DREAM || BAGIAN 26

1K 149 24
                                    

Happy reading...

DREAM

26.

Pagi-pagi sekali, Haekal merengek ingin pulang, ia tidak ingin berlama-lama di rumah sakit.

Dokter Jeffry bilang, masa kemoterapi adalah satu bulan, satu Minggu untuk pengobatan, sementara tiga Minggu untuk istirahat total di rumah sakit.

Mendengar itu, Haekal menolak keras. Tidak mungkin ia menghabiskan satu bulan begitu saja, bagaimana ia bilang pada papah? Bagaimana ia bilang pada temannya yang lain?

Mahen sudah membujuk untuk bilang saja yang sejujurnya pada yang lain, agar lebih fokus pengobatannya, tapi lagi-lagi Haekal menolak.

Haekal hanya ingin melakukan kemoterapi saat ia ingin dan ada waktu saja, agar waktunya tidak habis untuk berbaring di rumah sakit.

Sekarang saja Haekal sudah menyandarkan kepalanya pada punggung lebar Mahen yang sudah siap menjalankan motornya, kepalanya masih sakit, tapi ia tidak ingin lama-lama ditempat ini.

"Boleh pulang sekarang, tapi jangan dulu sekolah,"

"Nggak nggak, mau di sleding gue sama papah?"

"Makanya bilang aja, biar pengobatannya lancar. Papah juga pasti pengen Lo sembuh,"

"Sakitnya belum parah, laki-laki 'kan nggak boleh lemah,"

"Laki-laki juga manusia, Kal,"

Keduanya terdiam, motor sudah berjalan dengan kecepatan sedang. Jalanan pagi pun masih sepi.

"Nanti bilang papah gimana ya?" Gumam Haekal yang masih di dengar Mahen, "Ck, lagian kenapa pake pingsan segala coba? Lemah banget badan,"

Mahen mendengarkan gerutuan Haekal, entah hendak memberi pendapat apa, Mahen juga bingung. Haekal itu kuat, Jeffry bilang, kemoterapi benar-benar menyakitkan memang, sedikit orang yang mempertahankan kesadarannya saat kemoterapi.

"Gue bilang bunda, kalo semaleman kita nginep di Dream nemenin Icung, bunda pasti udah bilang ke papah,"

Haekal menghela nafas lega.

Diisi obrolan-obrolan ringan, tidak terasa, keduanya sudah sampai di gerbang rumah Haekal, Haekal membuka gerbang dan mempersilahkan Mahen masuk membawa motornya, setelahnya ia menutup kembali pintu gerbang.

"Assalamualaikum, kita pulang!" Haekal mengetuk pintu pelan, sementara Mahen masih menyimpan motornya di tempat yang lebih aman.

Pintu dibuka dari dalam, menampilkan satu-satunya sosok cantik di keluarga kecil Haekal.

"Waalaikumsalam, Baru pulang? Masuk dulu, masih dingin udah angin-anginan di jalan," bunda menggiring Haekal untuk masuk. "Mahen mana?"

"Itu, masih nyimpen motor,"

Bunda celingukan ke halaman rumah, dapat bunda lihat, Mahen yang baru turun dari motornya dan berjalan ke arah keduanya.

"Assalamualaikum bunda," Mahen menyambut lengan bundanya, kemudian tersenyum.

"Waalaikumsalam, ngapain senyum-senyum gitu?"

"Nggak pa-pa kok, hehe.. Mahen masuk ya, mau mandi, nanti keburu siang mau sekolah,"

"Haekal juga bunda, nanti malah di tinggal," Haekal ikut izin.

"Yaudah pada mandi Sono, papah juga udah mandi tadi," ujar bunda, ia menutup pintu karena hawa masih terlalu dingin.

Mendengar nama papah disebut, Haekal jadi kepikiran. Apa papahnya akan marah? Sebelumnya ia tidak pernah tidak tidur di rumah, baru ini kali pertama.

Haekal melangkah mengikuti Mahen, kamarnya berseberangan dengan kamar Mahen. Sebelumnya itu ruang untuk menyimpan barang, atau di sebut gudang, karena gudang di rumah ini ada dua, jadi isi dari ruangan Mahen sebelumnya di pindahkan ke gudang lainnya.

Bertemu Lagi Nanti (Nct Dream)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang