Rin kembali ke ruang tunggu operasi menemui ayah dan Sasori. Dia kembali dengan mata sembab
"Loh, Rin... dimana Gaara?" Tanya Minato
"Dia ada urusan dengan Neji." Ujar Rin dengan tampang sedih
"Ada apa dengan mata mu? Astaga... kau menangisi kakak mu sampai seperti ini?" Tanya Minato khawatir. Mencoba memeluk Rin
"Sudahlah. Aku tidak apa apa, ayah." Mengelak pelukan ayah nya
Rin duduk di samping Sasori dengan wajah datar tanpa ekspresi. Sasori sedikit menyerngitkan dahi nya, memperhatikan Rin.
"Jangan memasang wajah jelek begitu. Kau membuat ayah mu khawatir..." memukul kepala Rin
"Hm..." bersandar di bahu Sasori dan menangis
"Eh? Rin. Ke-kenapa menangiiiss... he-hei..." Sasori kaget bingung harus bagaiman
"Ringrongringrong." Suara ponsel Minato. "Paman tinggal angkat telfon sebentar ya. Segera panggil paman jika ada perkembangaan tentang Naruto..." menepuk bahu Sasori lalu pergi
"Iyaa." Jawab Sasori
Melihat Minato sudah cukup jauh, Sasori memberanikan diri untuk memeluk dan menenangkan Rin. "Rin..." Sasori merangkul Rin
Rin masih terdiam menangis. Bukan menangisi Naruto. Menangis karna kekecewaannya pada Gaara. "Rin, sudahlah... hal ini terjadi bukan salahmu. Berdoa saja semoga dia tidak apa apa." Menyandarkan kepala Rin di dada nya. "Ada aku disini." Sasori mendekap Rin dengan satu tangan
Rin langsung memeluk dan menangis sejadi jadi nya. Sasori hanya terdiam dan mengelus kepala nya perlahan.
Gaara melihat kejadian itu tanpa mereka sadari. Dia merasa bersalah pada Rin. Memberi nya harapan palsu yang menyakiti diri nya sendiri tentunya.
"Gaara..." ujar Neji lirih. Hanya dia yang mengerti perasaan dan keadaan temannya saat ini.
"Keluarga Namikaze!" Ujar seorang suster keluar dari ruang operasi
"Ah, itu untuk mu. Ayo..." ajak Sasori beranjak dari tempat. Diikuti Gaara dan Neji mendekati ruang operasi
"Bagaimana suster keadaan Naruto?" Tanya Sasori di depan pintu
"Biar dokter yang sampai kan, tunggu sebentar." Ujar suster kembali masuk
Rin dan Gaara berdiri berdampingan. Rin hanya menunduk memalingkan wajah nya. "Aku panggil ayah dulu..." Rin membalikkan badan nya
"Tunggu, Rin..." Gaara menarik tangan Rin.
Langkah nya terhenti, kepalanya terasa begitu berat, pandangannya buyar, tiba tiba. "Brekk.." Rin pingsan di pelukan Gaara
"Rin?!" Gaara, Sasori dan Neji khawatir
"Neji, cepat panggil paman Minato dan yang lainnya." Perintah Sasori. "Suster suster! Cepat bantu kami!" Sasori memanggil suster
Gaara langsung menggendong Rin ala bridal ke tempat suster yang sudah datang mendorong tempat tidur
***
Rin pingsan karna kelelahan. Operasi nya berhasil dan Naruto selamat. Sekarang, mereka berdua tertidur di ruang perawatan. Sasori, Gaara dan yang lainnya masih setia menunggu.
"Kalian tidak pulang?" Tanya Minato
"Nanti saja paman. Sebentar lagi akan ada teman perempuan kemari. Tidak enak jika mereka pulang dari sini malam malam." Ujar Shika
"Maksudmu 'mereka' itu kak Temari kan..." ujar Neji memperjelas
"Ti-tidak. Maksud memang mereka semua... iyaa." Shikamaru salah tingkah
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother's Friend is My Boyfriend
FanfictionSejak aku berumur 5 tahun, ayah dan ibu ku berpisah. Ayahku Minato tinggal bersama kakakku Naruto di Kansai. Sedang aku, Rin, tinggal bersama Ibu ku Kushina di Kanto. 2 tahun lalu Ibu ku meinggal karna kecelakaan. Aku ditampung oleh nenek ku di Kant...