[COMPLETED]
Banyak orang mengatakan, menjadi bungsu itu menyenangkan. Orangtuamu akan memanjakanmu dan kakakmu akan menyayangimu dengan caranya sendiri. Tetapi mengapa Jaemin justru merasa bahwa menjadi bungsu adalah malapetaka? Ayahnya selalu menun...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hidup Jaemin terus berlanjut tanpa keluarganya. Setelah ayahnya melontarkan ultimatum, Yoona menghubunginya sembari menangis. Yoona sangat sedih, tetapi segera paham bahwa Jaemin harus tetap bertahan di Seoul. Apalagi dengan perlakuan Donghae yang tidak berubah, bahkan ketika mendapati kenyataan bahwa Jaemin masih hidup. Segala penyesalan Donghae yang mengatakan akan mengizinkan Jaemin melukis seolah hanya angin yang lewat. Donghae tetap marah, tetap tidak mengizinkan Jaemin, bahkan kini hingga membuangnya.
Sebenarnya Donghae tidak serius. Ia hanya menggertak, tetapi Jaemin tidak tahu Donghae tidak benar-benar mencoretnya dari keluarga Jung. Jika Jaemin tahu pun, ia akan tetap memilih untuk tidak kembali. Karena jika ia kembali, ia akan kembali dipaksa mengikuti kemauan ayahnya seperti dulu. Apalagi dengan kenyataan bahwa ibunya mendukung apapun keputusan Jaemin.
Yoona mengiriminya segala perlengkapan dan berkas yang diperlukan oleh Jaemin. Pada tahun ajaran baru, ia mengambil beasiswanya dan kembali menjadi mahasiswa baru di Universitas Seoul. Fakultas Seni, sesuai impiannya. Jaemin tersenyum senang dan rasanya sangat lapang ketika Renjun menemaninya berkeliling kampus. Mereka akan berada di fakultas yang sama, walaupun berbeda tingkat. Tahun ini Renjun sudah memasuki semester ke-5.
Jaemin ingin kembali tinggal di sanggar, tetapi Chanyeol tidak mengizinkan. Setelah kejadian penculikan tempo hari, mana mungkin mereka akan mengizinkan Jaemin tinggal sendirian lagi di sanggar itu? Ia hanya diizinkan berada di sana siang hari hingga menjelang makan malam. Walaupun terkadang Jaemin lupa waktu hingga Renjun, Wendy, atau Chanyeol yang sesekali akan menyusulnya.
Saat ini, Jaemin sedang melukis di sanggar Chanyeol, sendirian. Waktu menunjukkan pukul 8 malam. Waktu makan malam sudah lewat dan Jaemin tidak menyadari itu. Bunyi kelintingan pintu yang terbuka membuat Jaemin menoleh. Wendy datang dengan senyum di wajahnya.
"Sampai lupa waktu, makan dulu," kata Wendy sembari menyerahkan kotak makan pada Jaemin. Yoona meminta Wendy menjaga Jaemin menggantikannya. Wendy benar-benar memperlakukannya seperti anak sendiri.
Kedatangan Wendy membuat Jaemin sungkan. Biasanya ia akan ikut makan malam bersama keluarga Chanyeol. Tapi hari ini karena lupa waktu, ia belum pulang ketika waktu hampir menunjukkan pukul 9 malam.
"Maafkan aku, Imo. Karena ingin segera menyelesaikan lukisan ini, aku tidak memperhatikan waktu," kata Jaemin, merasa sungkan karena Wendy sampai harus mengantarkan makan malamnya. Wendy hanya tersenyum sembari mengacak rambut Jaemin. Tidak pernah seharipun Jaemin tidak bersikap sungkan pada Wendy. Beberapa kali meminta maaf apabila ia merasa merepotkan keluarga Chanyeol. Padahal bagi Wendy, Jaemin jauh dari kata merepotkan. Jaemin masih muda, tetapi bahkan mampu menghasilkan uang sendiri. Kuliah dengan beasiswa penuh bahkan dibiayai hingga peralatan yang digunakan. Wendy menatap lukisan besar yang sedang Jaemin selesaikan. Ukurannya lebih besar dari ukuran kanvas Jaemin biasanya. Wajar saja Jaemin sampai lupa waktu.
"Danau Seokchon dan sakura?" kata Wendy memilih untuk mengalihkan pembicaraan, menunjuk pada lukisan indah milik Jaemin. Latar pemandangan dari pinggir Seokchon Lake, dengan Menara Lotte tinggi di belakangnya. Lukisan itu semakin terlihat indah karena adanya bunga sakura yang berguguran jatuh pada danau biru terang, dengan beberapa ekor bebek berenang di atas danaunya. Jaemin tersenyum, lantas menganggukkan kepalanya.