Cinta pertama? Parish tak yakin dia memiliki cinta pertama. Bahkan sekelibat ingatan tentang sebuah perasaan cinta itu tidak ada, sebab dari awal semuanya sudah remuk. Ayah, seharusnya sosok itu yang menjadi harapan awal, superhero dunia nyata. Tidak, bukan dia. Ibu? Semua pusaran kasih sayang berada pada sosok malaikat itu, Parish merasakan cintanya mengalir ke pusat.
Namun sejatinya dia tak yakin bagaimana rasanya mencintai. Semesta mendadak tunjukkan padanya bahwa Parish layak di cintai, menyentuh euforia menggelitik sanubari, terbangun dalam kisah yang menyejukkan seakan tak ada yang berani menyakitinya. Mengejutkannya seaakan kisah lalu tak terdengar mengerikan, rumah layak dengan keluarga tak sedarah yang lengkap. Sosok pria yang datang tanpa Parish duga, tawa adiknya dan lengkap oleh pria kecil yang juga menyatakan kagum padanya.
Kadang Parish berpikir, bagaimana kisahnya di cerita lain? Apakah dalam buku lain dia bahagia? Apakah Juni tetap menjadi adik tersayangnya? Dan, apakah Shaka juga bagian dari ceritanya? Adakah hal sederhana yang membuatnya bisa merasakan bahagia selain cinta?.
Membayangkan dirinya bisa menjelajahi cerita lain, menyaksikan cintanya berwarna. Bersembunyi sembari mengikuti alur yang berbeda, mengapa semua pertanyaan itu terasa mengambang. Sebab Parish tak memiliki kesempatan untuk semua itu.
”Selamat Pagi, Kakak,” seru Juni tampak sangat bersemangat, merentangkan tangannya sebelum akhirnya menangkap tubuh Parish dan memeluknya dari belakang.
”Senang sekali, apa ada kue yang akan kamu coba hari ini?”
Juni sangat menyukai kue, gadis itu seakan terobsesi dengan segala jenis kue. ”Mungkin iya, karena Riki undang Juni ke rumahnya. Sebelumnya udah pernah ketemu Kak Geumhee, terus di undang deh.” Juni lekas mendapati wajah bingung kakaknya, ah dia lupa menceritakan semuanya.
”Kakak ingat anak laki-laki yang membantu Juni saat di rumah sakit, dia Riki. Tidak bisa di duga kami bersekolah di tempat yang sama, Juni juga bertemu Kak Geumhee. Dia keren, niatnya mau Juni kenalkan ke Kakak nanti.”
Parish memutar tubuhnya, merasakan pelukan Juni yang semakin erat. Memandang wajah berseri adiknya, Juni sangat cantik setelah kebahagiaan menghampirinya. Parish sangat bersyukur Juni mempunyai orang-orang yang peduli padanya selain dirinya. ”Kakak penasaran kue apa yang akan Juni cicipi nanti.” Jika itu Strawberry Chesse Cake maka akan lebih baik.
”Juni akan membawakannya untuk Kakak.” Juni juga sudah menyiapkan hadiah untuk dia bawa ke rumah Riki, Sheon yang membantunya memilihkan beberapa barang. Juni senang, sebelumnya dia tak pernah melakukan semua hal ini. Bertamu ke rumah teman, membelikkan seseorang hadiah. Semuanya baru dia dapatkan sekarang, mungkin semesta mau Juni membuat kenangan yang banyak.
Parish mengerutkan hidungnya gemas akan tingkah Juni. ”Boleh sayang, terimakasih ya.” Parish menyendok kuah dari rebusan ayam yang sedari tadi dia jaga. ”Bantu Kakak mendeskripsikan rasanya.” Membawa sendok itu kehadapan Juni yang langsung membuka mulutnya, rasa gurih dan segar sukses membuat Juni bergumam.
”Ini enak, sungguh,” komentarnya.
”Bagus, Kakak akan menyisakan pahanya untuk Juni.”
”Apa Kakak akan keluar juga?” Juni akhirnya melepas Parish, meraih tasnya di atas meja makan.
”Ya, bersama Shaka dan Kuki. Tidak tau jelas mau kemana tapi Shaka meminta Kakak untuk membawa makanan.” Parish mematikan kompornya, membiarkan uap dari masakannya memenuhi dapur. Dia sengaja merebus dua ekor ayam untuk menjadi sarapan pagi ini, sisanya akan dia bawa nanti.
Namjoon menuruni tangga sembari memeriksa berkas yang dia bawa, atensinya teralihkan saat aroma sedap menusuk indra penciumannya.
”Wah, apa yang kamu masak, Parish?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Pathetic - Sunsun
NouvellesTerjebak pada ruangan hampa, seakan bila pintunya terbuka sedikit akan memperlihatkan kehancuran yang dapat menanam trauma. "Kenapa kamu datang disaat posisi kita sama, yang saya butuhkan bukanlah orang seperti kamu" Dia yang juga hancur datang mel...