Chapter 12 : Dreams Come True

311 41 4
                                    

Jaemin terdiam cukup lama, pikirannya penuh akan banyaknya spekulasi yang memungkinkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin terdiam cukup lama, pikirannya penuh akan banyaknya spekulasi yang memungkinkan. Malam sudah larut, pintu depan sanggar sudah terkunci. Jeno sedang mandi di kamar mandi yang berada di luar kamar Jaemin, satu-satunya kamar yang berada di sanggar ini. Sebenarnya Wendy memintanya untuk tinggal di rumahnya saja. Tetapi Jaemin menolak dengan alasan lebih nyaman tinggal di sanggar.

Pikirannya mengelana pada spekulasi yang baru saja ia ciptakan sendiri. Lukisan yang dirilis Kim Heechul, benar-benar lukisan orang lain yang diklaim olehnya. Ia menyadari satu hal, sangat mudah mengenali garis lukisan seorang pelukis. Seorang ahli seni akan tahu lukisan seseorang dilukis oleh dirinya sendiri atau oleh orang lain. Tetapi dalam kasus Kim Heechul, garis lukisan yang terus berbeda tanpa ada seorang pun yang mengklaim lukisannya dicuri membuat setiap orang percaya bahwa itu adalah bentuk keistimewaan seorang Kim Heechul. Keistimewaan yang membawa Heechul pada puncak karirnya sebagai pelukis. Keistimewaan yang bagi Jaemin kini adalah sebuah kengerian.

Jeno membuka pintu kamar dengan handuk yang tersampir di bahunya, mengernyitkan dahi mendapati adiknya melamun dengan wajah tegang di hadapannya. Jeno menepuk pelan pundak Jaemin dan adiknya hanya mendongak tanpa minat.

"Kenapa?" tanya Jeno lantas duduk bersila di kasur lipatnya yang berada di bawah. Jaemin ikut melipir duduk di depan Jeno.

"Ada yang aneh dengan pelukis Kim Heechul, hyung," kata Jaemin. Jeno mengernyitkan dahinya.

"Ceritakan padaku," kata Jeno. Jaemin terdiam sejenak sebelum menyampaikan kekhawatirannya. Tentang Renjun yang menyadari bahwa Kim Heechul kemungkinan yang menjatuhkannya ke sungai hingga inisial CJW yang ia rasa berkaitan dengan hilangnya seorang pelukis amatir, Choi Jiwoo. Tidak ada klaim dari siapapun perihal lukisan yang dirilis Kim Heechul. Jika spekulasi Jaemin benar, Heechul membunuh setiap pelukis yang ia ambil lukisannya, sama seperti kasusnya sendiri yang juga nyaris terbunuh. Jaemin merasa ia menjadi satu-satunya yang lolos dari percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh Kim Heechul.

"Jika begitu, ia pasti masih mengejarmu, Na," tutur Jeno, sedikit merasa takut. Jaemin tidak menggeleng ataupun mengangguk.

Tiba-tiba suara benda jatuh terdengar dari luar kamar, entah di dalam sanggar atau di bagian luarnya. Jaemin refleks menggenggam erat ujung baju Jeno yang berada di depannya, ketakutan. Jeno tampak waspada, tetapi ia bergegas bangkit. Jaemin mengikutinya dengan tangan masih menggenggam erat baju kakaknya.

Jeno membuka pintu kamar Jaemin dengan wajah tegang. Ia menyalakan lampu depan sanggar yang sebelumnya temaram. Ia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Bagian kamar mandi terbuka tampak kosong, tidak ada siapapun. Sanggar bagian depan yang penuh kanvas dan alat lukis juga tidak menunjukkan keberadaan siapapun.

"Tunggu disini," kata Jeno sembari mendorong pelan Jaemin hingga masuk ke kamarnya. Jaemin menurut dan berpegangan pada kusen pintu di sampingnya, mengamati Jeno yang melangkah pelan dengan wajah waspada. Jeno tahu pintu depan sudah dikunci, tetapi dinding bagian depan yang terbuat dari kaca membuatnya dapat melihat langsung pemandangan di luar. Jeno mengedarkan pandangan ke sekitarnya, lantas menyadari tempat sampah yang terguling di sisi kiri bagian luar.

Painting the Horizon [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang