Margarethe bangun dari tempat tidurnya dan menyeret kakinya ke kamar mandi untuk menyadarkan dirinya dari alam setengah sadarnya. Setelah mandi dan merasa sudah bersih dan wangi ia bergegas mencari pakaian yang sesuai dengan suasana hatinya saat itu, bahagia, karena akan segera ke Praha. Saat itu ia lebih memilih baju berbentuk seperti gaun selutut yang terlihat santai dan nyaman yang terbuat dari sutra berwarna merah muda dengan gambar bunga-bunga yang cantik yang dipadu dengan tas selempang kulit cantik berwarna coklat muda dengan flat shoes yang berwarna senada dengan warna tasnya. Tanpa berdandan dan dengan rambut yang terurai lurus panjang, Margarethe terlihat sangat cantik dan menggemaskan. Lalu segera bersiap turun menuju ke mobil untuk langsung ke bandara karena merasa sudah hampir telat, tinggal 45 menit lagi. Setelah sampai di bawah Margarethe langsung berpamitan dengan sang ayah yang langsung keluar dari meja kerjanya untuk langsung memeluk dan mencium putri semata wayangnya itu sebelum putrinya tersebut pergi jauh ke Praha. Ayah Margarethe langsung mencium dan memeluk putri semata wayangnya tersebut dengan erat yang dibalas oleh Margarethe dengan pelukan yang cukup erat pula, ia sadar jika ayahnya sangat menyayanginya maka dari itu ayahnya selalu menyuruh pengawal untuk mengawal Margarethe dimanapun dan kapan pun karena takut akan terjadi sesuatu dengan Margarethe sama seperti apa yang terjadi dulu dengan ibu kandungnya yang meninggal karena tertembak oleh musuh sang Ayah yang ingin merebut kekuasaan sang Ayah.
"Sudahlah ayahhh.. aku akan baik-baik saja, tidak lama kok cuma seminggu."
"Yaaa, baiklah kalau begitu, pergilah sebelum tertinggal pesawatmu nanti."
Aku tau ayah berat meninggalkanku, terlihat dari matanya yang sedikit berkaca-kaca karena ini pertama kalinya aku pergi tanpa ayah karena biasanya aku pergi bersama ibu tiri dan ayahku atau dengan ayahku saja.
"Nanti aku akan segera telepon ayah kalo sudah sampai, tenang ayah aku akan baik-baik saja, jangan khawatir." kataku kepada ayah dan langsung mencium pipinya sebelum aku masuk ke dalam mobil.
...........................
Ternyata aku sampai lebih cepat dari dugaanku karena keadaan jalan yang tidak terlalu padat sehingga aku hanya menghabiskan waktu selama 25 menit untuk akhirnya bisa sampai di terminal kereta ini. Aku memutuskan untuk menggunakan kereta karena ingin menikmati perjalanan karena jujur saja aku juga kebetulan sangat takut ketinggian dan menurutku menggunakan kereta jauh lebih menyenangkan dibandingkan pesawat karena di kereta kita bisa melihat gunung, lembah, dan lain lain.
Kalau kata ayahku, aku mirip dengan ibuku karena dulu semasa hidup ibu lebih menyukai menggunakan kereta ketimbang pesawat. Karena masih 10 menit lagi aku memutuskan untuk ke kamar mandi dahulu sebelum masuk ke kereta.
Aku kesal sebenarnya karena risih dikawal oleh kedua pengawalku ini.
"Duhhhh, ngapain sih ngikutin orang terus, risihhhh."
Tiba-tiba Margarethe berniat untuk kabur dari pengawalnya, waktu sudah menunjukkan 3 menit lagi dan sebentar lagi pintu kereta akan segera di tutup dan kereta akan langsung melaju. Dengan gesit Margarethe langsung keluar dari toilet dan berlari menghindari pengawalnya dengan diam-diam akan tetapi gagal, pengawal itu pun langsung berlari mengejar Margarethe membuat Margarethe langsung cepat berlari akan tetapi.. brukkkk..
"Aduhh.." teriak Margarethe karena terjatuh dan bingung karena dia merasa telah menimpa sesuatu yang sepertinya bukanlah lantai, akan tetapi karena terburu-buru Margarethe langsung berdiri dan berlari ke arah pintu kereta yang sebentar lagi akan tertutup tetapi sialnya dia merasa ada sesuatu yang menahan dirinya dan karena takut akan tertinggal kereta Margarethe langsung memaksa tubuhnya dan sesuatu yang menahannya tersebut hingga akhirnya Margarethe masuk ke kereta tersebut tepat dengan ditutupnya pintu kereta tersebut, membuatnya lega karena berhasil kabur dari dua pengawalnya tersebut. Akan tetapi tiba tiba dia teringat kembali akan hal yang menahannya tadi dan langung menoleh ke arah yang mengganggunya yang ternyata adalah seorang pria. Menyadari jika Margarethe telah menoleh ke arah dirinya Ben pun langsung menatap tajam ke arahnya. Sadar akan tatapan tajam Ben, Margarethe pun bingung, "apa?"
"Kau! Menarikku! Ke kereta! Yang Salah!" menyadari hal itu Margarethe pun seakan akan tersadar akan sesuatu, saat bertanya kepada salah satu pelayan di kereta ini ternyata Margarethe salah memasuki kereta yang mengarah ke Venesia. Mengetahui hal tersebut membuat Margarethe merasa lemas karena itu berarti ia tidak membawa kopernya yang berada di kereta nya yang menuju ke Praha bukan malah ke Venice.
"Permisi?" Ben segera menyadarkan Margarethe dari lamunannya dengan melambaikan tangan di depan muka Margarethe.
"Yaaa?" lalu tiba-tiba Margarethe merasa seperti tercekik yang ternyata disebabkan oleh kalungnya yang tersangkut di pakaian Ben sedari tadi.
"Kalungku" teriak Margarethe yang langsung direspon dengan tatapan para penumpang kereta.
"Maaf" maaf Margarethe karena merasa malu dengan sikap spontannya tadi
"Lepaskan!!" Apa yang kau lakukan?! Kau ingin mencuri kalungku ya? Dasar malinggg!!" teriak Margarethe yang langsung dibungkam dengan tangan oleh Ben.
"Aku bukan pencuri." Ben pun langsung melepas bungkamannya saat dirasanya Margarethe tidak akan berteriak lagi dan mencoba untuk melepaskan kalung Margarethe yang tersangkut pada bajunya.
"Maaf, apa karena aku kamuuu...??"
"Ben. Aku Ben." jawab Ben sedikit cuek.
"Maaf Ben. Apa karena aku kamu juga salah masuk kereta?" tanya Margarethe sedikit merasa takut, takut Ben akan marah lagi kepada dirinya. Apalagi di tambah sikap Ben yang terlihat dingin dan cuek membuat Margarethe menjadi semakin takut.
"...." Ben masih mencoba melepas kalung Margarethe dari bajunya dan hanya membalas jawaban Margarethe dengan tatapan dinginnya. Di saat merasa sudah selesai Ben langsung sedikit menjauh dari jaraknya tadi yang bisa dibilang sangat dekat, malah terlihat seperti menempel.
"Huhhh, aku capek. Aduhh, kakiku." Margarethe meringis sambil memegangi kakinya yang sepertinya tadi sempat memar karena terjatuh ke lantai saat tadi menabrak Ben karena ingin melarikan diri dari para pengawalnya itu.
Melihat hal tersebut Ben pun refleks menoleh ke arah Margarethe dan segera menarik tangan Margarethe.
"Aduhh, pelan-pelan, kakikuu... sakittt." ringis Margarethe.
Tanpa diduga-duga Ben pun langsung menggendong Margarethe ke belakang punggunggnya karena sebenarnya tidak ingin terjadi apa-apa kepada Margarethe dan takut kakinya akan semakin bengkak jika di paksa berjalan menuju ruangan depan kereta ini.
"Heiii!! Apa yang kau lakukan?" Teriak Margarethe yang membuat penumpang kereta langsung menoleh ke arah mereka, tetapi Ben tidak peduli akan hal tersebut yang terpenting dia bisa membawa Margarethe duduk di ruang depan dan dapat mengobati lukanya.
"Turunkan aku!!" Ben pun langsung menduduki Margarethe di salah satu bangku saat merasa sudah sampai di tempat tujuannya.
"Excuse me, do you have a medicine box?" tanya Ben kepada salah satu pelayan kereta ini.
"Oww, wait for a sec sir."
"Okay, thank you"
"Hei, bukankah iniii..... RUANGAN UNTUK PENUMPANG VIP? Kenapa kita duduk disini?"
"This is it, sir."

KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing Turner
RomanceMargarethe Turner, putri tunggal keturunan bangsawan Perancis. Margarethe merasa jika selama ini hidupnya tidaklah normal karena aturan-aturan kerajaan yang harus selalu ditaati dirinya dan kawalan penjaga yang tak pernah lepas darinya. Karena kesal...