Junada Kairo 💫

38 2 44
                                    

chaesunnie

Sorry for typo(s)

Mobil mini cooper berwarna hitam itu berhenti di depan sebuah rumah yang asri, di depannya penuh dengan tanaman-tanaman hias yang tertata rapi serta paduan warna bunga yang indah dipandang. Junada Kairo turun dari sana tanpa menurunkan tudung hoodie warna merahnya, ponsel dimasukkan ke dalam saku celana cargonya.

Tangan lelaki itu terulur menekan bel rumah, tak sampai menunggu lama pintu itu terbuka menampilkan sosok pria yang lebih tua. "Om," sapa si sulung dengan kepala menunduk sopan.


"Masuk, Ju. Nda di belakang," ajak Aska di sana seraya merangkul keponakannya.


Setelah pintu tertutup, keduanya masuk ke dalam rumah yang semua furniture di sana berteriak tentang indahnya kesenian. Semua tertata begitu indah dan terasa nyaman. Di ruang tengah, ada sang ibu, istri dari Aska yaitu Jen, dan putra tunggal mereka bernama Hazel. Bocah yang seumuran dengan Jojo itu melambaikan tangan dengan ramah pada si sulung Dhania.


"Mas Ju, sendiri?" tanya Hazel.


Dipersilakan duduk, anak itu mengangguk. "Adek-adek masih ada les."


"Tuh," tangan Jen menepuk bahu putranya. "Kamu ikut les sama Jojo sana. Daripada sama guru kamu itu, diem-diem pula. Maunya duit doang, tapi banyak liburnya," omel wanita blasteran tersebut.


Di sampingnya, Hazel mengerucutkan bibir sembari merengek. "Gak mau! Aku males. Sekolah mulu kapan lulusnya? Capek bangun pagi!" keluhnya.


"Heh!"


Junada dan Dhania tertawa melihat interaksi ibu dan anak tunggalnya, begitu pula Aska yang tidak ada niat menghentikan perdebatan istri dan anaknya. Sudah biasa. Ia menoleh pada sang kakak yang sudah memasukkan ponsel ke dalam tas, untuk siap pulang ke rumah.


"Gak makan dulu, Mbak? Sekalian lah di sini. Tadi cuman ngemil doang loh," ajak pria yang memiliki lesung pipi tersebut.


Wanita yang lebih tua tiga tahun itu menggeleng, "Enggak usah. Nanti Je sampai rumah, Mbak gak ada heboh itu anak."


"Je lucu tapi galak kayak bapaknya," celetuk Hazel.


Manik Jen membulat, membekap mulut anaknya kemudian tersenyum canggung ke arah Dhania merasa tidak enak. Namun, wanita itu hanya tertawa kecil seraya mengangguk. "Bener, anaknya tuh kalau A ya A. Gak bisa diganggu gugat."


"Dan posesif mirip si adudu."


Sekarang, Jen juga memukul paha suaminya dengan manik melotot.


Junada mengulum senyumnya. Ya, seperti biasa mendengar keluhan pihak luar atas sikap ayah dan adik-adiknya yang memang di luar nalar.


"Makasih ya, Aska, Jen, Ajel juga. Kapan-kapan main ke tempat Nda, Jel."

"Iyaaah, siap Nda!"


Sepasang anak dan ibu itu keluar dari rumah bergandengan tangan, Junada membantu Dhania untuk masuk ke dalam mobil. Seperti nama kontak yang diberikannya pada beliau, si sulung memperlakukan selayaknya Princess.

Selama perjalanan, keduanya memang lebih menyukai diam. Berbicara seperlunya. Namun, atensi Junada tiba-tiba teralihkan melihat jalan pertigaan yang mana jika berbelok kiri itu akan sampai di kedai milik Uti-nya yang sampai sekarang masih buka.


"Nda?"


Dhania menoleh dengan senyuman. "Ada apa, Mas?"


"Ke kedai yuk? Mas pingin makan di sana."


StoriesWhere stories live. Discover now