Bagian 2

816 38 3
                                    

Rin menjalani kehidupan baru di rumah baru, dan sekolahan baru yang menyebalkan. Kakak nya Naruto menyuruhnya keluar dari OSIS, sedangkan teman teman nya melarang Rin keluar. Rin hanya pasrah menuruti perkataan mereka. Dia hanya ingin kehidupan normal seperti yang lainnya. Dia tidak ingin terikat peraturan tidak berguna seperti, meluangkan sedikit waktu untuk berkumpul saat istirahat, wajub mengikuti rapat bulanan, berprestasi baik, dan banyak peraturan menyebalkan lainnya.

Hari ini, genap 3 bulan Rin duduk di bangku SMA. Shikamaru dan Kiba menghampirinya ke kelas, mangajak nya untuk berkumpul di ruang OSIS

"Ayo... kau sudah 3 bulan menjadi anggota OSIS dan tidak pernah ikut berkumpul." Shika menghampiri Rin di dalam kelas

"Sudah kubilang aku tidak mau. Biar kan aku keluar dari OSIS." Ujar Rin

"Aku bisa membuatmu keluar dari OSIS. Tapi kau harus menunjukan dada mu pada ku." Usul Shika mesum

"Mulut mu belum pernah di cuci ya..." Rin meninggalkan Shika yang terus menatapnya. "Ayo. Kau ingin aku ikut berkumpulkan..." ajak Rin

"Hah. Akhirnya... ayo Rin." Kiba merangkul Rin. "Waw. Ukuran yang besar." Memperhatikan dada Rin

"Hei lepaskan!" Melepaskan rangkulan Kiba pada Rin. "Aku akan membuat mata mu tuli, telinga mu bisu, dan mulut mu buta jika kau berani menatap dan menyentuh dada Rin." Shikamaru mengancam Kiba

"Siapa kau berani melarangku? Dasar nanas mesum!" Kiba mulai emosi

Mereka tidak sadar Rin sudah pergi meninggalkan mereka. Rin sama sekali tidak menggubris omongan mesum mereka pada nya.

Rin mengetuk pintu ruang OSIS beberapa kali. "Hmm.. tidak ada orang ya. Cekrek." Rin masuk ke ruangan. Ada seseorang tertidur di sofa di dekat jendela. Rin mendekatinya, seorang laki laki berambut merah. "Kak Sasori, atau kak Gaara?" Batin Rin. Diperhatikannya baik baik. Lengan lelaki itu menutupi bagian mata nya, sedangkan name tag yang seharusnya terpasang di dada kanan tertup oleh bantal. "Siap dia?" Rin mendekatkan wajah nya, mencari celah celah untuk melihat mata nya.

"Apa yang kau lakukan disini." Tiba tiba laki laki itu berbicara dan menurunkan lengan yang menutupi mata nya

"Ka-kak Gaara. Maaf. Akuu... hanya memastikan siapa yang berada disini." Ujar Rin gugup. Dia berdiri mematung di sebelah Gaara. Dia merasa bersalah sekaligus malu

Gaara bangkit dari tidurnya, angin berhembus masuk melalui jendela. Mata Gaara terkena debu "ah!" Gaara menutup sebelah matanya dan menggosok kelopak matanya

"Jangan digosok seperti itu!" Bentak Rin. Langsung saja dia duduk di sofa, menyandarkan Gaara di lengan sofa. "Jika mata mu terkena debu, jangan di gosok seperti itu. Itu akan menbuat mata mu iritasi." Rin menggenggam pergelangan tangan Gaara. "Dimana kotak obat nya? Apa ada tetes mata?" Taya Rin

"Aku tidak tau." Jawab Gaara singkat. Untuk pertama kalinya mereka bertemu dan bercakap.

"Hah. Kalau begitu kau buka mata mu, aku akan meniup nya untuk menghilangkan debu." Ujar Rin

"Hm. Baiklah..." jawab Gaara singkat

Rin mendekatkan wajah nya, meletakan tangan kirinya di dada bidang Gaara dan tangan kanan membuka kelopak mata Gaara. Masa bodoh dengan pikiran mesum Gaara niat nya hanyalah membantu. "Hhuff..." Rin meniup mata Gaara

Gaara mencium bau tubuh Rin yang segar. Bau yang membuat dirinya nyaman berada di pelukkan nya

"Sudah lebih nyaman?" Tanya Rin menatap kedua mata Gaara dekat. Gaara hanya mengangguk. "Ah, maaf." Rin menjauhkan tubuh nya dari Gaara

"Greb." Gaara menarik tubuh Rin lagi dan melekatkan tubuh nya ke tubuh Gaara. Mata Rin terbelalak, menatap wajah Gaara terlalu dekat. Tangan Gaara mulai berani memeluk Rin. Mendekap nya lebih erat. Menyandarkan kepalanya di bahu Rin.

My Brother's Friend is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang