Bab 4 : Pernikahan

49 6 4
                                    

Bacanya sambil puter lagu di atas biar tambah ngeuna

°

°

Happy Reading

°

°

Janur kuning melengkung cantik di pinggir pagar gerbang tinggi bercat putih gading. Halaman rumah yang sangat luas terhiasi oleh kursi-kursi putih. Tenda khas acara pernikahan berdiri kokoh luas nan indah di depan rumah. Di depan sana ada panggung pelaminan dengan altar pernikahan tepat di depannya. Pada altar itu duduk sepasang mempelai menghadap penghulu dan paman Kita sebagai wali. Kita tidak di dampingi oleh ayah dan ibunya karena mereka berdua telah berpulang saat usianya masih tujuh tahun. Di samping kanan kiri duduk dua orang saksi. Suna selaku mempelai dominan berhadapan lurus dengan wali Kita. Ia menghirup nafas dalam menghilangkan rasa gugup dan senang di saat bersamaan. Tangan kanan Suna menjabat tangan kanan paman Kita. Dia sudah memantapkan hati untuk menjadikan Kita miliknya seutuhnya dan selamanya.

" Ananda Suna Rintarou bin Suna Gyutaro saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan ananda Kita Shinsuke bin Kita Rensuke dengan mas kawin emas dua puluh delapan karat dan uang sejumlah lima milyar rupiah dibayar tunai " paman Kita mengucap ijab sembari menghentakkan jabatan tangan dengan Suna.

" Saya terima nikah dan kawinnya Kita Shinsuke bin Kita Rensuke dengan mas kawin tersebut dibayar tunai " qabul Suna lantang dan tegas sembari menghentakkan tangan paman Kita.

" Bagaimana saksi? " tanya penghulu kepada kedua saksi.

" Sah " kedua saksi menjawab

Semua tamu yang hadir mengucap syukur atas sah nya hubungan sepasang kekasih. Mata Kita memanas, tangis haru menyelimuti momen sakral ini. Suna tersenyum lega. Akhirnya sosok malaikat di sampingnya telah sah menjadi istrinya.

" Nak Kita cium tangan suaminya nggeh " tutur penghulu halus.

Kita menoleh ke samping, tepatnya ke arah Suna. Suna juga menoleh ke arahnya dan tersenyum. Kita meraih tangan Suna kemudian mencium punggung tangannya. Bersamaan dengan itu Suna mengecup dahi Kita. Menyalurkan kehangatan, kasih sayang dan cinta tulus darinya.

Lampu flash dan suara kamera bersautan. Momen bahagia ini tidak boleh sampai tidak diabadikan. Banyak reporter dan wartawan datang guna mengumpulkan foto untuk dijadikan berita bahagia dari keluarga pemilik salah satu perusahaan terbesar di dunia. Meskipun tidak di hotel bintang lima, acara pernikahan Suna terlihat sangat mewah dan meriah. Bisa dilihat dari tamu undangan yang membawa mobil mahal serta setelan outfit dari brand ternama.

SWIT SWIT

" OY SUNA NTAR MALEM KAGA USAH PAKE K*ND*M YA " teriak seorang laki-laki yang model rambutnya seperti jambul ayam.

Entah karena urat malu Suna sudah putus seperti si jambul ayam atau memang Suna tidak punya malu, dengan santainya Suna mengacungkan jempol dan dengan bangganya berkata " Sepuluh ronde bro " sambil menyengir lebar. Wajah Kita memerah semerah tomat. Ia menunduk menyembunyikan wajahnya yang lucu itu.

Para tamu undangan tergelak akan tingkah absurd dua teman tersebut. Bisa-bisanya mereka membahas hal itu di acara sakral seperti ini. Tak sedikit pula yang menatap tidak suka. Mereka berdua tak menghiraukan itu.

Acara dilanjutkan. Kita dan Suna sedang dirias di ruangan yang berbeda. Kita diberi make-up tipis, rambutnya di tata dan di beri hiasan sehingga terlihat cantik. Dia memakai baju beskap dengan luaran berwarna putih yang menjuntai hingga ke bawah. Pada pinggangnya terlilit jarik batik warna coklat sehingga lekuk tubuhnya terlihat jelas.

IKATAN MERAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang