13. Madin

613 84 13
                                    

Namanya Kim Seokjin, namun memaksakan diri dengan sebutan Sheon. Hidupnya sudah berada pada takdir bagus, keluarga lengkap yang selalu peduli dengannya. Putri tunggal dari seorang terkaya di sana, paras cantik yang sudah menjadi gen keluarga. Pendidikan tinggi, harta melimpah, banyak teman, dan dicintai pria cerdas dan populer.

Hidupnya sudah bagai Bonsai, diciptakan seindah mungkin, dirangkai secantik-cantiknya. Namun semua orang tau bahwa Bonsai pun bisa gagal, entah itu dari cara menanam, ranting yang patah karena terlalu di bentuk, dan lain sebagainya.

Daun Sheon mulai gugur sebab satu hal, dihidupnya yang sempurna ini dia gagal memiliki anak. Sudah berulang kali menunggu namun tak ada tanda-tanda kehadiran anugrah terindah dalam perutnya, Sheon sendiri menolak ajakan suaminya untuk memeriksa keadaan nya.

Oh ayolah, hidupnya yang sempurna ini tak akan dia hancurkan sedikitpun. Berharap masih ada waktu lain, bertahun-tahun dengan hasil yang sama.

Hidupnya selalu di penuhi rasa bersalah ketika menatap suaminya.

"Maafkan aku.."

Namjoon menggeleng. "Aku tak apa Sheon"

"Anii, aku tau kamu sangat ingin rumah ini ramai dengan bocah kecil sedari dulu. Dan aku tak bisa memberikannya, aku cacat, aku tak bisa memberi keturunan padamu" Tangisnya meluruh, dia lebih baik mati daripada hidup yang ia yakini telah sempurna pun tak bisa jadi lebih sempurna.

"Kim Seokjin! Cukup! Aku tak apa. Ini sudah terlampau lama, aku hanya butuh dirimu. Kamu tidak cacat, kamu hanya tidak bisa. Dan aku memaklumi hal itu"

Sheon sudah sering meminta Namjoon untuk mencari wanita lain untuk memberinya keturunan, namun pria itu selalu menolak dan berakhir mereka akan membahas lagi hal itu berulang kali.

Dan saat kejadian Parish malam itu....

"Anak itu, dia begitu rapuh. Aku dapat melihat dari sorot matanya, dia pasti sangat kesulitan. Aku melihat anak yang lebih muda, tampak sangat kebingungan dan kesakitan. Bisa kah kita mengadopsi keduanya"

"Sheon.... " Namjoon sengaja menggantung ucapannya, dia teramat lelah saat ini. Jangan lagi membahas hal yang sama. "Apa ini tentang hal itu"

"Tidak, sama sekali tidak. Aku bisa merasakan kehancuran yang di alami anak itu, tidakkah kamu lihat dirinya. Dia seperti sudah mati Namjoon, dia butuh seseorang, tidak— mereka butuh seseorang seperti kita. Namjoon, bolehkah?"

Ini kali pertama setelah sekian lama Namjoon menemukan binar kehidupan dari sorot manik istrinya, selain setuju harus dengan apa lagi Namjoon menemukan Sheon yang hidup dengan binar langka ini.

"Baiklah, aku akan membicarakan nya pada gadis itu"

Kemudian dengan menunggu waktu yang tepat Namjoon bicara dengan parish. Memandang dari kaca kecil di pintu ruang VVIP, melihat pada dua gadis yang tertidur pulas sedari tadi sejak pembicaraan nya selesai diantara keduanya.

"Baik, saya setuju. Terimakasih telah membantu saya"

Parish pikir butuh orang untuk merawat Juni sebelum dia akan bunuh diri, lagi.

Maka pagi ini Sheon membukakan pintu untuk Juni, gadis itu sendirian. Tersenyum manis pada Sheon dan Namjoon, membungkuk memberi hormat.

"Pagi Ibu Sheon, Kakak bersama Dokter Shaka pergi untuk mengambil barang"

Tentu Sheon tau itu, merangkul Juni membawa gadis itu masuk. "Jadi Juni, saat ini rumah kami adalah rumah kamu juga. Semua fasilitas bisa kamu pakai, tak ada aturan atau semacamnya. Dan Ibu resmi menjadi Ibu kamu, orang ini bisa kamu panggil sesukamu"

Pathetic - SunsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang