Pintu kaca itu terbuka dan tentunya dapat membuat atensi pria berkulit tan ini tertumpu kepadanya. Jeongwoo tersentak kaget kala sosok yang datang itu ialah sosok yang harus ia hindari.
Entah mengapa Jeongwoo sedikit gementar kala ia harus berhadapan dengan pria ini. Bukankah ia sendiri yang memanggil mantan- ops, orang asing itu agar harus datang ke kantornya.
Sudah tiga hari Watanabe Haruto ini sudah mula bekerja di perusahaannya. Tetapi ini kali kedua Haruto menjejakkan kaki di kantor Jeongwoo setelah hari dimana ia melamar atau bisa disebut merayu ke Jeongwoo.
Pria jangkung ini lebih dahulu mengalihkan netranya ke anak kecil yang sedang menyusu memegang botolnya sendiri di atas sofa itu. Haruto mengerut keningnya, siapakah anak kecil bersama Jeongwoo itu?
Jeongwoo berdehem kecil bagi menyadarkan Haruto untuk tidak fokus ke Ruwoon. Dan setelah itu Haruto pun duduk di bangku yang tepatnya di depan Jeongwoo.
"Dimana berkas berkas yang saya beri kepada Wooyoung kemarin?" Tanya Jeongwoo dengan raut tegas.
"Wooyoung bilang saya tidak dibenarkan memegang berkas berkas itu" Saut ragu dari Haruto dan itu sudah tentu membuat Jeongwoo mengangkat alisnya.
"Mengapa dia tidak menyuruhmu untuk mengambil alih?"
"Wooyoung bilang dia nggak mau saya kecapekan. Sudah banyak kerja yang harus saya mesti siapkan"
Jeongwoo mendecih.
"Sudah tugas anda sebagai orang bawahan saya kan? Siapa majikan anda? saya atau Jang Wooyoung?" Tanya Jeongwoo galak.
Haruto dibuat bungkam akan kata Jeongwoo. Entah apa perasaannya benar atau salah, Jeongwoo terlihat seperti ingin menyeksanya. Sudah tiga hari ini Haruto dibiarkan lembur, padahal rekan rekannya yang lain tidak disuruh pulang telat.
Tetapi mengapa hanya Haruto sahaja yang harus bekerja lebih masa.
"Ma-"
"Ma, nen" Kalimat Haruto harus terpotong oleh suara nyaring dari anak kecil yang mula melangkah kecil ke arah Jeongwoo.
Jeongwoo mengangkat Ruwoon ke pangkuannya, ia melihat botol susu itu sudah habis.
"Nih, nenen kan udah Ruwoon habiskan. Ruwoon mau lagi" Ruwoon mengangguk, pemuda tan ini terkekeh lalu mencium pipi Ruwoon.
Anaknya memang benar benar dalam pertumbuhan.
Sedangkan Haruto masih melihat keduanya berinteraksi, dan otaknya masih lagi bermain dengan memikirkan, Jeongwoo udah nikah lagi? Jeongwoo udah punya anak? siapa ayahnya?
Kira kira begitulah pikiran pemuda ini. Jeongwoo makin leka bermain dengan Ruwoon sehingga si Ruwoon memekik ke arah Haruto lalu menunjuk Haruto.
"Pah" Oceh balita itu dan sudah tentunya membuat Haruto mahupun Jeongwoo bukan main kaget lagi.
Jeongwoo lebih kaget lagi, bagaimana anak ini bisa menunjukkan Haruto dan mengatakan Haruto itu bapaknya.
"Bukan papa itu, itu om Ruto" Ajar Jeongwoo ke Ruwoon. Niatnya supaya Ruwoon tidak akan memanggil Haruto dengan panggilan papa. Belum bersiap dia untuk memperkenalkan Haruto ke Ruwoon.
"Uto" Haruto tersenyum, mengapa hatinya merasa sejuk bila anak kecil itu memanggilnya dengan gelaran papa.
Bolehkan dia iri sama bapaknya anak kecil gemes ini? Sudah memiliki Jeongwoo, punya lagi anak kecil nan gemes ini.
Mengapa rasa penyesalan datangnya telat? Jika ia sadar akan perbuatannya dulu. Mungkin sekarang ia bersama Jeongwoo dan mempunyai anak segemas kayak anak yang di gendong Jeongwoo sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
GET BACK [HAJEONGWOO]
RandomHAJEONGWOO BOOK!! ~ Seperti kaset yang diputar memutarkan kisahnya, begitu juga dengan kisah dua manusia ini~ ~Memori yang sudah lama terpadam, kini muncul semula dalam ingatan~ HAJEONGWOO BXB MPREG MATURE WARN!