Pria tinggi itu keluar dari kamar mandi dengan tubuh shirtless, mengusap rambut basahnya dengan handuk kecil yang menyapir di bahu. Menatap pantulan dirinya di cermin, mengalihkan atensi pada kemeja hitam polos dan celana senada.
Hari berkabung keduanya, sepenuhnya Pak Direktur yang mengurus. Menghubungi Shaka hari ini untuk membicarakan sesuatu, sepertinya sangat penting.
Menyiapkan sebuket bunga untuk Parish, dengan mengendarai lambo nya pergi ke rumah sakit. Shaka tak yakin dengan buket itu, apa dia harus melakukan sampai ke hal ini. Pasti sangat aneh, maka dari itu saat mobilnya telah terparkir rapi—Shaka meninggalkan buket itu di dalam mobilnya.
"Dokter Shaka? Mau apa kesini?" Sudah banyak yang tau bahwa Dokter satu ini mengambil cuti, jadi Wonie selaku Dokter residen di departemen bedah umum yang dulunya selalu mengikuti operasi yang dipimpin Dokter Shaka sedikit heran dengan kedatangannya.
"Mau bertemu Direktur, oh ya. Bagaimana kabar gadis itu?"
Gadis, gadis yang mana. Shaka sampai di depan lift yang tertutup, melihat raut bingung Wonie dari pantulan pintu lift. "Gadis yang ku bawa, kamu tak tau?"
Wonie akhirnya mengangguk. "Aaa, Parish?"
Shaka mengernyit, seperti sudah banyak yang mengenal Parish.
"Kemarin istri Pak Direktur menemani mereka seharian, mengobrol di taman bersama Jimmy juga. Tak banyak yang di lakukan, mereka hanya di kamar"
Pintu lift itu terbuka, Shaka melangkah masuk. "Bisa tolong periksa mereka, sementara aku akan menemui Pak Direktur terlebih dahulu"
"Nde Dokter" Jang Wonyoung membungkuk memberi hormat sampai pintu lift itu menutup, melangkah menuju kamar VVIP.
Wajah berseri Shaka berubah malas saat pintu liftnya terbuka dan menampilkan sosok Jade, keduanya menghela lelah. Bosan melihat wajah satu sama lain, ditambah lagi Jade sudah pasti tau tujuan Shaka ke rumah sakit saat Dokter itu sendiri sedang cuti.
"Bagaimana? Kau lelah?" Basa-basi tidak bermutu dari Shaka.
"Sangat" Jawab Jade langsung, menoleh pada Shaka yang secara tidak langsung meminta sahabatnya melihat sendiri wajahnya yang sudah mirip rakun.
"Kamu menginap?"
Jade menghela untuk kesekian kalinya, melipat tangan di dada. Buat apa bertanya jika sudah tau, dia malas menjawab. Yang Jade butuhkan hanya tidur diatas kasur empuknya, meringis mengingat kasur itu pasti dingin dan sangat nyaman untuk tidur di atasnya sekarang.
"Mau aku bantu?" Shaka hanya tidak enak saja, meski dirumah sakit ini ada beberapa Dokter residen tapi tidak dengan Dokter spesialis. Apalagi di departemen nya, hanya dia dan Jade.
Jade berdecih. "Tak apa, kau harus istirahat"
Shaka menggeleng, dia sungguh ingin membantu. "Kamu yang harus istirahat, aku bisa hari ini. Katakan pada ku, operasi apa?"
Senyuman itu bergerak naik pada wajah yang paling tegas tersebut.
+++
Jimmy mengangkat kardus itu agar Parish bisa melihat isinya. "Susu coklat mu masih banyak" Jimmy kini lebih sering berada di samping Parish dan Juni, dia menyerahkan pekerjaan lain pada sisa tim nya. Lebih fokus pada Parish dan Juni."Juni mau susu coklat?" Tanya Parish mengambil 3 kotak susu coklatnya.
"Mau mau" Poni itu bergerak seiring kepala itu mengangguk, dengan sigap mengambil kotak susu yang di lempar Parish. Keduanya tertawa saat Juni membuat ekspresi konyol akibat terkejut oleh pergerakan Parish.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pathetic - Sunsun
Cerita PendekTerjebak pada ruangan hampa, seakan bila pintunya terbuka sedikit akan memperlihatkan kehancuran yang dapat menanam trauma. "Kenapa kamu datang disaat posisi kita sama, yang saya butuhkan bukanlah orang seperti kamu" Dia yang juga hancur datang mel...