𝟻

586 73 7
                                    

sesuai rencana, Aiku akan datang ke rumah [name].

sebelumnya [name] sudah beri Aiku disclaimer bahwa ia tidak bisa turun dan membukakan pintu untuknya karena orangtuanya nanti akan terbangun.

lalu karena kamar [name] ada di lantai 2, opsi pertama ialah Aiku akan melemparkan bukunya dan akan ditangkap oleh [name].

namun sesampainya di rumah [name] Aiku menemukan jendela kamar [name] terlalu tinggi. sulit untuk ditangkap oleh [name]. maka opsi kedua dan terakhir adalah memanjat.

yap, Aiku akan memanjat.

"kalo nggak salah ada tangga di ujung sana Ku. coba lo cek." ucap [name] dari atas.

Aiku pun mengecek ke pojok rumah [name]. memang ada tangga di sana tapi baru saja Aiku ingin memindahkannya—

kriet!

tangga itu menimbulkan suara decitan yang keras. mau tidak mau Aiku harus mengurungkan niatnya.

[name] pun seketika bingung. pokoknya ia harus tetap menemukan cara bagaimana juga buku itu harus ada di tangannya.

di tengah kebingungan itu, ide gila tapi masuk akal namun di luar nalar muncul di kepala [name].

"Aiku! tunggu sebentar!" [name] kemudian menghilang dari jendela.

oke? jadi Aiku ditinggalkan sendirian di pekarangan rumah orang dan berdiri di sana seperti orang bodoh?

jika ada pos siskamling yang melihatnya maka mereka akan mengira Aiku adalah pencuri.

beberapa menit kemudian, [name] muncul kembali di jendela. [name] melempar sebuah 'tali' dari jendelanya.

"naiklah Aiku!" titah [name].

Aiku melihat penampakan tali d.i.y ala [name] yang terbuat dari selimut dan seprai yang diikat dan disatukan menjadi tali. memangnya bisa benda setipis ini menahan beban tubuhnya?

"gue gak pede [name]. gue takut jatoh." ucap Aiku.

lantas [name] memasang wajah memelas lagi. sial, mana mungkin Aiku dapat menahannya. maka ia pun harus mau memanjat tali itu.

"gue pegangin lo kok Ku. kalo lo jatoh, gue juga jatoh ke bawah."

Aiku pun mulai memanjat menggunakan tali yang terbuat dari selimut dan seprai itu. sebelumnya Aiku tidak pernah memiliki pengalaman memanjat, tapi ia dapat melakukannya dengan baik.

namun, sedikit lagi Aiku sampai ke jendela kamar [name] tangannya licin dan hampir terpleset. untungnya [name] menahannya.

"lo gapapa?" tanya [name].

"yeah, im oka—"

kaki Aiku tergelincir dan hampir saja laki-laki itu benar-benar terjatuh. namun reflek [name] sangatlah cepat sehingga ia menarik tubuh Aiku yang sangat besar itu masuk ke dalam kamarnya.

BRAAAKK!

"Aiku! lo gapapa?!" tanya [name] panik.

Aiku dengan napas yang terengah-engah karena hampir saja terjatuh mengangguk. itu adalah pengalaman yang tidak akan mau ia ulangi lagi.

Aiku bangun perlahan dari posisi jatuhnya. rupanya [name] pun ikutan jatuh saat menarik tubuhnya ke dalam.

"need a hand?" tanya Aiku sambil mengulurkan tangannya pada [name].

tidak seperti pertemuan pertama mereka dimana [name] menolak uluran tangan Aiku, kali ini ia menerimanya. [name] bangun dibantu oleh Aiku.

"thanks." ujar [name].

"oh iya, ini buku lo." Aiku memberikan buku catatan matematika milik [name].

"ah! hampir aja lupa. makasih banyak—"

"[name]? suara berisik apa tadi?"

suara sang papa yang mendekat ke arah kamarnya seketika membuat [name] panik. masih ada Aiku di sini dan jika papanya melihat Aiku berada di kamarnya beliau pasti akan murka.

langkah kakinya semakin dekat, bahkan papanya sedang membukakan kunci dari luar. [name] semakin panik.

"lo harus sembunyi!" suruh [name].

Aiku pun ikutan panik. "dimana?!"

ceklek!

pintu pun terbuka. papa melihat kamar [name] yang tenang dan gelap gulita. [name] pun sudah dalam posisi tertidur membelakangi sambil memeluk 'guling'.

"kalau begitu suara apa tadi?" sang papa menutup pintu dan suara langkah kakinya pun menjauh.

[name] mendesah lega. untungnya tadi ia sempat berlari ke arah kasur dan mematikan lampu kamar. kebetulan tombolnya pas di samping kasur.

kepala Aiku menyembul keluar dari dalam selimut. Aiku bersembunyi dengan pura-pura menjadi guling [name].

alias? ya, [name] memeluknya, Aiku dipeluk.

"udah aman?" tanya Aiku memastikan.

"ya. lo bisa pulang."

[name] mengantar Aiku sampai ke jendela. sebelum turun, mereka berbincang sebentar.

"makasih banyak lo udah effort banget dateng ke sini sampe manjat ke kamar gue buat nganterin balik buku gue yang ketinggalan. padahal harusnya gue yang kesana buat ambil." ucap [name] sungguh-sungguh berterimakaih.

Aiku tersenyum. "it's not a big deal."

tiba-tiba senyuman itu berubah menjadi seringai. "btw tadi punya lo 'empuk'."

[name] bingung dengan apa yang diucapkan Aiku. "apanya yang empuk?"

Aiku terkekeh. untungnya gadis itu begitu polos. "kasur lo."

"ohh iya dong! gue tau yang milih kasurnya! kapan-kapan gue ajak lo lagi ke sini terus kita tidur bareng ya!" sepertinya [name] kelewat polos. kata-katanya bila ditelaah dapat merujuk ke hal lain.

Aiku hampir saja tertawa dengan keras jika ia tidak mengingat ini sudah malam.

"gue pegang ucapan lo."

"gue selalu menepati ucapan gue."

jag älskar dig, 𝓞𝗹𝗶𝘃𝗲𝗿 𝗮𝗶𝗸𝘂 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang