Bagian 13

599 25 2
                                    

"I-ini memalukaaannn... bagaimana jika orang tua mu tau? Apa kak Temari tidak mengejek mu?" Rin histeris kebingungan tidak jelas.

"Hanya Temari. Yaah... dia mengejek ku... tapi aku tidak pernah menanggapi nya." Jawab Gaara beranjak dari ranjang nya, melepas jas dan kemeja nya

"Waa... ke-kenapa kau melepas baju mu di depan wanita!" Rin gugup

"Ini kamarku. Dan... kau sudah pernah melihat nya sebelum nya kan?" Teringat saat main poker dulu

"Se-sebenarnya aku sangat malu saat itu. Ju-jur saja, badan kalian baguus..." Rin menyembunyikan wajah merah malu nya

Gaara mendekati Rin dan menarik nya berdiri. Memeluk pinggul nya erat. Rin hanya berdiam diri tidak bisa berkutik. "Aku... milikmu seutuhnya. Kau hanya boleh melihat, dan menyentuhku dimana pun kau mau..." ujar Gaara

Wajah Rin memerah seperti akan meledak. Wajah nya yang semula mendongak menatap Gaara, kini beralih menatap dada bidang Gaara. Disentuh nya secara perlahan, dari dada turun ke perut sixpack Gaara. "Pe-perutmu baguuss..." ujar Rin malu malu. "Grep." Rin langsung memeluk Gaara, menyembunyikan wajah malu nya.

"Pipi mu terasa panas, seperti mau meledak saja." Ejek Gaara.

"Ti-tidak! Aku rindu dengan bau mu. Kau tau..." ujar Rin

"Lebih dari bau mu yang ku rindukan. Tapi... sudah ada orang lain yang menyentuh mu, lebih dari aku..." ujar Gaara teringat kejadian Ren

Tiba tiba Rin menurunkan tangan nya dan mendorong Gaara perlahan. "Maaf atas kejadian itu. Jika karna hal itu kau tidak menyukai ku, lebih baik kau cari orang lain saja." Rin merasa sedih dengan ucapan Gaara. Dia hanya menunduk menyembunyikan wajah nya

"Eh? Rin, bukan begitu. Maksudku... aku tetap menyukai mu. Hanya saja... aku... tidak bisa menjadi yang pertama untuk mu... percayalah. Aku tidak berfikir seburuk itu..." Gaara memegangi kedua bahu Rin. Khawatir jika Rin marah

"Bodoh... aku hiks hiks... juga menyesal, kau tidak menjadi pertama untuk ku. Hiks hiks..." Rin menangis. "Tapi bagi ku... yang pertama bukan berarti terakhir. Aku mau kau jadi yang terakhir..." ujar Rin semakin menjadi jadi tangis nya

"Rin, aku akan menjadi terakhir dan selama nya..." Gaara mendongakkan wajah Rin. Mengusap air mata Rin. "Kiss." Gaara mendarat kan bibir nya di bibir Rin. Perlahan ciuman Gaara semakin memanas. Dia berusaha membuka jas yang di pakai Rin. "Breek." Gaara menjaruhkan Rin di ranjang nya

"Eh... Gaara. A-apa kau mau... melakukan i-ituu..." Rin gugup

"Apa aku harus menunggu orang lain mendahului ku lagi?" Tanya Gaara sedikit kecewa

"Tidak! Jangan mengatakan hal seperti itu lagi... aku akan selalu merasa bersalah..." jawab Rin sedih

"Tidak sayang. Aku akan menjadi terakhir dan selamanya." Ujar Gaara dan mencium kening Rin

"Hihihi... terima kasih Gaara..."

*

Matahari sudah terbenam, mereka berdua masih tertidur pulas setelah melakukan adegan adegan mesum nya. Rin terbangun, memperhatikan Gaara yang tertidur sambil mendekap nya. "Kau lebih imut saat tertidur, kau tau... cup." Rin mengecup pipi Gaara dan beranjak dari ranjang memakai pakaiannya.

Rin turun dari kamar Gaara, belum ada siapa pun di rumah. Langsung saja dia menuju dapur, membuat makan malam.

"Wah... banyak sekali sayurannya. Sepertinya mereka jarang memasak." Ujar Rin membuka kulkas. "Apa aku memasakan mereka juga ya? Ah, tidak usah. Aku tidak tau mereka akan pulang atau tidak." Mengambil sedikit sayuran dan menutup kulkas. "Tapi, bagaimana jika mereka pulang. Dan aku hanya membuat sedikit makanan? Bisa bisa aku... ah, tidak tidak. Jangan berpikir aneh aneh." Rin membuka kulkas dan mengambil sayuran lagi. "Jadi aku harus membuat banyak atau sedikiiiittt... payah!" Rin kebingungan

My Brother's Friend is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang