Chapter 6 : A Strange Coincidence

338 50 4
                                    

Jaemin berusaha membuka matanya yang terasa sangat berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin berusaha membuka matanya yang terasa sangat berat. Ketika berhasil, silau cahaya lampu langsung menyerangnya, membuat ia segera menutup matanya kembali. Tangannya menggenggam selimut yang berada di ujung jemarinya. Suara-suara di sekitarnya mulai terdengar masuk ke telinganya.

"Aku menemukannya di sungai pagi tadi, ayah,"

"Kurasa dia baik-baik saja, aku sudah memanggil dokter. Ia memintaku menunggu hingga ia sadar,"

"Ya, nanti aku langsung kembali ke Seoul setelah mengantarnya pada keluarganya,"

Jaemin membuka matanya dan mendapati seorang pemuda kurus duduk di samping ranjangnya. Ia memutar mata ke sekelilingnya. Ia tidak berada di rumah sakit. Ia yakin dirinya berada di kamar milik anak laki-laki yang duduk di hadapannya.

"Astaga, akhirnya kau bangun," kata pemuda itu sembari meletakkan ponsel lantas membantu Jaemin yang tampak bersusah payah bangun dan bersandar pada kepala ranjang. Pemuda itu segera membantunya minum.

"Apakah ada yang sakit?" tanya pemuda itu tampak khawatir. Jaemin menggeleng pelan.

"Aku melihat seseorang melemparmu jatuh ke sungai. Beruntung aku sedang berada di pinggir sungai dan sempat menarikmu naik," cerita pemuda itu membuat Jaemin sedikit demi sedikit mengingat kejadian semalam. Sebuah kebetulan aneh, gulungan kertas lukisan pemuda itu terbang dan mendarat di pinggir sungai bawah jembatan, membuatnya terpaksa turun untuk mengambilnya. Tepat ketika ia memungut lukisan tersebut, sebuah mobil berhenti di jembatan atasnya dan beberapa saat kemudian, seseorang menjatuhkan Jaemin ke sungai.

Jaemin tidak mengerti. Terakhir kali pelukis terkenal itu memberinya segelas kopi. Lantas setelah meminumnya, ia merasa sangat mengantuk. Lalu kini ia justru terbangun di kamar seorang pemuda asing.

"Ah, namaku Park Renjun. Kau bisa memanggilku Renjun," kata pemuda itu lagi ketika melihat Jaemin hanya diam saja. Renjun mengulum bibirnya mendapati tak ada tanggapan apapun dari pemuda yang tadi pagi ia temukan.

"Kalau begitu, istirahat dulu saja. Nanti kalau kau merasa kondisimu sudah membaik, aku akan mengantarmu pulang," kata Renjun sembari bersiap untuk bangkit. Renjun melangkah keluar kamar dan menutup pintunya.

Jaemin termenung sejenak. Ia teringat tadi Renjun mengatakan seseorang menjatuhkannya dari atas jembatan. Kemungkinan terbesar orang yang dapat melakukannya adalah pelukis yang tadi membawanya. Tadi? Tunggu, ini sudah gelap.

Jaemin mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Ia tidak menemukan tas ataupun sepatu miliknya. Mungkin nanti ia akan bertanya saja pada Renjun, siapa tahu pemuda itu yang menyimpannya.

Jaemin menyadari satu hal. Kopi yang ia minum, sudah pasti tercampur obat yang membuatnya sangat mengantuk. Ia bukan tipe orang yang mudah tertidur, tetapi segera begitu lelap setelah ia menghabiskan setengah kopinya. Bahkan ia sama sekali tidak terbangun ketika mobil berhenti atau saat pelukis itu membawanya keluar mobil. Pelukis itu sengaja membuatnya tertidur dan menjatuhkannya ke sungai, mungkinkah untuk membunuhnya? Tapi ia tidak mengerti alasan pelukis itu ingin melenyapkannya.

Painting the Horizon [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang