3

51 7 2
                                    

Adyaksa Group tidak pernah tidak sibuk setiap jam nya. Di setiap divisi sibuk mengerjakan tugasnya, bagian pemasaran contohnya. Hari ini mereka sedang ada meeting dengan Abi membahas strategi untuk meningkatkan penjualan dan pendapatan perusahaan. Abi yang duduk di tengah-tengah hanya diam mendengarkan Pak Adrian menjelaskan materinya. Sesekali Abi bertanya jika ia merasa ada yang tidak disetujuinya.

Abimanyu Adyaksa bukanlah pemimpin yang tidak akan mendengarkan pendapat karyawannya, ia sebisa mungkin mendengarkan lalu keputusan akhir ia yang akan menentukannya. Terkadang Abi memang menjadi sesosok pria dengan tingkat kepedulian yang minus di suatu waktu.

Seperti sekarang, dua puluh menit setelah ia menyelesaikan rapatnya, Anton memberitahu tentang keberadaan Sabrina di lobby perusahaan. Mendengar nama Sabrina membuat Abi mendengus malas.

"Suruh pulang. kalau dia tidak mau langsung seret saja."

Anton yang mendengarkan langsung mengangguk. Ia melirik jam di tangannya kemudian berkata, "Jadwal Bapak selanjutnya yaitu acara makan malam di restoran Mega jam tujuh malam."

"Siapa saja yang datang?"

"Orang tua Anda dan orang tua ibu Nindita."

"Nindita juga ikut?"

"Dia akan terlambat."

"Kalau begitu aku tidak akan datang."

Anton mengangkat alisnya, "Alasan apa yang harus saya berikan kepada orang tua bapak?"

"Terserah. Aku tidak peduli dengan pertemuan itu. Mereka membuang waktuku hanya untuk membahas hal tidak penting."

Anton mengerti lalu mengangguk. Ia kemudian ijin untuk keluar dan Abi hanya mengangguk sebagai jawaban. Pria itu kembali menyibukkan dengan daftar anak perusahaan miliknya yang sudah berkembang maupun yang sedang dilanda bencana. Abi mendecak mendapati laporan keuangan di salah satu anak perusahaannya yang kembali menurun.

Tidak ada yang salah dengan perusahaannya tapi yang bermasalah adalah orang-orang di dalamnya. Ia kembali memanggil Anton dan pria itu sudah berdiri di depannya dengan membawa berkas lainnya.

"Aku tidak pernah melihat kejanggalan di Amerta selama setahun ini. Tapi hari ini, para keparat itu mulai tidak main kucing-kucingan."

"Saya sudah menyuruh Agam menyelidikinya dan diketahui kalau Pak Sandi dalang dibalik ini semua. Dia menghasut beberapa bagian direksi untuk memprotes kebijakan yang sudah dibuat."

"Dan melakukan korupsi di perusahaanku."

"Benar."

"Singkirkan mereka dan pilih orang baru yang bisa dipercaya."

Anton kembali mengangguk lalu keluar. Pak Sandi, salah satu orang yang dekat dengan orangtuanya itu mulai bermain api. Inilah sebabnya ia sangat tidak menyukai pekerjaan di dapat melalui orang terdekat. Tanpa mengikuti prosedur seharusnya inilah yang terjadi. Menjadi sampah di perusahaan miliknya.

Abi kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya sampai ia mengangkat kepala dan menyadari kalau malam sudah datang. Ia melirik jam di tangannya, pukul tujuh kurang lima menit. Tepat ketika ia berdiri dan mengambil kemejanya, handphone nya berdering menunjukkan nama ibunya disana.

"Halo, Ma."

"..."

"Abi tidak bisa datang dan masih di kantor."

"..."

"Mama dan Papa yang menginginkan makan malam ini bukan Abi."

"..."

"Aku tidak tertarik sama Nindita, Ma. Aku tidak ingin waktuku terbuang hanya mengurus gadis yang sibuk memilih mau makan apa dan ujungnya bilang terserah."

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang