Pria tan semanis gula jawa itu tiba di perkarangan rumahnya. Lebih tepatnya rumah Haruto, ia tidak mempunyai rumah melainkan itu adalah rumah orang tuanya.
Sekarang jarum jam menunjukan pukul 10 malam, agak telat Jeongwoo pulang hari ini, ya kerana dia sibuk dengan santainya yang asik ngobrol sama ibunya Yoshi.
Harini Jeongwoo seperti merasakan kasih sayang dari seorang mertua, tetapi itu bukanlah dari mertua sebenarnya melainkan ibunya Yoshi.
Entah mengapa Jeongwoo menganggap ibu Yoshinori adalah mertuanya, andaikan sahaja bunda Haruto seperti ibu Yoshi yang baik dan mesra bahkan nganggap dirinya adalah anaknya.
Namun itu mustahil akan terjadi, bagaimana itu bisa terjadi jika bundanya Haruto itu sangat munafik akan dirinya.
"Kalo Haruto marah kamu, bilang ke gue yah? salah gue juga ngebawain kamu sampai malam gini"
Jeongwoo terkekeh "Nggak papa, yang salahnya aku. Maaf ya ngerepotin kak Yosh udah hantar malam malam gini, jadi nggak enak deh" cengir Jeongwoo.
"Eh. Nggak repot kok, ya udah gue pamit dulu. Kalo butuh bantuan nelfon gue ya?" Jeongwoo mengangguk, dan melihat mobil Yoshi yang sudah mula menghilang dari pandangannya.
Entah mengapa hati Yoshi berat untuk meninggalkan si manis, dan semenjak seharian bersama Jeongwoo , Yoshi merasakan aura yang kurang menyamankan bila bersama sahabatnya itu.
Bukan ingin berpikir jelek ke Jeongwoo dan mengharapnya begitu. Tetapi Yoshi pernah merasakan aura ini pada lima tahun yang lalu. Iaitu bau bau kematian, Yoshi bukan cenayang untuk tahu semua itu.
Tapi Yoshi sedikit tahu aura kematian ini, yang dimaksudkannya ialah , apabila melihat Jeongwoo, hatinya akan merasa gak enak, sayu bahkan ingin menangis sahaja melihatnya.
Tambah lagi, bila Jeongwoo tersenyum. Dapat ia lihat senyuman itu sangat berseri dan seperti terpancar sinaran putih dari syurga.
Yoshi pernah merasakan itu ketika kali terakhir ia bersama sang ayah. Ia pernah merasakan aura Jeongwoo itu seperti aura kali terakhir ia melihat ayahnya.
Yoshi tidak ingin berpikiran negatif, ia tahu rasanya itu hanya kebetulan. Mungkin rasa Yoshi yang gugup ketika bertemu dengan si manis. Biarlah, hanya berdoa sahaja. Dengan melihat sahaja kita tidak dapat tahu ajal seseorang itu tiba.
Yoshi bukan Tuhan untuk menentukan takdir atau kematian seseorang. Yoshi ingin mendamaikan hatinya.
Senyuman semanis bak gula Jawa itu luntur ketika melihat mobil Yoshi yang sudah menghilang dari pandangannya. Hatinya merasakan kosong lagi dan bosan setelah Yoshi meninggalkannya.
Jeongwoo mengeluh panjang menatap rumah megah Haruto itu, entah mengapa dirinya tidak ingin melihat Haruto sekarang. Rencananya tadi dia ingin ke rumah orang tuanya aja, tetapi Yoshi tidak setuju untuk menghantarnya.
Kata Yoshi biarlah Haruto sendiri yang menghantar dirinya ke rumah orang tuanya. Nggak lucu kalo Yoshi yang menghantar. Entar orang tua Jeongwoo pikir yang aneh aneh, tambah lagi bila dalam keadaan malam gini.
___________________
Langkah Jeongwoo terhenti apabila ia melihat sebuah mobil berwarna hitam elegan itu terparkir di halaman rumah itu.
Ia mengerut bingung, bukankah itu mobilnya Haruto? Kenapa hari ini suaminya itu pulang awal, biasanya Haruto biasanya pulang tengah malam tak pun keesokan harinya.
Si manis mengedikkan bahu, ia tidak peduli lagi maunya Haruto pulang awal kek, telat kek. Itu bukan urusannya. Bisa bisanya dia ditengking sama suaminya.
Lebih baik, dirinya hanya fokus sama kandungannya itu. Bisa bisanya kandungannya itu terjejas hanya karena stress yang berlebihan .
Bunyi pintu yang besar itu terdengar apabila Jeongwoo membuka. Suasana yang begitu adem dan tidak mendapati Haruto ada di ruang tamu.

KAMU SEDANG MEMBACA
GET BACK [HAJEONGWOO]
RandomHAJEONGWOO BOOK!! ~ Seperti kaset yang diputar memutarkan kisahnya, begitu juga dengan kisah dua manusia ini~ ~Memori yang sudah lama terpadam, kini muncul semula dalam ingatan~ HAJEONGWOO BXB MPREG MATURE WARN!