𝟷𝟶

490 63 0
                                    

[name] dengan terburu-buru berjalan ke arah pintu ketika pintunya diketok-ketok dengan heboh dari luar.

sesuai dugaannya, Aiku lah tamu yang datang.

tapi ia tidak menyangka Aiku akan datang dengan kondisi basah kuyup.

"Aiku kenapa lo hujan-hujanan sih?! udah gue bilang kan tunggu hujan reda dulu. nanti kalo lo sakit gimana?!"

[name] menyambutnya dengan ocehan seperti ibu-ibu. tapi Aiku tidak merasa risih malah ia sangat senang.

"gue gak bisa menunggu terlalu lama untuk bertemu dengan lo [name]." ucap Aiku dengan nafas yang terengah-engah. sepanjang perjalanan ia berlari tanpa jeda.

mendadak degupan jantung [name] terasa lebih keras.

disambut tamu pria tampan yang kehujanan dengan kondisi sangat berantakan tetapi bersamaan terlihat sangat seksi.

Aiku memakai kaos hitam yang dengan kondisi basah itu dapat tercetak jelas belahan indah berbentuk kotak-kotak di perutnya—

astaga, apa yang dipikirkannya?! [name] buru-buru tersadar dari lamunan kotornya.

"m-masuk dulu." ajak [name] ke dalam.

Aiku masuk mengekori [name].

"keringin dulu badan lo. nih handuk." [name] menyerahkan sebuah handuk.

Aiku entah sengaja atau tidak bergerak dengan sangat lamban.

tidak tahan melihat Aiku yang seperti sengaja melamakan mengeringkan tubuhnya lantas [name] merebut paksa handuk itu.

"gimana sih ngeringin badan aja lama banget! sini biar gue aja."

ya, memang itu niatan Aiku.

[name] dengan telaten mengelap tubuh kekar Aiku menggunakan handuk itu.

"jadi? gimana kalo kita mulai aja pembicaraan ini?" tanya Aiku.

[name] mengangguk, "lebih baik kita duduk dulu."

[name] menarik Aiku ke sofa terdekat.

"gue gapapa duduk di sini?" tanya Aiku. mengingat dirinya masih basah kuyup.

"gapapa. nanti tinggal dikeringin kan?" ucap [name]. Aiku mengangguk saja.

hening sesaat. keduanya berlarut dalam pikiran masing-masing. memikirkan kalimat yang tepat untuk memulai pembicaraan.

"Aiku."

"[name]."

keduanya berucap bersamaan. lantas terkekeh karena kebetulan itu.

"lo duluan."

"ladies first."

[name] terkekeh. Aiku sama sekali tidak berubah.

"oke gue duluan ya. emmm mau mulai dari mana?" [name] bertanya.

"kok nanya sih? harusnya lo manggil gue kesini udah tau mau ngomong apa." ujar Aiku.

[name] terkekeh lagi, membenarkan kata Aiku.

"iya juga. tapi gue mendadak bingung."

"kalo gitu mulai dari alasan sebenarnya lo berhenti mengajar gue. gue penasaran dengan yang itu."

"ah yang itu ya. . ."

[name] mengambil nafas panjang sebelum menjelaskan, "gue berniat mau melanjutkan kuliah di luar negeri."

"hah?" Aiku tidak menyangka jawabannya akan seperti itu. ia pikir [name] tidak mau mengajarnya lagi karena menyangkut perasaan pribadi.

"gue konsul sama bu Anri, yang adalah walas gue juga. karena gue harus fokus belajar untuk ujian masuk jalur beasiswa, bu Anri menyuruh gue untuk berhenti. dan nanti pengajar privat lo bukan gue lagi." jelas [name].

ketika akan melanjutkan penjelasannya [name] malah menemukan Aiku yang menahan geli.

"kenapa lo ketawa?! ini gue cerita serius tau!"

masih setengah tertawa, "gue pikir masalah apaan. harusnya lo bisa jujur ke gue aja [name]. jangan menggantung kayak kemarin."

[name] mendadak jadi malu. ia menyembunyikan wajahnya di atas kedua lutut yang ia peluk.

Aiku sangat mempercayainya.

kenapa [name] tidak jujur saja saat itu? ia benci pada dirinya sendiri yang tidak bisa jujur terhadap perasaannya. dan malah membuatnya tersiksa sendirian.

namun di sisi lain, [name] takut penolakan.

jika ia jujur, apa Aiku pun akan memiliki perasaan yang sama sepertinya?

atau ini cuma perasaan sepihak?

jag älskar dig, 𝓞𝗹𝗶𝘃𝗲𝗿 𝗮𝗶𝗸𝘂 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang