B A B - 0 3

341 84 3
                                    

Malamnya Lisa makan bersama keluarganya sementara Jiana hanya bisa mengintip dari atas saja karena batasannya hanya sampai di anak tangga paling atas saja, sebenarnya Jiana bisa saja turun namun karena Lisa tidak mengajaknya,tidak membawanya jadi ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malamnya Lisa makan bersama keluarganya sementara Jiana hanya bisa mengintip dari atas saja karena batasannya hanya sampai di anak tangga paling atas saja, sebenarnya Jiana bisa saja turun namun karena Lisa tidak mengajaknya,tidak membawanya jadi dia tidak bisa turun. Harus Lisa yang berinisiatif membawanya agar Jiana bisa keluar dari wilayah batasannya.

Jiana mempoutkan bibirnya. "Aku kan ingin duduk disana juga."gumamnya pelan,merasa iri melihat Lisa tengah makan bersama Ayah dan Ibunya.

Lisa melirik kearah Jiana kemudian kembali menatap ke Robert. "Ayah,kemana Ayah memindahkan barang-barang Kak Jiana?"tanyanya.

"Ke gudang."

Jawaban singkat dan padat itu berhasil membungkam Lisa yang tadinya ingin bertanya lebih.

Marie menatap miris kearah Lisa,perempuan paruh baya itu ingin marah namun ia urungkan karena tidak ingin makan malam bersama mereka berantakan.

"Ayah,terima kasih sudah memberikan kamar Kak Jiana padaku. Aku merasa lebih dekat dengannya."ujar Lisa lagi.

Robert terdiam beberapa saat lalu ia mendongak menatap Lisa. "Tidak perlu berterima kasih pada Ayah,Jiana lah yang ingin memberikan kamar itu untukmu."ucapnya.

Jiana?

Lisa mengerutkan keningnya. "Apa maksud,Ayah?"

Apa Ayahnya juga bisa melihat Jiana?

Robert meletakkan sendok makannya kemudian melirik kearah Lisa dan Marie. "Sebelum kau lahir,Jiana berpesan kalau dia ingin kamarnya menjadi milikmu karena Kakakmu akan melanjutkan kuliahnya ke Jerman,tanah kelahiran Ibu kandungnya."jelasnya.

Ibu kandungnya?

Tunggu sebentar,Lisa tidak paham maksud perkataan Robert barusan.

"Ibu kandung?"tanya Lisa menatap Robert dan Marie bergantian.

Pria paruh baya itu menghela nafas panjang. "Mungkin sudah saatnya kau tau kebenaran mengenai Kakakmu Jiana."katanya seraya menatap Marie. "Sebelum menikah dengan Ibumu,Ayah sudah pernah menikah dan memiliki satu orang putri. Ibu Jiana meninggal karena penyakit dan saat itu Jiana baru berumur 15 tahun,lalu setahun atau dua tahun kemudian Ayah menikahi Ibumu."tuturnya panjang lebar.

Lisa terdiam beberapa saat kemudian menatap kearah Jiana yang menatapnya dengan tatapan sendu,gadis itu kembali menatap Robert.

"Tapi dia tetap Kakakku,aku dan dia memiliki Ayah yang sama."celetuk Lisa dengan senyuman lebar di wajahnya.

Marie tersenyum dan mengelus puncak kepala putrinya ini. "Kau benar,walaupun kalian berdua terlahir dari Ibu yang berbeda tapi kalian memiliki Ayah yang sama. Jiana tetap kakakmu."ucapnya.

Lisa mendirikan tubuhnya. "Aku sudah siap makan."katanya kemudian membawa piring kotornya ke dapur,mencucinya lebih dulu sebelum naik ke atas.

Sepeninggal Lisa,sepasang suami-istri itu kembali menikmati makan malam mereka dengan tenang. Tidak ada satupun pembicaraan yang keluar dari mulut mereka,Marie yang masih kesal karena perilaku Robert pada mereka sedangkan Robert tengah memikirkan bagaimana cara merubah sikapnya,ia menyadari kalau sikapnya keterlaluan selama ini, harusnya pria itu lebih menghargai istri dan anaknya. Kematian Jiana bukan berarti kehidupan Robert juga harus berhenti.

Happy Birthday [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang