#8 Pengumuman OSIS

8 1 0
                                    

Siangnya, Risa memasang pengumuman pengurus inti di mading sekolah. Ia melakukannya sambil berharap Ethan nggak lihat dan nggak sadar kalo dia pasang pengumuman itu baru siang ini karena tadi pagi dia lupa untuk memasangnya.

"Widihh gue masuk nih ya berarti??" tanya Alea selesai Risa memasang pengumuman itu di mading sekolah. Risa mengangguk, "Ini bukan karena gue temen deket lo ya! ini karena lo memenuhi kualifikasi ajaa,"

"Iya iyaa gue percaya kok lo orangnya profesional," Alea merespon kalem. Tidak lama kemudian, siswa-siswa yang mendaftar menjadi pengurus inti mulai berkerumun di area mading sekolah untuk melihat pengumuman itu, membuat Alea dan Risa buru-buru menyingkir agar tidak menghalangi jalan.

"Ke kantin yuk," ajak Alea. Risa mengangguk ketika ia melihat Nasya melewati mereka dengan wajah senang yang dapat Risa tebak raut wajahnya itu karena cewek itu keterima sebagai salah satu pengurus inti OSIS. Namun raut wajah Nasya seketika berubah datar begitu matanya tidak sengaja bertatapan dengan Risa yang sedang memperhatikannya. Risa berusaha mengenyahkan pikiran negatifnya dan memilih mencoba untuk menyapa Nasya.

"Selamat ya Sya udah kepilih jadi sekretaris eksternal," ucap Risa. Nasya hanya berdehem canggung, "Iya makasih," ucapnya.

"Selamat Nasyaa, btw gue Alea, yang kepilih jadi sekretaris internal," ucap Alea dengan nada ceria, tidak menyadari atmosfir canggung yang melingkupi Nasya dan Risa saat ini.

"Eh iya makasih Al, lo juga selamat, karena kita bakal jadi partner sesama sekretaris semoga kedepannya kita bisa lebih akrab ya," ucapan Nasya yang kelewat panjang dan ramah daripada responnya ke Risa membuat Risa mengernyitkan dahi. 

"Kita mau ke kantin, lo mau ikut?" ajak Alea yang langsung ditolak secara halus oleh Nasya dengan alasan dia ada urusan lain. Alea hanya mengangguk lalu membiarkan Nasya pergi, kini Alea menoleh ke Risa yang malah sibuk termenung dengan pikirannya sendiri.

"Riss?? Kenapa lo? jadi ke kantin nggaa??" tanya Alea.

"Eh iya, ayok," ucapnya pelan lalu mengikuti Alea menuju kantin. Mungkin ini cuma perasaan gue aja. Gue bakal coba nyapa dia lagi waktu rapat OSIS nanti. pikir Risa berusaha tetap ber-positive thinking.

Sesampainya di kantin, Risa dan Alea baru akan menuju stand batagor ketika Risa mendengar seseorang memanggilnya. Cewek itu menoleh lalu mendapati Steven yang sedang berjalan ke arahnya.

"Ris kita dipanggil Pak Bima," ucap Steven begitu jaraknya dengan Risa sudah dekat.

"Hah? kenapa tiba-tiba Pak Bima manggil gue?"

"Pak Bima kan pembimbing tim olimpiade astronomi, lo lupa?"

"Oiyaya baru sadar,"

"Yaudah ayo,"

"Sekarang banget nih? gue baru mau beli makan siang,"

"Disuruhnya sekarang, kayaknya nanti kita bakal dikasih dispen waktu untuk makan siang sih habis ngumpul,"

"Oh yaudah deh," ucap Risa lalu menoleh ke arah Alea. "Al sorry banget, gue ada kumpul tim astronomi, lo sendirian ngga papa?"

"Ngga papa, santaii, semangat bimbingannyaa" ucap Alea menyemangati, yang dibalas Risa dengan acungan jempol, "Okedeh kalo gitu gue pergi dulu yaa, doain cepet kelar biar gue bisa nyusul makan," ucap Risa sambil pura-pura memasang wajah sedih. Alea hanya tertawa, "Iyaa semangatt,"

Pada akhirnya, Risa dan Steven berjalan berdua menuju ke ruang guru. "Eh lo udah lihat pengumuman pengurus inti OSIS belum sih? lo kepilih jadi bendahara," ucap Risa untuk memecahkan kesunyian di antara mereka.

"Oh iya itu udah dipasang di mading ya? Ethan tadi ngotot ke gue kalo udah dipasang dari tadi pagi tapi seinget gue tadi pagi gue ngga lihat ada pengumuman apa-apa di mading,"

Wajah Risa berubah pias, "Eh itu... iya harusnya gue pasang tadi pagi... tapi lupa... jadinya baru gue pasang siang ini... plis jangan bilang-"

Steven tertawa melihat wajah panik Risa, "Tenang aja, gue ngga bakal bilang ke Ethan kok kalo lo lupa pasang tadi pagi,"

Wajah Risa yang awalnya panik langsung berubah menjadi lega, "Thanks Steven, gue pikir lo bakal ngadu ke Ethan,"

"Gue ngga sejahat itu Risa, tolong banget ubah mindset lo soal gue,"

"Iyaa iyaa maaf," ucap Risa setengah merengut.

Steven hanya geleng geleng kepala, "Btw, emang menurut lo mindset gue tentang lo apa?" tanya Risa jahil.

"Jahat, ketus, sombong, sok populer,"

Risa tertawa, "Ih kok bener sih," ucapan Risa membuat Steven mendelik sebal ke arahnya.

"Bercandaa" sambung Risa lagi sambil cekikikan, merasa puas sudah membuat Steven kesal.

Steven mendengus, "Ngga lucu,"

"Biarin wlee,"

***

Sepeninggal Risa, Alea memutuskan untuk ngantri beli batagor lalu duduk di salah satu kursi kantin sendirian ketika tidak lama kemudian Ethan menghampirinya.

"Boleh duduk disini?" tanya Ethan. Alea hanya mengangguk, yang dibalas Ethan dengan senyuman lebar lalu segera menarik kursi di hadapan Alea dan duduk.

"Lo suka frestea ngga?"

"Hm?" Alea mengernyitkan alisnya, bingung dengan pertanyaan tiba-tiba Ethan. Ethan mengabaikan raut bingung Alea lalu mengeluarkan 2 botol frestea dari kresek yang dipegangnya. Ia membuka salah satu botol dan menyodorkannya ke Alea.

"Buat lo,"

"Tiba-tiba banget?"

"Mau ngga?"

Alea menelan ludah, ia memang ngga sempet beli minum karena tadi stand minuman penuh banget dan dia malas ngantri. Dikasih frestea tiba-tiba sama Ethan serasa mendapat oase di tengah gurun.

"Thank you Altair, eh Ethan..." ucap Alea sambil mengambil frestea yang disodorkan Ethan.

Ethan tertawa, "Karena sekarang udah ngga ada nama Ethan yang lain jadi panggil gue Ethan aja,"

"Oh oke,"

"Tapi kalo lo udah nyaman panggil gue Altair ngga papa sih, senyamannya lo aja,"

Alea menggeleng, "Ethan suits you better,"

"Tau panggilan yang lebih cocok lagi ngga?"

"Apa?"

"Sayang,"

Terdapat keheningan di antara mereka sebelum akhirnya tawa Alea meledak, sedangkan Ethan menundukkan kepala dengan telinga memerah karena malu.

"Lupain aja yang gue bilang tadi," ucap Ethan sambil menutup mukanya. Bisa-bisanya dia tiba-tiba kepikiran gombalan murahan kayak gitu di depan Alea?? Ethan merutuki kebodohannya sendiri.

"Lo ngga berubah ternyata," ucap Alea di sela sela tawanya.

"Apanya?"

"Masih suka ngegombal terus malu sendiri,"

Muka Ethan kembali memerah karena malu, "Tapi gue seneng bisa ketemu lo lagi," sambung Alea.

"Ohya?"

Alea mengangguk, "Gue sempet pangling waktu pertama kali liat lo kemarin, lo yang sekarang kelihatan jauh lebih dewasa,"

"Lo juga,"

"Gue juga kelihatan lebih dewasa?"

"Lo kelihatan lebih cantik,"

"Tuh kan mulai lagi ngegombalnya,"

"Yang sekarang gue lagi ngga ngegombal,"

"Hm?"

"Gue lagi bicara jujur,"

Dan sesaat setelah Ethan ngomong gitu, Alea bisa merasakan jantungnya berdebar kencang.

Given-TakenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang