Chapter 8

35 2 0
                                    

Aku baru saja hendak menghampiri Margarethe dimeja makan kami ketika tiba-tiba aku melihat meja kami sudah kosong. Aku merasa khawatir dan mencari kemana hilangnya wanitaku itu saat aku melihat dia sudah bersama para lelaki dan para wanita nakal yang mengelilinginya, membuatku naik darah dan buta akan amarah. Aku saja selalu menjaganya, melihatnya lukapun hatiku sakit apalagi melihatnya dimaini oleh orang-orang yang kuyakini bukan orang baik-baik dilihat dari penampilan para lelaki itu yang terlihat berantakan dan para wanitanya yang seperti tidak menggunakan pakaian saja.
Brukkkk.. dengan secepat kilat aku mencengkram kerah baju lelaki yang berusaha memanfaatkan Margarethe dan menghajarnya hingga babak belur sampai akhirnya beberapa pengunjung cafe menarikku untuk meleraiku dari lelaki brengsek itu. Aku tidak terima dan sangat marah atas apa yang dia sudah perbuat, apalagi yang akan dia perbuat. Margaretheee Margeretheee.. bisakah satu hari saja kau tidak membuatku pusing kepala...
"Ayo kita pulang!!" aku menarik Margarethe keluar dari restaurant dengan paksa agar kami bisa lebih cepat keluar dari neraka ini. Sejenak aku menarik napas saat telah berada di luar cafe lalu langsung membawa Margarethe ke motor. Sial, motornya habis bensin.. Bagaimana ini? Hhhhh..
Aku tidak dapat memikirkan apa-apa lagi selain membawa Margarethe kembali ke hotel. Aku pun memutuskan untuk menggendongnya di sisi belakang tubuhku dan berjalan sepanjang jalan sampai ke hotel tidak peduli meskipun kakiku harus patah, aku tidak bisa melihatnya mabuk dan tidak sadarkan diri seperti ini.
Aku berjalan kaki menggendong Margarethe hingga ke hotel. Sesampainya di hotel aku langsung menempatkannya di ranjang, membaringkannya dan melepaskan sepatunya. Lalu aku mengambil handuk dan baskom berisikan air lalu membersihkan wajahnya dari sisa make up yang ia kenakan tadi pagi, lalu membersihkan tangannya dan kakinya. Aku menaruh baskom dan handuk itu dimeja dan langsung mengambil segelas air putih untuk Margarethe, membantunya minum lalu meninggalkannya tertidur kembali, dan menyelimutinya.
Aku lelah dan berantakan, aku tidak menyangka hal ini akan terjadi kepadaku, kepada Margarethe. Dasar bodoh, begitu saja kau tidak becus Ben!! Aku memaki diriku dalam hati sembari memukul mukul kepalaku dengan tangan.
"Benn! Apa yang kau lakukan?!" aku terkejut begitu sadar bahwa Margarethe telah bangun dan sekarang sedang memegang tanganku.
"Margarethe?" aku berusaha sebisa mungkin mengontrol perasaanku
"Tidurlah" aku mengantar Margarethe kembali ke tempat tidur, aku tidak yakin dia sudah sadar sekarang.
Tiba-tiba.. Uwekkkk.. Margarethe muntah, dibajunya.. Aku pun langsung mengantarnya ke kamar mandi dan pergi untuk mengambilkan kaosku yang mungkin saja bisa dipakainya untuk pergi tidur nanti.
Tetapi ketika aku kembali ke kamar mandi, aku tidak menemukan Margarethe.. astagaa, wanita ini..
Alang terkejutnya aku ketika menemukannya di dekat ranjang dalam keadaan tidak memakai pakaian kecuali pakaian dalamnya. Aku pun langsung bergegas secepatnya mengambil selimut untuk menutupu tubuh Margarethe.
"Aku tidak mauu!! Aku gerahh!!" ucapnya tidak sadar sambil mencoba melepaskan selimut yang kugunakan untuk menutupi tubuhnya. Aku semakin yakin kalau dia belum benar-benar sadar sekarang.
"Margarethee.. pakailah selimut ini."
"Kenapa Benn? Kita hanya berdua disini? Lalu apa lagi?"
aku terdiam saat mendengar perkataan Margarethe. Memang aku mencintainya dan menginginkannya tapi aku tidak bisa. Aku akan menjaganya, hingga sudah waktunya nanti.
"Kenakanlah kaosku ini" kataku sambil mencoba mengenakan kaosku ke tubuh Margarethe yang tentu saja ukurannya jauh lebih kecil dari ukuran kaosku ini.
"Aku tidak mauuu" katanya manja kepadaku.
"Bennn.. aku mencintaimu." satu kalimat itu. satu kalimat itu membuat jantungku berhenti berdetak, membuat tanganku berhenti bergerak, membuatku terdiam terpaku.
"Apakah kau juga mencintaiku?"
Yaaaa, yaa tentu saja, aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Tapi.. pantaskah aku? Pantaskah aku mencintaimu? Memilikimu?
"Ayo tidur, kau pasti lelah Margarethe."
"Ben, aku sedang sadar sekarang. Aku tidak lagi dalam keadaan mabuk."
"Aku tidak benar-benar mabuk tadi, aku mengiyakan kemauan lelaki itu hanya untuk mengetesmu, apakah kau mencintaiku? Apa yang akan kau lakukan ketika melihat seseorang menyentuhku? Apakah hal itu akan menyakitimu? Dan ternyata hal itu membuatmu marah.. apakah aku bisa senang akan hal itu? Apakah itu berarti kau mencintaiku? Bennn jawabb!!" Margarethe berusaha menahan air matanya, ia sudah tidak bisa menahan perasaan ini lagi, Ben harus mengetahuinya.
"Tidurlah Margarethe, besok pagi kita sudah harus bangun."
"Bennn??"
"Tidurlahh" aku mengajak Margarethe kembali ke tempat tidurnya. Tidakk.. aku tidak bisaa.. Bukan ini yang seharusnya terjadi.. Oh Tuhan aku ikhlas jika hanya aku yang mencintainya, itu lebih baik daripada kami saling mencintai tapi kami tidak bisa bersama.
Margarethe berusaha menahan air matanya akan tetapi tidak bisa. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ia hentikan.
Ben lebih memilih untuk membiarkan Margarethe menangis dibandingkan harus menenangkannya yang akan membuatnya mencintai Ben lebih dalam lagi.
Margarethe pun tidur sambil menangis di atas ranjang sedangkan Ben lebih memilih untuk tidur dilantai, lebih tepatnya berpura-pura tidur.

Chasing TurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang