru pertemuan yang pertama kalinya, ya bagi Aisyah, tapi tidak baginya yang sudah bertemu Aisyah berkali kali dalam mimpi. Meskipun hanya dalam beberapa mimpi saja ia bisa melihat wajah aisyah dengn jelas tapi Ia yakin karena hari ini, Ia telah menemukan Orang "itu".

"Terimakasih Ya ALLAH." Ucapnya pelan, lalu Ia beranjak dari kasur dan pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, setelahnya Ia melaksanakan Sholat Zuha.

***

Aisyah kini sedang mengajarkan Rere ngaji. Biasanya sehabis Zuhur ada kegiatan sekolah agama, dan Aisyah adalah salahsatu guru sekolah Agama di madrasah dekat rumahnya itu. Bersama Ririn dan Alif, mereka diamanahkan pak ustaz Salim (ayahnya Airin) untuk mengajar Anak anak. Namun kebetulan hari ini sekolah agama libur, karena keluarga Pak Ustaz Salim dan keluarganya sedang menemani anak pertama mereka wisuda, yaitu Fahri, kakak dari Airin. Sementara Alif juga termasuk keponakan Ustaz Salim, jadi dia juga ikut. jadi hanya tersisa Aisyah yang gak mungkin mengajar semua murid sendirian. Tadinya Aisyah juga di ajak untuk pergi bersama mereka, apalagi Fahri yang meminta agar dirinya ikut, namun dia menolak, karena harus menemani tantenya. Paman Aisyah, yaitu pak Iman sedang bekerja di luar kota meninggalkan istrinya dan Aisyah, jadi aisyah harus menemani tantenya dalam keadaan apapun.

"Assalamualaikum." Seseorang di luar rumah mengucapkan salam sambil mengetuk pinyu beberapa kali, posisi kamar Aisyah yang jauh dari pintu, terhalangi beberapa ruangan membuatnya tak bisa mendengar ucapan salam itu. Hingga Tante Aisyahlah yang membuka pintu.

"Eh nak Azam, mau jemput Rere ya? Tuh Rerenya ada dikamar Aisyah, panggil ajaj ya, mereka ada di dalam kok, tante lagi buru buru mau nganterin pesanan kue, ayo masuk... masuk...". Setelah di suruh oleh tante Aisyah yang bernama sinta itu, Azam lalu masuk kedalam rumah itu. Setelah mengetahui kamar Aisyah karena tadi sudah ditunjukan oleh tante Sinta membuat Azam berani mendekati kamar itu, belum juga mulutnya mengucapkan salam, atau tangnnya mengetuk pintu kamar itu, hati Azam sudah bergetar terlebih dahulu tatkala Ia mendengar suara Aisyah yang sedang mengaji Alqur-an dan di ikuti Rere setelahnya.

"Subhanallah."ucapnya pelan. Namun Ia tak menyadari bahwa Aisyah dan Rere sudah mengakhiri kegiatan ngajinya. Hingga saat Aisyah membuka pintu pandangannya bertemu azam. Dengan cepat keduanya memalingakan wajah.

"kk... kak Azam.." ucap Aisyah dengan sedikit gugup.   

KEKUATAN ISTIKHARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang