BAB III

2 0 0
                                    

Sore itu tiba-tiba turun hujan, Arunika duduk sendirian di depan halte bus.

Tak lama kemudian bus datang, Arunika segera menaiki bus untuk bergegas pulang.

Bus berhenti di halte dekat rumah Arunika, namun hujan saat itu masih deras, dengan terpaksa ia berjalan kaki.

Saat ia berdiri di depan pintu rumahnya ia melihat bapaknya di hajar oleh ajudan tuan Tara, dan ibunya menangis meminta ampunan kepada tuan Tara agar tidak melukai suaminya, ia sangat kaget dan segera melindungi bapaknya.

"Bapak...., tuan saya mohon jangan seperti ini, saya tau kami belum bisa melunasi hutang kami, saya mohon jangan lukai bapak saya", ucap Arunika.

Gemuruh petir dan derasnya angin hujan sekan-akan menjadi pertanda kekejaman tuan Tara kepada keluarga Arunika.

"Saya sudah sabar menunggu selama ini, inilah balasan dari saya karena kalian tidak membayar hutang", gertak tuan Tara.

"Saya mohon jangan lukai orang tua saya tuan, saya berjanji akan melunasi hutang itu, katakan pada saya berapa hutang orang tua saya", ucap Arunika.

"Orang tua kamu memiliki hutang 10 juta rupiah", jawab tuan Tara.

"Baiklah beri saya waktu untuk melunasinya, saya mohon", pinta Arunika.

Setelah mendengar permintaan Arunika, tuan Tara akhirnya melepaskan pak Surya yang sudah babak belur.

Arunika dan ibunya segera membawa bapaknya ke kamar untuk di obati.

"Pak maaf kan Arunika ya, gara-gara Arunika bapak jadi gini, kalau tau akhirnya akan begini Arunika gak akan kuliah pak", ucap Arunika dengan isak tangis.

"Jangan bilang seperti itu nak, bapak baik-baik saja", ucap bapaknya.

"Nak cepat mandi, dannsegera istirahat, ibu yang akan menjaga bapak", ucap ibunya.

Dengan air mata yang terus keluar akhirnya Arunika bisa tertidur.

Keesokan paginya Arunika pergi untuk bekerja di toko, hingga tiba waktu sore, Arunika bergegas untuk pulang.

Tiba-tiba Gama berada di depan toko tempat Arunika bekerja.

"Loh kamu Gama..., kenapa kamu di sini?", tanya Arunika.

"Aku di sini untuk menjemput mu", jawab Gama.

"Kamu tadi perasaan gak kirim pesan ataupun janjian dulu dengan ku kan", saut Arunika.

"Memangnya untuk menjemput nona cantik harus perlu janjian dulu?", goda Gama.

Arunika tertawa kecil mendengar ucapan Gama.

" Ya sudah, ayo pergi", ajak Arunika.

"Ayo, kita mau kemana dulu nona Arunika?", ucap Gama.

"Emangnya kita mau kemana?, apa kita mau pergi ke suatu tempat dulu?", jawab Arunika.

"Ayo saja kalau aku, kemanapun kamu minta akan aku antarkan", saut Gama.

"Baiklah kita ke taman saja dulu, aku butuh suasana yang tenang", jawab Arunika.

Gama dengan sigap membukakan pintu mobil untuk Arunika.

"Repot-repot saja kamu, aku bisa sendiri Gama", ucap Arunika.

Gama segera melajukan mobil nya menuju taman.

Sesampainya di taman, ia dan Arunika berjalan-jalan santai dengan menghirup udara segar, suasana sore itu sangat sepi dan memenangkan.

"Oh iya, boleh aku tanya sesuatu padamu?", tanya Gama.

"Boleh, tanya apa memangnya? ", ucap Arunika.

"Kalau boleh tau kamu berapa bersaudara? ", tanya Gama.

"Aku kebetulan anak tunggal, kamu sendiri berapa bersaudara?", ucap Arunika.

"Sama dong, aku juga anak tunggal", jawab Gama.

Gama dan Arunika duduk di bangku yang ada di taman, tiba-tiba Gama berpamitan untuk pergi sebentar.

Tak lama kemudian Gama datang dengan membawa 2 ice cream dan beberapa cemilan.

"Ini untuk kamu", ucap Gama seraya memberikan ice cream kepada Arunika.

"Wah, kenapa tiba-tiba kamu beli cemilan dan ice cream gini, apalagi ini rasa vanila kesukaan aku, makasih ya Hama", jawab Arunika.

Udara sore itu sangat dingin dan berangin, kebetulan Arunika tak membawa jas mantel yang hangat.

Gama yang melihat Arunika kedinginan dengan segera melepaskan jas mantelnya, lalu ia berdiri di depan Arunika dan memakaikan jas mantel miliknya ke tubuh Arunika.

"Gimana, apa sudah hangat?", ucap Gama.

"Wah hangat sekali, tapi jas mantel ini sangat besar untukku", jawab Arunika dengan tawa ringan.

Tak terasa hampir 2 jam Arunika dan Gama duduk di bangku taman dan berbincang bincang, sore itu suasana yang berangin membuat suasana hati mereka semakin selaras.

Setelah berbincang cukup lama mereka memutuskan untuk pulang, Gama pun mengantarkan Arunika ke alamat rumahnya.

KENAPA HARUS KAMU? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang