𝟿

491 64 3
                                    

PRAK

Aiku melempar buket bunga daisy yang tadinya akan ia berikan kepada pujaan hati. niat awalnya Aiku akan menembak gadis itu.

rasanya seperti ditolak telak, padahal maju selangkah saja belum.

[name] bilang, ia tidak akan mengajar lagi. ketika minta penjelasan, perempuan itu malah bilang tidak bisa mengatakannya.

Aiku bingung, kesalahan apa yang sudah ia lakukan sampai [name] tiba-tiba seperti itu?

Aiku tidak paham dengan perasaan perempuan itu. padahal ia sangat ahli di bidang ini, tapi memahami [name] begitu sulit.

dalam hatinya ia menyalahkan [name]. tapi di sisi lain Aiku pun tidak membenarkan dirinya yang begitu impulsif terhadap [name].

dirinya sendirilah yang menaruh ekspektasi lebih. melihat [name] yang selalu merona dan salah tingkah ketika dirinya menggodanya, Aiku pikir [name] telah jatuh dalam perangkap cintanya.

tetapi melainkan dirinya lah yang jatuh dalam perangkap pesona perempuan itu.

awan hitam menggumpal mulai terlihat, tak lama hujan turun.

di saat orang lain terbirit-birit meminggir melindungi diri dari hujan, sebaliknya Aiku masih berdiri dengan menatap buket bunga daisy yang sudah hancur.

sama hancurnya seperti hatinya.

'jadi begini ya rasanya ditolak?'

hari ini, diperingatkan sebagai kekalahan pertama Oliver Aiku dalam menaklukan seorang gadis.

⩇⩇:⩇⩇

hujan menjadi lebih sering turun akhir-akhir ini.

pandangan Aiku menerawang ke luar jendela yang dibasahi oleh tetesan hujan. di luar gelap sekali, padahal masih sore.

sejujurnya, setelah Aiku renungkan semalaman pembicaraan terakhirnya dengan [name] di perpustakaan itu membuatnya harus meluruskan segalanya.

Aiku butuh kejelasan.

ia meraih ponselnya yang ada di sebelahnya. membuka kontak salah satu nama, lalu memencet tombol memanggil.

panggilannya dibalas dengan cepat oleh perempuan itu.

mendadak Aiku jadi gugup, "h-halo? [name]? lo di sana?"

["ya? halo juga Aiku."]

Aiku membuang nafas lega. mendengar suara perempuan itu saja sudah membuatnya lebih tenang.

langkah pertama, basa basi dulu.

"lo lagi ngapain?" tanya Aiku.

[". . .emm belajar."]

langkah kedua, ngode.

"oh belajar ya? gue jadi kangen belajar sama lo deh."

[name] terdiam lebih lama di telepon, [". . .ya."] balas [name], sangat singkat.

meski dibalas dingin oleh [name], Aiku tetap tidak menyerah.

"kapan ya kita bisa belajar bareng kayak dulu lagi? gue mau diajarin lo lagi [na—"

["Aiku, sebenernya apa yang mau lo bicarain?"] potong [name]. Aiku pun terdiam. [name] seolah sudah tau tujuan terselubungnya.

Aiku pikir sekarang lah saatnya untuk jujur.

"gue butuh kejelasan dari lo!"

[". . .kejelasan?"]

"pembicaraan terakhir kita kemarin belom selesai kan? karena lo belom ngejelasin dengan tuntas. gue gak peduli kenapa alasan lo gak bisa cerita masalah itu, yang pasti lo gak bisa ngegantung gue begini [name]!" ucap Aiku panjang lebar.

[name] yang mendengar penuturan jujur dari Aiku itu tertegun. di lain sisi, ia juga iri.

laki-laki itu saja bisa bicara dengan jujur padanya, artinya Aiku mempercayainya.

mengapa dirinya sebaliknya?

"[name], lo udah buat gue gak bisa tidur semalaman. [name], sebenarnya gue suk—"

["Aiku."] panggil [name] secara tiba-tiba dengan nada yang dalam.

["gue bakal jelasin semuanya. tapi bertemu secara langsung gue rasa lebih baik. kita bicarain masalah ini di rumah gue."]

Aiku lagi-lagi dibuat bingung dengan perempuan itu.

"a-apa?"

["gue bakal jujur tentang semuanya. termasuk perasaan gue ke lo. . ."] ucap [name] sangat kecil.

di balik telepon Aiku tidak dapat menahan senyumannya. bibirnya seperti tertarik ke atas dengan sendirinya.

Aiku tidak akan menyiakan-nyiakan kesempatan ini.

"TUNGGU GUE [name]! GUE LARI KE RUMAH LO SEKARANG."

["e-eh? tunggu hujannya reda dulu! Aiku!—"] telepon diputus sepihak oleh Aiku.

tanpa banyak cincong, Aiku pergi tanpa mempedulikan hujan membasahi tubuhnya.

masa bodo dengan kondisi kesehatannya nanti, yang terpenting masalah mereka dapat diluruskan setelah ini.

Aiku tersenyum lebar di bawah guyuran hujan. orang-orang yang berpas-pasan dengannya pasti mengiranya sebagai orang gila.

lagian, ia memang sudah gila.

hal se-riskan apapun akan ia lakukan untuk perempuan itu.

jag älskar dig, 𝓞𝗹𝗶𝘃𝗲𝗿 𝗮𝗶𝗸𝘂 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang