#2 Belajar Astronomi

18 2 0
                                    

Pembelajaran pertama Risa dan Steven di perpustakaan berjalan canggung, Risa malas memulai pembicaraan dengan Steven sedangkan Steven terlihat tidak peduli dengan atmosfir canggung yang melingkupi mereka. Ia masih sibuk dengan buku astronomi di tangannya ketika pada akhirnya ia mengangkat kepalanya dari buku itu dan menoleh ke Risa yang justru sibuk ngelamun.

"Lo ini hobi ngelamun ya ternyata," ucapan Steven membuat Risa terkesiap, ia merutuki dirinya yang kembali ketahuan ngelamun oleh Steven.

"Iya deh sorry, soalnya suasananya kayak ngga mendukung untuk belajar gitu, kalo cuma saling baca materi masing-masing mah di rumah juga bisa, malah lebih enak di rumah bisa lebih nyaman suasananya" sindir Risa. Steven melengos, sepertinya ia mengerti makna sindiran Risa, "Yaudah kalo gitu belajar di rumah aja sana," ucapnya cuek lalu kembali melanjutkan membaca buku di tangannya.

Risa mendengus, kembali merasa kesal karena sikap acuh tidak acuh Steven, tapi pada akhirnya ia memutuskan mengalah. Kalau dipikir-pikir, dia yang duluan bersikap tidak menyenangkan ke Steven, wajar kalo cowok itu kesal kepadanya. Risa yang harusnya meminta maaf duluan biar perang dingin ini tidak berlangsung secara berkepanjangan yang tentu saja akan merugikan dia dan Steven sebagai salah satu tim lomba astronomi perwakilan sekolah mereka.

Risa menghela nafas sebelum akhirnya memberanikan diri untuk kembali berbicara, "Soal yang tadi pagi... gue minta maaf," ucapnya. Steven yang awalnya sibuk dengan buku di tangannya kini menatapnya dengan alis terangkat, membuat Risa berdehem canggung.

"Soal kejadian tadi pagi, waktu gue nabrak lo... itu gue habis dijailin kakak gue makanya gue malah jadi sensi ke semua orang dan gue justru ngelampiasinnya ke lo. Maaf kalo itu bikin pertemuan pertama kita jadi ninggalin kesan yang kurang menyenangkan mungkin? dan malah bikin kita berdua canggung. Kita bakalan jadi partner untuk waktu yang bisa dibilang ngga sebentar, jadi gue harap... eumm..." Risa bingung bagaimana akan melanjutkan perkataannya.

"Oke, gue maafin," ucap Steven sambil tersenyum lembut, membuat Risa sedikit terpana, dia baru tau kalo Steven bisa ngomong dan senyum selembut itu??

"Maaf juga kalo gue terlalu ketus ke lo tadi, semoga kita bisa jadi partner yang baik yaa," lanjut Steven sambil mengulurkan tangannya ke Risa, bermaksud untuk berjabat tangan, Risa menerima uluran tangan itu sambil tersenyum senang. Ternyata yang ia dan Steven butuhkan cuma saling menurunkan ego masing-masing dan meminta maaf.

*** Meanwhile di tempat lain***

"Loh Sya ngga jadi ke perpus?" tanya Jean heran ketika mendapati Nasya yang berbalik arah dari perpustakaan sekolah mereka. Nasya menggeleng, "Ngga jadi deh mendadak gue males ke perpus,"

"Yakin? Perasaan barusan lo bilang mau ngerjain tugas di perpus,"

"Mendadak gue ngga mood, gue jadinya mau kerjain besok aja. Sekarang gue mau pulang," ucap Nasya lalu pergi berjalan ke arah gerbang. Jean melihat sekilas ke dalam perpustakaan sebelum akhirnya berlari menyusul Nasya yang sudah berjalan duluan ke arah gerbang.

"Karena ada dia ya??" tebak Jean telak, namun Nasya memilih pura-pura tidak mengerti. "Apaan sih, orang gue emang lagi ngga mood ngerjain tugas," ucapnya. Jean hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Jadi pulang bareng gue ngga nih?" tanya Jean berusaha mengalihkan topik pembicaraan karena tau Nasya pasti akan bad mood jika ia masih membahas soal kejadian yang mereka lihat di perpustakaan tadi.

"Iya bareng lo aja, lo beneran mau langsung pulang kan? ngga nongki dulu?"

"Iyaa princess, langsung pulang nih gue mengantarkan lo dengan selamat sampai tujuan,"

Nasya tertawa, "Okedeh kalo gituu gass" ucap Nasya. Ia memakai helmnya lalu duduk di boncengan motor Jean. 

Given-TakenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang